The Catalyst 11

104 23 4
                                    

MEMBERIKAN VOTE!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.

Tittle: THE CATALYST

Author: HatakeIrra

Genre: fantasy/romance/action (17+)

Disclaimer: This Story Is Mine.

.

.

.

Aku mengetik kata NEPHILIM pada laman pencarian di Gugel. Namun, yang muncul malah merujuk pada tokoh film barat dan hero dalam game online. Aku semakin dibuat bingung. Lalu, yang dimaksud Nephilim oleh Taehyung itu apa?!

Oh, kau tidak memiliki Glamour, ya. Aku lupa, Nona Jung. Nephilim sepertimu seharusnya memiliki Glamour.

Ucapan Taehyung terus terngiang-ngiang di telingaku. Nephilim dan Glamour, ya. Apakah aku harus bertanya pada Yoongi atau Jimin?!

"Sedang memikirkan apa, sayang?!"

Aku menoleh, menatap hantu Namjoon yang tengah tersenyum lebar. Lesung pipi itu membuatnya terlihat manis. Ah, andai saja ia bukan hantu.

"Hei, aku sedang bingung. Kau tahu apa itu Nephilim?" Tanyaku pelan. Mataku melirik ke sekeliling. Takut ada orang yang mendengarku sedang berbicara sendirian dan menganggapku gila.

"Nephilim?! Apa itu?! Aku justru baru mendengarnya darimu, Lis." Jawab Namjoon. "Kau tidak mencarinya di gugel?"

"Sudah. Tapi, yang kutemukan malah hero dalam game online." Aku mendengus malas.

"Ya, mungkin Nephilim itu memang pahlawan dalam game online. Untuk apa kau mencari arti kata itu?!" Namjoon duduk di sisiku. Jemarinya mengelus lenganku. Sensasi dingin kurasakan ketika jemari Namjoon menembus kulitku.

Aku terdiam. Meski kuberitahu pun Namjoon belum tentu mengerti. Tiba-tiba, aku teringat sesuatu.

"Eh, Namjoon. Hari itu, ketika Pak Yoongi mengajar kau mengatakan sesuatu tentang Jisoo, Seokjin, dan Taehyung 'kan. Apa yang mereka bertiga lakukan di sekolah?!" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Namjoon tampak terkejut. "Untuk apa kau membahasnya?! Jisoo 'kan sudah mati. Mungkin, selanjutnya giliran Junie."

"Jaga bicaramu, Namjoon-ssi. Kupikir, kau tahu segalanya, Namjoon. Kau kan hantu." Ucapku kecewa.

"Hmm, gimana ya. Aku tidak tahu apa yang mereka berdua lakukan di dalam gudang waktu itu. Tapi..."

"Maksudmu, hanya Jisoo dan Seokjin?!"

"Ya. Taehyung atau siapapun itu memergoki mereka berdua ketika mereka keluar dari laboratorium di lantai atas sekolah."

"Ngapain mereka berdua disana?!" Tanyaku bingung.

"Mana kutahu. Mungkin sedang membuat contekan untuk ujian. Aku tidak menyadari kedatangan mereka berdua. Yang kutahu adalah ketika Taehyung tiba, dan Seokjin terlihat sakit. Lalu, Taehyung mengantarnya pulang."

Aku mengangguk-angguk mengerti. "Lalu, bagaimana dengan Jisoo?!"

Yah, setelah hari itu Jisoo sempat menghilang sebelum bunuh diri di sekolah. Apa sebenarnya yang terjadi pada gadis itu?!

"Dia pergi." Sahut Namjoon acuh. "Dengan seorang laki-laki tampan yang mengendarai motor sport merah. Laki-laki yang kau kenal."

"Siapa?!"

"Ju–" Namjoon terdiam sebentar. "Dia datang. Aku harus pergi, Lisa. Bye bye."

Namjoon mengecup pipiku singkat, sebelum dirinya memudar dan hilang. Membuatku mengumpat dan menggerutu marah.

"Memangnya siapa yang da–aakhh!"

"Disini kau rupanya, Nona Jung."

Aku terkejut saat Jungkook tiba-toba merangkul leherku dari belakang dan berbisik tepat di depan telingaku dengan suara rendah. Sebuah kebiasaan yang tak pernah hilang sejak kami saling kenal.

"Lepaskan!" Aku memukul tangan Jungkook dan berusaha mengurai rangkulannya.

"Wah, kau ke kantin tidak mengajak kami, Lis. Curang sekali." Keluh Ody. Ia duduk di hadapanku sembari meletakkan nampan berisi cheese cake dan segelas jus mangga.

"Kupikir kalian tidak lapar." Sahutku acuh.

"Kau sendirian sejak tadi?" Tanya Jungkook. Ia duduk di sebelahku tanpa melepaskan rangkulannya padaku.

Aku menatap Jungkook dan Ody bergantian. Jadi, Namjoon pergi karena takut pada Jungkook dan Ody. Eh, tunggu dulu. Untuk apa dia takut, toh Jungkook dan Ody 'kan tidak bisa melihat dirinya.

"Ditanya malah melamun." Jungkook menoyor pelan kepalaku.

"Makan." Ody menyodorkan sesendok cheese cake padaku.

"Kenapa kalian hanya berdua? Dimana Junie?"

"Entah, dia keluar buru-buru tadi. Mau nemuin pacar mungkin." Jawab Jungkook acuh.

"Hei, Lis. Lihat ke arah pukul 9." Kata Ody pelan.

Aku sontak menoleh, dan tanpa sengaja pandanganku bersirobok dengan netra tajam milik Yoongi yang juga menatapku sembari menyantap ramennya.

Oh, aku tahu. Jadi, Namjoon buru-buru kabur tadi karena ada Yoongi. Eh, apa Namjoon sudah tahu kalau Yoongi bisa melihatnya juga?!

🌹🌹🌹

Aku mengelus body motor sport merah milik Hoseok yang ada di garasi. Terakhir kali kulihat Hoseok menggunakan motor itu sebulan yang lalu, saat dia memutuskan untuk membeli mobil. Itu adalah motor sport hadiah ulang tahunnya dari Oma di Buzan.

Mungkinkah Hoseok yang menjemput Jisoo hari itu?! Tapi, darimana Hoseok mengenal Jisoo?!

"Lisa, sedang apa kau disana?"

Teguran Hoseok membuatku tersentak kecil. Aku bergeleng pelan. "Hanya mengagumi motormu saja."

Hoseok mendekat. Ia mengeluarkan motor besar itu dari dalam garasi, lalu menghidupkannya. "Tolong, lemparkan lap itu, Lis."

Aku mengambil lap kumal yang ada di atas meja, lalu kulemparkan kearah Hoseok. Meleset, lap itu mengenai wajahnya yang tampan.

"Ah, maaf maaf. Aku tidak sengaja, oppa." Aku berlari mendekat dan mengusap wajah Hoseok dengan perasaan bersalah.

Hoseok tertawa. "Tidak apa-apa. Hanya lap, bukan batu bata."

"Kau–" Aku memukul Hoseok gemas. Ia menarikku ke dalam pelukannya. Menciumi pucuk kepalaku dengan sayang.

"Aku menyayangimu, yeodongsaeng." Bisik Hoseok.

"Aku juga, oppa."

"Sebentar." Hoseok melepasku, ia mulai mengelap motor besarnya yang berdebu itu. "Mau jalan-jalan?"

Senyumku terkembang. "Ya."

Aku berjongkok di sebelah Hoseok, menatap dia yang sibuk membersihkan motornya.

Dengan seorang laki-laki tampan yang mengendarai motor sport merah. Laki-laki yang kau kenal

Ucapan Namjoon kembali berdengung di telingaku. Namun sebisa mungkin aku mengabaikannya. Tak hanya Hoseok yang memiliki motor sport warna merah 'kan.


















🌹🌹🌹🌹🌹

Ahh udahlah

Abis pokoknya!

Kek gak nyambung gitu ceritanya, di unpub aj pa ya?!

THE CATALYST (LALISA X BTS FANFIC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang