Jiyeon baru saja hendak pergi menemui Jimin, begitu dia membuka pintu kehadiran Eunwoo mengejutkannya. Pria itu sengaja menunggu Jiyeon di depan rumah, ingin memastikan gadis yang dicintainya baik-baik saja. Walau bagaimana pun Eunwoo sangat khawatir mengingat kondisi Jiyeon terakhir kalinya sangatlah memprihatinkan.
"Eunwoo? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Jiyeon cukup terkejut.
Eunwoo tersenyum kemudian menyerahkan paper bag berisi makanan favorit gadis itu, "Aku ingin memastikan kau baik-baik saja secara langsung, kau masih suka ayam goreng pedas kan?"
Sungguh Jiyeon terharu Eunwoo masih ingat apa yang dia sukai, perhatian pria itu sangat tulus padanya. "Terima kasih Eunwoo, kau tidak perlu cemas aku baik-baik saja." Jiyeon tersenyum lebar agar pria di depannya tidak merasa cemas lagi. "Akan kumakan ayam gorengnya nanti, aku harus pergi sekarang."
"Mau kemana? Biar kuantar."
Jiyeon menggeleng, "Tidak perlu, kau juga harus pergi bekerja kan? Aku pergi sendiri saja lagipula aku ingin berjalan-jalan sendirian."
Eunwoo paham perasaan Jiyeon yang ingin sendiri, dia pun enggan memaksakan kehendak seperti sebelumnya. "Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu."
"Hmm…" Angguk Jiyeon, baru beberapa langkah Jiyeon kembali memanggil pria itu. "Eunwoo!"
Eunwoo menoleh lagi, "Kenapa?" Tidak menjawab Jiyeon justru berjalan menghampiri Eunwoo kemudian memberikan pelukan hangat untuk mantan terindahnya tersebut. Eunwoo cukup terkejut Jiyeon tiba-tiba memeluknya lebih dulu.
"Terima kasih Eunwoo untuk semua yang telah kau lakukan untukku, aku tidak tahu bisa membalasnya atau tidak."
"Kau tidak perlu membalas apapun."
"Ya, itulah kenapa aku sangat berterima kasih. Dan maaf untuk segalanya." Eunwoo terdiam, Kata-kata Jiyeon mengisyaratkan bahwa hati gadis itu telah benar-benar bukan untuknya. "Kau tidak perlu khawatir lagi, aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasi apapun dalam hidupku. Aku janji akan kuat."
Eunwoo melepaskan pelukan dan beralih menatap Jiyeon serius, "Ya, kau harus baik-baik saja. Jika kau sudah tidak sanggup bersama Jungkook. Jangan ragu untuk datang padaku."
Jiyeon mencubit perut Eunwoo, "Memangnya kau tempat pelarian atau apa huh?! Tidak ada harga diri sama sekali. Aku tidak akan melakukan itu!"
"Aku serius."
Jiyeon menggeleng, "Tidak, kau harus lupakan aku dan temukan gadis baik yang mencintaimu dengan tulus. Okay? Pria baik sepertimu tidak boleh berakhir sia-sia tahu. Kasihan gadis di luar sana masih banyak yang menunggu seseorang sempurna sepertimu."
Eunwoo tersenyum, "Hah—kau bicara apa sih?"
"Intinya aku mau kau temukan kebahagiaan sendiri!"
"Iya-iya, doakan saja."
Jiyeon tersenyum, "Itu pasti, doaku yang terbaik untukmu." Keduanya pun saling menukar tawa, saling melepaskan perasaan yang selama ini membebani hati.
Jungkook menatap puas penampilannya di cermin, sudah rapi dengan setelan formal. Rambutnya pun disisir ke belakang menambah kesan maskulin dan tampan. Kakek memasuki kamar pria itu guna memberikan semangat sebab Jungkook akan bertarung untuk perusahaan hari ini.
"Kau harus memenangkan kerja sama dengan klien, ingat jika kau mengecewakan para pemegang saham. Ke depannya akan sulit mendapatkan kepercayaan mereka lagi. Posisimu bisa saja tergeser." Nasehat kakek serius, posisi cucunya dipertaruhkan melalui berhasil tidaknya Jungkook hari ini.
"Aku mengerti, Kek. Aku pastikan kerja sama itu kudapatkan. Kakek tidak perlu cemas, duduk saja di rumah menunggu cicit lahir."
Tongkat kakek melayang ke pantat Jungkook, "Kau ini, bagaimana bisa aku tenang jika kondisi perusahaanmu belum stabil?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
FanfictionPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.