Jungkook merasa begitu khawatir sebab Jiyeon tidak juga pulang ke rumah meskipun hari sudah larut, istrinya itu pun tidak dapat dihubungi. Kemudian dengan bantuan orangnya, dia menemukan keberadaan sang istri yakni di rumah ayahnya. Buru-buru Jungkook pergi ke sana, firasatnya sungguh tidak enak. Jika Jiyeon sampai pulang ke rumah orang tuanya apalagi tanpa meminta izin padanya, tentunya gadis itu sedang marah besar.
Setelah menekan bel beberapa kali, akhirnya Tuan Park membukakan pintu. "Selamat malam, Ayah."
"Masuklah, Nak."
Jungkook masuk ke dalam rumah, tidak ada tanda keberadaan Jiyeon. "Kau datang untuk menjemput Jiyeon?"
"Iya, Ayah."
"Dia ada di kamarnya, saat datang kemari dia begitu kacau. Seluruh tubuhnya basah, dia menggigil kedinginan. Semoga tidak demam." Mendengar hal tersebut rasa bersalah dalam diri Jungkook semakin menjadi, namun dia juga bingung apa yang terjadi dengan istrinya.
"Maafkan aku, Ayah. Tapi, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang terjadi pada Jiyeon. Dia tidak pulang dan sulit dihubungi, saat ponselnya dilacak dia ada disini."
"Kau tidak tahu Jiyeon marah padamu?" Jungkook menggeleng gamang, "Duduklah dulu."
Jungkook duduk di hadapan Tuan Park, pria paruh baya itu pun menjelaskan apa yang dia dengar dari Jiyeon serta menunjukkan video yang dikirimkan oleh Jieun. Tentu saja Jungkook amat sangat terkejut mendengar apa yang terjadi pada istrinya serta melihat video tidak senonoh dirinya. Bagaimana bisa itu terjadi ketika dia tidak ingat apapun? "Jiyeon sangat kecewa kau tidak jujur padanya, Jungkook."
"Ayah, kau percaya padaku kan? Aku tidak mungkin mengkhianati Jiyeon—aku sangat mencintainya meskipun awalnya kami tidak saling memiliki rasa satu sama lain. Saat, ini hanya Jiyeon yang ada di hatiku. Soal Jieun—aku sungguh tidak mengerti apa yang terjadi, aku menemuinya karena dia mengancam akan bunuh diri. Sepertinya malam itu dia memberiku semacam obat sehingga aku tidak sadarkan diri, dia sudah merencanakan semuanya. Aku bahkan baru tahu jika Jieun membuat rekaman seolah kami tidur bersama."
"Ayah, percaya padamu Jungkook. Tapi, kau harus berusaha keras meyakinkan istrimu. Kalian selesaikan masalah, Ayah harus pergi ke kantor sekarang."
Jungkook mengangguk, "Baiklah, Ayah." Sepeninggal ayah mertuanya, Jungkook segera menuju kamar Jiyeon dengan perasaan gusar—bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan sang istri, kesalahannya terlalu besar. Maka, dia mengetuk pintu kamar Jiyeon beberapa kali. Tidak lama Jiyeon membuka pintu dan terkejut mendapati Jungkook, bukan ayahnya. Refleks dia hendak menutup pintu lagi namun kaki Jungkook menahan bagian bawah pintu agar tidak dapat ditutup. "Tolong dengarkan penjelasanku dulu, Sayang. Aku harus meluruskan sesuatu."
"Meluruskan apa? Kebohonganmu?!"
Jungkook menunduk sedih, "Maafkan aku, Jiyeon. Aku salah karena telah berbohong padamu." Jiyeon hanya membuang pandangan malas, "Aku tidak jujur karena tidak mau kau khawatir, itu saja. Aku sudah berjanji tidak menemui Jieun—waktu itu aku terpaksa menemuinya karena dia mengancam akan bunuh diri. Tapi, ternyata dia menipuku. Soal video itu, aku dijebak Jiyeon, sungguh aku tidak melakukannya."
"Aku tidak peduli kau dijebak atau tidak Jungkook, kau datang menemuinya dan kau tidur dengannya itu adalah fakta."
"Aku tidak tidur dengannya, aku tahu itu. Kumohon percayalah padaku, ini permainan Jieun."
Jiyeon tertawa gamang, "Kau sangat aneh, Jungkook. Kau memintaku untuk percaya padaku. Tapi apa yang kau lakukan?! Kau bahkan berbohong padaku, menyembunyikan semua dariku. Kau tidak jujur padahal kau punya kesempatan mengatakan semuanya padaku sebelum Jieun menunjukkan video tidak senonoh kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
FanfictionPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.