7. Pisah Kenal

744 180 27
                                    


     Mayang sudah berdiri di depan cermin. Lembutnya cahaya matahari menerobos masuk lewat jendela kamar kosnya. Pagi yang cerah. Secerah hati Mayang yang berusaha selalu bersyukur atas apapun yang ia peroleh di setiap detik kehidupannya.

Allahumma ma ashbaha bi min ni'matin aw bi ahadin min kholqika fa minka wahdaka la syarika laka fa lakal hamdu wa lakasy syukru....

Ya Allah, nikmat apapun yang ada padaku di waktu pagi atau yang ada pada setiap mahlukMu, semuanya hanya dariMu semata, tiada sekutu bagiMu, bagiMu segala puji dan bagiMu segala syukur
(Doa yang diajarkan Rasulullah berdasarkan hadist riwayat Imam Nasa'i)

    Sebuah gamis warna coklat susu dipadu kerudung warna coklat tua yang menjulur hingga menutup ke dada menjadi outfit Mayang untuk ke kantor hari ini. Tak lupa sebuah cardigan panjang hingga sampai betis menambah manis penampilan seorang Mayang Puspitasari. Kata sang ibu nama Mayang dalam bahasa Jawa berarti lembut. Dalam bahasa Indonesia bermakna bunga. Sedang Puspitasari itu bermakna kebun bunga atau inti bunga.

     "Pas hamil kamu itu ibu nggak mengira bakal dikasih lagi anak. Karena waktu itu gencar slogan dua anak cukup. Ibu ikut terpengaruh sama program itu. Jadi ya ibu merasa setelah punya Yudis sama Intan ya sudah cukup. Laki perempuan lengkap"

     "Jadi May nggak diinginkan dong"

     "Heh, mana ada anak nggak diinginkan. Bukan nggak diinginkan. Lebih tepatnya tidak direncanakan..."

     "Tapi ibu senang pas May lahir?"
 
      "Ya jelas sueneng nemen toh nduk. Seneng sampai almarhum bapak kamu itu kendurian tiga hari tiga malam. Seneng dikasi anak perempuannya lagi. Kata bapakmu pas kayak bunyi hadis yang bilang barangsiapa punya dua anak perempuan dan dia bisa menjaganya dengan baik maka anak perempuannya itu menjadi pelindung dari panas api neraka. Ibu sendiri lupa itu hadis riwayat siapa"

     Mayang tersenyum sendiri di depan cermin demi mengingat obrolannya dengan sang ibu kala itu. Menyoal nama yang diberikan oleh ibu dan bapak padanya.

     "Kamu itu pas lahir kulit mu kemerahan. Nggak terlalu gemuk tapi nggak kurus juga. Lucu. Ibu itu pas pertama lihat kamu baru lahir seperti lihat bunga yang mekar indah sedep dipandang. Cantik. Makanya ibu sama bapak sepakat kasih nama kamu Mayang Puspitasari. Pokoknya nama yang bermakna bunga gitu"

    Lagi-lagi Mayang tersenyum. Mengingat ucapan sang ibu kalau namanya itu sebagai perlambang bahwa dirinya seperti bunga yang indah mekar dan cantik. Semoga juga hatinya seindah dan secantik bunga yang memberikan kesenangan pada orang lain. Amin.

    Usai mengaminkan doanya sendiri, Mayang gegas menyambar ponselnya. Kemudian segera memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Sebuah Tote bag warna coklat susu yang setia menemaninya selama ini. Mayang memang penyuka warna kheki yang merupakan warna-warna berbau kecoklatan.

     Sapaan teman kos selalu menjadi hiburan tersendiri buat Mayang. Selain telpon dari ibu juga Yudistira dan Lita beserta dua keponakan unyunya, sapaan para teman kos nya itu menjadi spirit tersendiri. Tinggal sedikit berjauhan dari keluarga memang tak pernah mudah. Jadi keberadaan teman-teman kos yang bak saudara itu sebuah harta karun tersendiri.

     Motor matic kesayangan Mayang kini sudah melaju di lalu linta kota Semarang yang seperti sudah mendarah daging buat Mayang. Dengan senyum di balik helm nya,

     Mayang tersenyum ceria menatap pagi ini. Bukan tanpa sebab juga sih Mayang begitu bersemangat hari ini. Ya meski hari-hari biasanya Mayang juga selalu bersemangat dalam setiap aktivitasnya. Mulai dari bekerja, liqo' dan aktivitas lainnya. Karena Mayang tahu jika niatnya baik, hati senang dan bersemangat maka InsyaAllah hasil yang baik dan maksimal pun akan diperolehnya.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang