Keluarga Jeon sedang sarapan bersama dengan formasi lengkap, sang kakek baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya dua bulan terakhir. Jadi, bisa dibilang Jungkook sangat beruntung sebab kakek tidak ada di Seoul ketika dia sibuk mengabaikan Jiyeon, jika sang kakek ada di rumah tentulah Jungkook telah babak belur oleh tongkat pria baya tersebut.
"Kakek, dengar… kalian berdua jarang bersama akhir-akhir ini. Kalian bertengkar?" Tanya kakek yang memang selalu mendapat laporan dari kepala pelayan mengenai apa saja yang pasangan suami-istri itu lakukan di rumah.
Jungkook menggenggam tangan Jiyeon mengecupnya di hadapan kakek, "Mana mungkin kami bertengkar, Kek. Kami hanya terlalu sibuk kok. Iya kan, Sayang?" Pria itu menatap istrinya penuh cinta, dibalas anggukan dari Jiyeon.
"Ya, Kakek. Kami baik-baik saja."
Kakek Jeon tersenyum lega, "Syukurlah kalau begitu."
"Oh ya, Kek. Kami justru punya kabar baik untuk Kakek." Jungkook tersenyum senang sekali, kakek tampak penasaran.
"Berita baik apa, Nak?"
Jungkook dan Jiyeon saling berpandangan, kemudian menukar senyum. "Kakek—akan segera punya cicit."
Mata kakek berbinar terkejut mendengar kabar gembira tersebut, "Sungguh? Jiyeon benar-benar hamil cicitku?" Tanya kakek memastikan, takut salah dengar atau sedang di prank.
"Ya, Kek. Sudah 11 minggu." Jawab Jiyeon, maka kakek bangkit dari kursinya dengan girang. Dia tertawa sembari meneteskan air mata.
"Aku akan punya cicit! Kalian dengar itu?! Aku akan punya cicit, yey!" Semua pelayan tampak bahagia mendengar akan hadir anggota baru dalam keluarga itu, kakek memeluk Jungkook dan Jiyeon secara bergantian saking senangnya. "Terima kasih untuk kalian berdua, Kakek senang sekali."
"Ya, Kek." Jiyeon ikut terharu melihat berapa bahagianya pria tua itu menyambut kehadiran cucunya. Sama bahagianya ketika dia memberi kabar yang sama pada ayahnya tempo hari, ayahnya sampai menangis terharu padahal saat itu dia sedang bersama anak buahnya di kantor.
"Tugasku selesai, Kek. Jadi stop menerorku dan Jiyeon. Okay?!"
"Hahaha… tentu saja. Tapi ingat, kau harus menjaga Jiyeon dengan baik. Apapun yang dia minta berikan, hamil itu tidak mudah."
"Ya, Kakek. Aku mengerti tanpa kau beritahu."
"Kau ini, selalu membalas ucapan orang tua." Jungkook hanya tersenyum, senang sekali melihat wajah renta itu begitu bahagia. "Nah, kalian semua harus memastikan Jiyeon aman di rumah ini, makanannya harus yang terbaik dan bergizi! Kalian paham?!"
"Ya, Tuan." Jawab semua pelayan kompak. Pagi itu suasana di rumah besar itu begitu hangat, seperti mentari yang pagi itu menyinari bumi dengan cahayanya.
Setelah mengetahui mengenai kehamilan sang istri, Jungkook benar-benar menjadi super protektif pada Jiyeon. Gadis itu tidak diperbolehkan membawa sesuatu yang berat bahkan tasnya sendiri, dia benar-benar diratukan oleh sang suami. Keduanya pergi untuk memeriksakan kandungan setelah sarapan, kali ini Jungkook enggan melewatkan tiap pemeriksaan calon bayinya. Dia berjanji akan selalu ada untuk Jiyeon.
Air mata Jungkook tanpa sadar menetes ketika mendengar detak jantung bayinya, ada rasa haru luar biasa mengingat dia akan segera menjadi seorang ayah. Dikecupnya punggung tangan Jiyeon berkali-kali sebagai rasa syukur dan terima kasih. "Detak jantungnya benar-benar memberikan kehidupan baru, aku sangat bahagia Jiyeon, aku mencintaimu."
Jiyeon pun tersenyum haru, "Aku juga mencintaimu."
Dokter yang melihat ikut bahagia melihat pasangan itu, ah—sejujurnya sangat dokter adalah salah satu fans mereka berdua sejak berita pernikahan mereka menjadi pernikahan paling didambakan sepanjang masa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
FanfictionPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.