Jiyeon masih begitu merasa kehilangan dan berduka atas kepergian bayinya, apalagi ketika mengetahui bahwa Jieun dalam dibalik semua duka yang dia alami. Dia jadi merasa bersalah, kenapa bayinya yang menerima konsekuensi kebencian gadis itu pada dirinya. Kenapa harus bayinya yang pergi?
Namun kehadiran teman-temannya yang datang menjenguk mengurangi sedikit kesedihannya.
"Kau harus cepat pulih, kau tidak mau terus berada di rumah sakit ini kan? Aku saja tidak betah berlama-lama di rumah sakit. Ya, terpaksa saja sering datang kemari karena suamiku bekerja di sini." Ujar Soojung begitu cerewet, Jiyeon hanya terkekeh mendengarnya.
"Jadi kau selama ini hanya terpaksa datang menemuiku?" Sungyoon pura-pura ngambek.
"Bukan begitu, Sayang. Maksudku, aku benci rumah sakit tapi aku jadi suka karena ada kau." Soojung segera memeluk suaminya, Jiyeon terkekeh melihat kelakuan sahabatnya.
"Tidak bisakah kalian tidak pamer kemesraan di depan orang sakit?" Cibir Jiyeon, pasangan itu hanya tersenyum.
Soojung kembali mendekati Jiyeon, gadis itu berbisik, "Aku tahu banyak hal yang sudah terjadi. Tapi yang membuatku heran, bagaimana bisa barisan mantanmu akur begitu dengan suamimu?" Soojung menunjuk Eunwoo dan Jimin yang tampak berbincang dengan Jungkook, Jiyeon hanya tersenyum.
"Entahlah, karena semua hal yang terjadi mereka tampaknya jadi teman baik."
"Daebak…."
"Kau tidak berharap aku juga akur dengan mantanmu kan? Itu tidak akan terjadi." Lagi-lagi Sungyoon menyindir sang istri, Soojung kembali panik sebab akhir-akhir ini sang suami menjadi sangat cemburuan dan sensitif.
"Tentu saja tidak, Yeobo. Lagipula aku kan tidak punya mantan. Kau pacar pertama yang jadi suamiku."
"Seingatku kau pernah punya mantan waktu SMP."
Soojung tertawa, "Itu hanya cinta monyet tidak masuk hitungan."
"Tetap saja mantan namanya."
Perdebatan suami istri itu terhenti ketika Eunwoo dan Jimin mendekat ke arah Jiyeon. "Aku senang kau semakin membaik, aku harap ini terakhir kalinya kau terluka." Eunwoo berujar dengan tulus, walau bagaimana pun dia masih mencintai gadis di depannya itu. "Kau juga harus kuat dengan segala macam cobaan."
"Ya, Eunwoo. Terima kasih untuk semuanya." Eunwoo hanya tersenyum.
"Aku harus pergi sekarang, cepat sembuh." Jiyeon mengangguk, "Kau harus lebih ekstra menjaga Jiyeon." Kata Eunwoo pada Jungkook.
"Ya, tentu saja. Kau tidak perlu mengajariku soal itu." Balas Jungkook, Eunwoo tersenyum lagi. "Baiklah, aku pamit."
Sepeninggal Eunwoo, Jimin pun melakukan hal yang sama. "Aku juga harus pergi sekarang, lekas sembuh, Ji."
Jiyeon tersenyum, "Sekali lagi terima kasih, Jimin. Kau sudah menyelamatkan hidupku."
"Tidak perlu berterima kasih, apa yang kulakukan bahkan belum bisa menebus kesalahanku. Aku berharap kau selalu bahagia."
"Kau juga."
Keduanya saling tersenyum, tidak ada lagi perasaan tidak nyaman satu sama lain. Tiba-tiba saja Jungkook menarik pipi Jimin kuat, "Jangan lama-lama tersenyum pada istriku."
"Heol—dasar cemburuan." Keluh Jimin memegangi pipinya yang terasa panas akibat cubitan Jungkook. Jiyeon, Soojung serta Sungyoon tertawa melihat ekspresi Jimin.
"Sudah sana pergi!" Balas Jungkook lagi, Jimin mendengus.
"Iya-iya, aku pergi. Jangan tahan aku!" Jimin pura-pura di tahan oleh Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Acquiesce | JJK√
Fiksi PenggemarPark Jiyeon dan Jeon Jungkook, menikah karena sebuah keharusan. Bukan karena cinta, bukan karena kontrak atau semacamnya seperti di drama, tapi hanya karena mereka saling membutuhkan semacam simbiosis mutualisme.