11. Menjemput Jodoh

758 194 16
                                    


      "May...anak perawan nggak boleh bangun kesiangan. Ayo cepet mandi" suara ibu langsung memenuhi kamar Mayang. Seiring wajah Bu Atika yang memenuhi layar ponsel Mayang.

     Mayang yang memang baru bangun dari tidurnya masih sibuk mengucek mata. Mayang baru menyadari kalau ibunya sudah tiga kali melakukan panggilan tapi tak ia angkat. Mungkin saking nyenyak nya ia tertidur. Soalnya pagi ini Mayang tidak sholat subuh. Biasa dispensasi tiap bulan yang di anugerahkan Allah pada perempuan.

     "Iya ibu. May lagi dapet. Jadi bablas tidur. Duh... enak banget" Mayang menggeliat sebentar. Seenak ini bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Eh tapi telpon dari sang ibu sama sekali bukan gangguan bagi Mayang.

     "Meski lagi halangan tuh ya bangun pagi tetep May. Nggak ada ada itu dispensasi males malesan begitu. Itung-itung belajar lho May. Nanti ya kalau udah nikah, nggak ada itu acara boleh bangun siang karena lagi halangan. Tetep harus bangun paling pagi dari suami sama anak. Siapin keperluan anak, sarapan....bla bla...." suara ibu seperti hilang timbul. Asli Mayang memang masih agak mengantuk.

     "May kamu tuh dengerin ibu nggak sih" Mayang langsung membuka mata lebar. Suara ibu lebih stereo dari stereo.

     "Denger ibu. May denger kok. Alhamdulillah ibu sehat wal Afiat" jawab Mayang tulus. Kalau kanjeng ibu Atika masih bisa ngomong panjang kali lebar kali tinggi seperti kereta ekspres itu tandanya ibunya sehat. Kan Mayang senang kalau ibunya sehat. Memang itu doa yang selalu Mayang panjatkan pada Allah. Agar ibunya itu panjang usia dan selalu diberikan kesehatan.

     "Ngeledek ya kamu. Kalau ibu ceriwis begini berarti sehat gitu...."

     Nah itu ibu sadar. Mayang tak bisa menahan tawanya kalau begini. Ibu paham juga. Kalau begini mata Mayang jadi melek maksimal. Mari kita layani ocehan....eh Ya Allah, ibunya kan bukan burung. Mari kita dengar wejangan ibu Atika tersayang.

      "Kata Bu ustadzah yang tadi malam ceramah di masjid sini. Eh tadi malam itu ada acara peringatan maulid nabi May di masjid kampung sini. Panggil ustadzah kondang lho dari Semarang. Ibu datang sama mbak Murti. Masjid sampai penuh lho May. Untung ibu itu datang awal. Makanya ibu dapat tempat agak depan. Coba ya kalau ibu itu datangnya nelat. Wah ya bisa nggak dapat tempat ibu May..."

     Lha Mayang ini menunggu apa kata Bu ustadzah, bukan ingin tahu suasana masjid atau ibu duduk dimana. Tapi ya sudahlah. Biarkan ibu memproduksi banyak kata yang menurut ahli memang normal dilakukan perempuan. Bahwa seorang perempuan normal mengeluarkan ribuan kata per harinya.

     "Terus apa kata ustazahnya bu?" Dengan kalem Mayang bertanya.

     "Eh iya. Apa ya...." lha si ibu kok malah lupa. Mayang menyugar rambut lebatnya. Sabar ya May...

      "Oh ini May. Kata Bu ustadzah ya, kalau ingin cepet dapat jodoh itu ya harus tirakat. Banyak ibadah gitu lho. Termasuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang nanti dikerjakan ketika sudah menikah. Salah satunya itu ya bangun pagi. Jangan malas. Wes pokok yang baik-baik...."

    Mayang anggut-anggut mendengar penjelasan ustadzah dari sang ibu. Ini temanya masih seputar bangun pagi rupanya.

     "Iya Bu. May jarang kok bangun siang begini. Lagian ini lho masih jam setengah tujuh pagi. Belum siang banget..."

     "Haaahhh ..." aduh Mayang refleks menutup telinganya. Si ibu ya, suka begitu. Duh untung Mayang ini menurun sifat kalem almarhum ayahnya.

      "Setengah tujuh kamu bilang belum siang. Duh May, ayam aja jam empat pagi sudah berkokok lho. Masak duluan ayam bangunnya daripada kamu"

     E...eh apa hubungannya sama ayam sih. Ya memang ayam beda lah sama Mayang. Yang jelas nggak ada ayam secantik Mayang kan.

      "Iya Bu. Semalam May pulang agak malam. Ada rapat akhir bulan. Jadi ya May tidurnya agak malam juga" ah sudahlah. Mayang tak perlu menjelaskan juga.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang