5. Pesta Amal

208 16 6
                                    

❝Aku nggak pernah benci kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku nggak pernah benci kamu. Tapi, aku hanya takut. Karena jika aku udah menyukai sesuatu, hal itu nggak akan pernah aku lepaskan.❞

🦋

SEPULANG SEKOLAH, RUHI mampir ke rumah sakit tempat Arshell bekerja, diantar oleh sopirnya. Di sana, ia duduk dengan malas di ruangan Arshell karena pria itu sibuk dengan dokumennya.

"Bunda kapan kelar ya?" tanya Ruhi, yang terdengar seperti merengek.

"Dokter Lyra kayaknya sebentar lagi pulang," balas Arshell, sampai pada akhirnya muncul notifikasi dari group WhatsApp nya, "Hm, kayaknya nggak bakal pulang. Ada operasi dadakan."

Mendadak gadis itu mencebik sebal. Selalu saja begini. Susah sekali untuk bertemu Ibunya sendiri.

"Ya udah aku pulang deh. Ditunggu Pak Sopir," Ruhi lantas bangun dari sofa, sampai suara Arshell menghentikannya.

"Suruh sopir kamu pulang," titah pria itu.

"Dih jangan bercanda. Entar aku sama siapa?" desisnya.

"Sama aku. 5 menit lagi aku kelar," balas Arshell tanpa mengalihkan pandangan dari dokumennya.

"Bener ya?" Ruhi menatap penuh selidik.

"Iya."

Setelah mendengar jawaban Arshell, ia lantas mengambil ponselnya, lalu menelepon sang sopir yang menunggu, untuk pulang duluan.

"Udah aku telepon."

"Oke. Tunggu ya, sebentar lagi."

"Ya."

Dan benar saja, 5 menit kemudian, Arshell sudah bangkit dari kursi kebesarannya. Ia lantas melepas Snelli yang dirinya kenakan, lalu meraih tas kerjanya.

"Ayo," ajaknya pada Ruhi.

Keduanya lalu keluar dari ruangan Arshell, menuju parkiran mobil khusus VVIP.

"Dokter Arshell!" suara tersebut menghentikan keduanya. Mereka lantas menengok kebelakang, melihat asal suara.

"Ya, Dokter Zafira?"

Ruhi memutar matanya malas melihat siapa orang yang memanggil Arshell. Itu gadis yang tak ia sukai, Dokter Zafira. Yang kerap dirumorkan bersama Arshell.

"Halo, Ruhi," sapanya singkat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Arshell.

"Begini, Supervisor rumah sakit bilang kalau saya disuruh ikut sebagai perwakilan Dokter di acara amal lusa nanti. Saya dengar orang-orang akan datang bersama partner, tapi masalahnya, saya belum punya," ucap Zafira.

"Ya, lalu?"

"Katanya Dokter Arshell juga dateng sebagai perwakilan Direktur Helga. Tapi, katanya anda belum ada partner. Jadi, anda mau datang bersama saya?" Zafira merendahkan suaranya di akhir kalimat.

Dear, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang