Park Jiyeon, antara kesal dan marah gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Menggunakan gaun berwarna putih yang begitu cantik bak Cinderella di negeri dongeng. Namun bukannya bahagia, dia malah dongkol setengah mati. Bagaimana tidak, jika itu adalah gaun pengantin kesepuluh yang dia coba pakai namun belum ada yang sesuai dengan selera calon suaminya—Jeon Jungkook. Sebenarnya dia masih sedikit trauma memakai gaun pengantin mengingat rasa sakit di masa lalu ketika Eunwoo meninggalkannya di hari pernikahan. Butuh waktu setahun bagi Jiyeon untuk benar-benar pulih saat itu.
Senyum Jiyeon tiba-tiba mengudara mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana sang ayah yang seorang Jendral Polisi hampir meledakkan kepala Jungkook yang meminta restu untuk meminang dirinya. Ayahnya, Park Jisung begitu terkejut akan lamaran tiba-tiba Jungkook pada putri semata wayangnya, apalagi Jiyeon tidak pernah memperkenalkan seorang kekasih selama ini setelah kepergian Eunwoo. Jadi—ayahnya pikir Jungkook menghamili putri kesayangannya tersebut. Untungnya, Jungkook berhasil meyakinkan sang ayah dan mendapat restu darinya.
"Aku harap ini yang terakhir." Gumam Jiyeon setelah pegawai butik selesai membantunya memakai gaun, dia lelah sekali—sungguh.
Melakukan pemotretan 24 jam tanpa istirahat lebih baik ketimbang fitting baju pengantin seperti ini bersama di Tuan Arogan.
"Kekasih Anda begitu perhatian, dia ingin Anda tampil sempurna di hari pernikahan nanti." Katanya tersenyum kagum, Jiyeon hanya membalas dengan senyuman—terpaksa. Setelah selesai, Jiyeon keluar dari kamar ganti. Berjalan anggun mendekati Jungkook yang sibuk dengan ponselnya.
"Kali ini bagaimana?" Ketus Jiyeon mengalihkan atensi Jungkook, pria itu menelisik dari atas sampai bawah. Baru saja hendak angkat suara, Jiyeon kembali buka suara. "Dengar Jeon Jungkook, aku tidak mau ganti lagi, jika kau masih memaksa, maka ak—" Ucapan Jiyeon terhenti sebab sebuah kecupan singkat hadir di bibirnya, mata gadis itu nyaris keluar dari tempatnya. Jeon Jungkook menciumnya, ya menciumnya tepat di bibir. Benarbenar kurang ajar!
"Maaf pengantinku memang cerewet sekali." Jungkook tersenyum pada pegawai butik yang tampak merona melihat adegan barusan. "Kami ambil yang ini."
"Baik."
Jungkook tersenyum lagi, ketika pegawai butik meninggalkan mereka berdua saat itu pula Jiyeon segera menyerang Jungkook dengan pukulan kuat di punggung. "Aduh! Heh—kau kenapa sih?!"
"Kenapa katamu?! Apa-apaan tadi huh?! Kenapa kau menciumku seenaknya?! Terlebih di depan orang lain."
Jungkook merotasi matanya. "Tck—itu karena kau banyak bicara aku jadi pusing. Lagi pula aku mencium calon istriku sendiri, memangnya salah?"
Jiyeon kehabisan kata-kata, tidak mengerti manusia macam apa pria di depannya itu. "Wah, kau benar-benar sesuatu Jeon Jungkook."
"Sudahlah, tidak usah membesarkan masalah sepele. Lagi pula itu bukan sebuah ciuman, hanya kecupan singkat. Jika ingin lebih nanti saja ketika kita sudah resmi." Jungkook mengedipkan matanya nakal, Jiyeon benar-benar speechless di tempat kehabisan kata-kata menghadapi Jungkook.
"Wah—kau benar-benar—" Lagi-lagi Jiyeon bungkam akibat ciuman Jungkook, kali ini lebih intens. Wajah gadis itu memerah seperti tomat, Jungkook terkekeh puas melihat wajah kaget
Jiyeon.
"Cepat ganti, aku tunggu di luar."
Jiyeon masih diam di tempat bahkan setelah Jungkook menghilang dari hadapannya, diraba bibirnya yang terasa basah. Barulah dia sadar ciumannya baru saja di renggut oleh si menyebalkan Jungkook. "Jeon Jungkook sialan!" Makinya. Jiyeon belum pernah setidak-berdaya ini menghadapi seorang pria sebelumnya, Jungkook sosok yang sulit di tebak. Meskipun itu bukan ciuman pertamanya mengingat dia sering melakukan hal semacam itu dengan mantan kekasih sebelumnya namun entah mengapa ciuman Jungkook membuatnya kaku dan jantungnya terasa akan meledak. "Hah, bagaimana nanti jika aku menikah dengannya?"
Sementara itu, di luar sana Jungkook tertawa sendiri. Entahlah, dia jadi lebih sering tersenyum semenjak mengenal Jiyeon dan menggoda gadis itu telah menjadi kesenangan tersendiri baginya. Ponsel Jungkook bergetar di saku, dia segera meraihnya guna melihat siapa yang menghubunginya.
Ada nama 'Jieun' di layar membuat dia menghela napas, sudah bisa menebak apa yang akan Jieun katakan.
"Hallo—"
"Hey! Bagaimana bisa kau tiba-tiba menikah? Kau bercanda? Dengan siapa? Kau bahkan tidak pernah membicarakan gadis mana pun lalu kau tibatiba menikah dalam waktu kurang dari seminggu.
Kau gila!" Omel suara cempreng di seberang sana, Jungkook bahkan menjauhkan ponselnya dari telinga akibat dahsyatnya suara Jieun.
"Tenang dulu, biar kujelaskan—"
"Kau bahkan mendahului pernikahanku dan Jimin, katakan ini bercanda Jeon Jungkook!"
"Sayangnya aku serius, akan kujelaskan
nanti. Ayo kita bertemu."
"Kau memang harus menjelaskan banyak hal." Panggilan itu pun berakhir dengan helaan napas panjang dari mulut Jungkook. Sudah saatnya dia lepas dari bayang-bayang perasaannya kepada gadis itu.
***
Jeon Jungkook melirik gadis di sebelahnya yang hanya diam saja sejak mobilnya melaju meninggalkan butik beberapa waktu yang lalu. Ya, Jiyeon tampaknya masih sangat kesal pada dirinya.
"Ehem…" Jungkook berusaha mengalihkan atensi Jiyeon namun gadis itu memilih acuh. Jungkook menepikan mobilnya sebab mereka sudah sampai di tempat tujuan. "Hey, kau masih marah soal ciuman tadi hmm?"
Jiyeon mendesah malas, enggan buka suara. "Astaga, kau kekanakkan sekali. Itu hanya sebuah ciuman dan kita akan menikah. Wajar saja."
"Heh, ciuman itu—hanya dilakukan oleh orang yang saling mencintai."
Jungkook terbahak. "Astaga, kau masih berpikir seperti itu. Wah-wah ...." Jiyeon menatap kesal ke arah Jungkook, memangnya ada yang lucu? "Dengar Nona Park Jiyeon. Setelah menikah kita bahkan akan melakukan lebih dari ciuman dan itu tentu saja tanpa adanya cinta. Jadi buang pikiran kekanakkanmu itu jauh-jauh."
"Maksudmu apa lebih dari ciuman?!" Wajah Jiyeon sudah merona karena malu dan juga jengkel.
Jungkook menyeringai. "Jangan pura-pura lupa, tujuan pernikahan ini adalah untuk memiliki bayi. Lagi pula sebagai seorang istri kau juga harus melakukan kewajibanmu melayaniku." Sungguh wajah Jiyeon sudah terlalu terbakar rasanya. "Ingatlah, kau milikku sejak kau menyetujui pernikahan kita." Jungkook tersenyum menyebalkan, ingin sekali rasanya Jiyeon mencakar wajah sok tampan itu. Ah, memang tampan sih.
"Dasar mesum!"
Jungkook tertawa, dia mendekati Jiyeon membuat gadis itu sesak napas. Dia pikir Jungkook akan menciumnya lagi namun rupanya yang pria itu lakukan hanyalah membuka safety belt miliknya. "Siapa yang berpikiran mesum di sini?" Jungkook tersenyum, dan Jiyeon lagi-lagi merasa
dipermalukan. "Ayo turun kita sudah sampai."
Jiyeon pun segera turun dari mobil sebelum Jungkook menggodanya lagi. "Kita mau apa kemari?"
"Bertemu temanku. Ayo." Jungkook meraih tangan Jiyeon, menggenggamnya erat memasuki sebuah cafe kelas atas di pinggir kota. Tempat dia dan para sahabatnya biasa berkumpul. Di sanatampak seorang gadis mungil telah menunggu mereka.
"Jieun ...." Sapa Jungkook, gadis itu segera tersenyum cerah menyambut Jungkook dan Jiyeon.
"Akhirnya kau datang juga, aku penasaran apa yang membuatmu memutuskan untuk menikah cepat." Jieun menelisik Jiyeon dari ujung rambut hingga ujung kaki "Dan tampaknya aku paham." Jieun tersenyum manis. "Hey, aku Lee Jieun, panggil saja Jieun." Sapanya pada Jiyeon, dibalas hal yang sama oleh gadis itu.
"Park Jiyeon. Panggil Jiyeon saja."
"Jadi Jiyeon, sejak kapan kau mengenal Jungkook? Maksudku kapan kalian dekat dan menjalin hubungan spesial?" Jiyeon sedikit bingung dijejali pertanyaan bertubi-tubi seperti itu oleh Jieun. "Hentikan, kau membuatnya tidak nyaman." Sela Jungkook. "Dimana Jimin?"
"Dia sedang ke toilet." Jawab Jieun. "Ah, maafkan aku Jiyeon. Aku terlalu antusias." Jieun mengajak Jiyeon duduk, gadis itu hanya tersenyum canggung. Namun, ada hal yang mengganggu pikiran Jiyeon sejak nama 'Jimin' disebutkan. Ya, nama itu terlalu familiar. "Kalian mau pesan apa?" Jieun kembali angkat suara, dia tipe gadis cerewet dan ramah.
"Samakan saja dengan kalian." Jungkook menjawab cepat, tidak memberikan celah untuk Jiyeon menjawab. Padahal Jiyeon baru saja hendak memilih menu, tck—belum apa-apa pria itu sudah mendominasi dirinya. Bersamaan dengan itu muncul pria tampan menghampiri mereka semua.
"Kalian sudah datang." Sapa Park Jimin, tunangan Lee Jieun tersenyum ramah. Jungkook mengangguk, sementara Jiyeon membulatkan matanya melihat sosok yang sama sekali tidak asing itu. Pun Jimin sama terkejutnya ketika melihat Jiyeon, sosok yang bahkan sampai detik ini belum bisa hilang dari benaknya. Keduanya masih samasama terpaku atas keterkejutan mereka membuat Jungkook ataupun Jieun merasa heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
FanfictionPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.