Sementara di luar, Jungkook tampak kesal Jiyeon mematikan teleponnya begitu saja.
“Dasar gadis tidak sopan, aku bahkan belum selesai bicara. Tck ... dia satu-satunya gadis yang memperlakukan Jeon Jungkook seperti ini. Awas saja!” Dumelnya sembari memasukkan ponselnya ke saku.
Tidak lama Jiyeon keluar dengan penampilan begitu manis, Jungkook sempat merasa kagum beberapa saat. Namun Buru-buru dia
mempertahankan ekspresi datarnya kembali. “Woah ... sesuai ekspektasi, kau sangat cantik.”
“Apa itu sebuah pujian?” Cibir Jiyeon, dia sudah sangat jenuh mendengar kata ‘cantik’ yang ditujukan untuk dirinya. Ya, selama 24 tahun ini dia selalu mendengar itu dan Jiyeon jadi trauma sendiri sebab lebih banyak hal buruk ketimbang hal baik yang terjadi.
“Ya, aku sedang memujimu. Tidak ingin berterima kasih?”
“Untuk apa? Aku tahu aku cantik.” Jungkook menaikkan bahunya acuh, dia akui kepercayaan diri Jiyeon memang luar biasa tapi sayangnya dia bicara sesuai fakta jadi Jungkook tidak punya alasan untuk menyalahkan.
“Ya, itulah mengapa kita akan menciptakan keturunan yang luar biasa. Kau cantik dan aku tampan.”
Jiyeon menatap Jungkook horor ketika pria itu membukakan pintu untuknya. “Tidak bisakah kau tidak bicara soal bayi sebentar saja?”
Jungkook tertawa. “Ya, maaf.” Setelahnya Jiyeon memasuki mobil mewah Jungkook, disusul pria itu yang duduk di kursi kemudi.
Mobil Ferrari itu berhenti di depan sebuah mansion yang luar biasa besar—bak istana di dalam drama-drama orang kaya. Kini Jiyeon bisa melihat secara langsung mansion yang mewah dan besar sekali. Gadis itu tertegun sejenak, sekaya apa pria yang akan dia nikahi? Mendadak firasat Jiyeon tidak enak mengenai kehidupannya di masa akan datang.
“Kenapa bengong? Takjub pada rumahku?” Jungkook tersenyum menyebalkan, Jiyeon mendelik kesal.
“Biasa saja, tuh. Aku sering melihat rumah semacam ini di drama-drama romance.” Jungkook terbahak, Jiyeon benar-benar sosok yang menggemaskan. Sementara Jiyeon mengutuk mulutnya yang kelewat jujur, sebab Jiyeon itu tidak pandai berbohong.
“Kurasa kau akan sangat cocok dengan kakek.” Jungkook tersenyum, dibalas tatapan heran dari sang dara. Puluhan pelayan dengan seragam yang sama menyambut dua sejoli itu, mereka membungkuk memberi penghormatan.
“Selamat datang, Tuan dan Nona Muda.” Kata mereka serempak, Jiyeon sampai speechless. Belum pernah dia begitu dihormati sampai seperti itu, dia jadi merasa seperti putri di negeri dongeng.
Jiyeon tersenyum tanpa sadar, kemudian mengikuti jejak Jungkook.
Di ruangan cukup luas itu, seorang pria baya menyambut mereka dengan begitu antusias. Kakek
Jungkook, Tuan Besar Jeon. “Selamat datang ....” Kakek menatap takjub kepada Jiyeon. “Wah, jadi dia
calonmu?”
“Iya, Kek. Kenalkan Park Jiyeon kekasihku.” Jungkook memperkenalkan Jiyeon, gadis itu membungkuk memberi hormat.
“Senang bertemu denganmu, Kek.” Sapa Jiyeon tersenyum manis.
“Oh Tuhan, cucu menantuku cantik sekali. Sini, Nak.” Jiyeon mendekat, kakek membelai wajah gadis itu lembut. “Kau benar pacar Jungkook?” “Iya, Kek.” Jiyeon tersenyum.
“Ya Tuhan ... beruntung sekali Jungkook.” Kakek menatap Jungkook. “Dari mana kau dapatkan bidadari seperti ini? Kau tidak sedang membayarnya untuk pura-pura menjadi kekasihmu kan?”
“Astaga Kek, berhenti menonton dramadrama tidak berguna itu. Lihat? Pikiran Kakek jadi penuh delusi.”
“Ya, habisnya kau bisa mendapatkan calon istri secepat ini. Lima hari lalu kau bilang belum menemukan.”
Tck, si tua bangka ini ingatannya kuat sekali.
Batin Jungkook.
“Begini, Kek. Kami sebenarnya sudah lama menjalin hubungan diam-diam, aku belum memperkenalkan dia pada Kakek sebab waktu itu Jiyeon belum siap menikah, Kek. Baru sekarang aku berani membawa Jiyeon menemui Kakek, karena dia telah menerima lamaranku. Bukankah begitu,
Sayang?”
“Itu benar, Kek. Aku belum siap karena kupikir, aku masih terlalu muda untuk menikah. Tapi, sekarang aku sudah yakin.” Jiyeon tersenyum. Dia memang pandai sekali berbohong ya? Kenapa tidak jadi aktor saja?! Batin Jiyeon mencibir.
“Kalau begitu, syukurlah. Kakek senang sekali.” Tuan Jeon mengajak mereka untuk makan malam. Jungkook hanya mampu merasa kesal, sebab sejak tadi dia diabaikan oleh kakeknya dan Jiyeon. Kedua orang berbeda generasi itu asik sekali mengobrol tentang—romance drama. Astaga! Sepertinya Jungkook akan semakin memperparah kecanduan kakeknya akan drama, sebab—kini dia punya teman untuk berbagi cerita.
“Kakek sudah lihat drama Korea Itaewon Class?” Tanya Jiyeon antusias.
“Belum.”
“Kakek harus nonton itu, sebab—dramanya sangat bagus.”
“Benarkah?”
“Ya, Kek. Percaya padaku.”
“Kalau begitu kita nonton bersama kapankapan.”
“Ide, bagus Kek. Aku jadi punya teman menjerit bersama hahaha.”
Tuan Jeon begitu bahagia, Jiyeon benarbenar sosok cucu mantu idaman. Hah, dia tidak sabar Jiyeon tinggal di rumah bersamanya pasti menyenangkan sekali. Hari-harinya yang sepi akan menyenangkan mulai saat ini. “Drama favorit Kakek apa?!”
“Hmm ... sampai saat ini, Goblin nomor satu,
Nak.”
“Woah ... aku juga berpikir begitu. Aku masih belum bisa move on, Kek.” Kedua manusia berbeda usia itu kembali cekikikan tidak jelas, Jungkook sudah jengah.
“Hey—bisakah kalian berhenti
membicarakan soal drama? Aku pusing!” Omel Jungkook, dia bahkan tidak bisa menelan makan malamnya dengan baik.
“Ups, maaf. Aku lupa ada kau di sini.” Gumam Jiyeon, dia dan Tuan Jeon kembali tertawa. Jungkook benar-benar kesal, baru pertama bertemu Jiyeon sudah berhasil merebut perhatian kakeknya. Bagaimana nanti? Wah, gelar cucu emas yang selama ini dia sandang akan digeser oleh Jiyeon sepertinya.
Kakek memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya, namun tiba-tiba saja dia tersedak. “Uhuk—” Kakek merasa sesak napas, semua orang panik termasuk Jungkook dan para pelayan.
“Kek, ada apa? Kau kenapa?” Panik Jungkook.
“Huhu—eumm.” Kakek menunjuk lehernya, Jungkook kalang kabut begitu pun para pelayan. Jiyeon segera bangkit, dia berdiri di belakang kakek
Jeon.”
“Serahkan padaku, tahan ya Kek?”
“Hey—apa yang mau kau lakukan?!” Sergah Jungkook cemas, tidak menggubris Jungkook. Jiyeon memukul punggung kakek Jeon dengan kuat.
Daging di leher kakek seketika terpental keluar.
“Hah ... leganya. Aku pikir aku akan mati.” Gumam kakek Jeon lemas.
“Kek, lain kali tidak usah makan daging. Itu terlalu keras dan tidak baik untuk kesehatanmu.” Nasehat Jiyeon, kakek tersenyum.
“Iya, Nak. Terima kasih sudah menyelamatkan hidupku. Kau malaikatku.” Kakek menggenggam tangan Jiyeon erat dengan tatapan berbinar.
“Iya, Kek. Aku hanya mencoba melakukan apa yang kubisa.” Jiyeon tersenyum tulus. Semua orang tampak kagum pada sosok Jiyeon, selain cantik dia juga pemberani dan hebat. Tak terkecuali Jungkook yang merasa begitu takjub, dia saja tidak bisa melakukan apa pun tadi ketika kakeknya dalam bahaya.
Dalam hati Jungkook bersyukur, dia memilih istri yang tepat. Jiyeon sempurna dalam segala hal.
“Jungkook— Kakek tidak mau tahu. Kalian menikah minggu depan.” Kata sang kakek tidak sabaran.”
“Hah?” Ujar Jungkook dan Jiyeon bersamaan. Mereka berdua sama-sama terkejut akan pernyataan kakek Jeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
Fiksi PenggemarPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.