Duh kemana ya mas Johan ini?....batin Mayang mulai sedikit kurang nyaman berada di dalam warung."Johan ini sebenarnya beli rokok kemana ya" ucapan Arya mewakili apa yang ada dalam pikiran Mayang.
"Iya nih mas Johan sebenarnya kemana ya" timpal Mayang setuju.
"Kita keluar saja. Nggak enak banyak pembeli yang cari tempat" ajak Arya pada Mayang. Iya benar juga. Bahkan piring dan gelas mereka sudah kosong. Mereka juga tak berniat pesan lagi. Jelas karena sudah kenyang. Tak enak rasanya tetap duduk dikala banyak pembeli butuh tempat untuk makan.
Mayang dan Arya kini sudah berdiri tak jauh dari warung angkringan tersebut. Lebih tepatnya berdiri di dekat mobil milik Arya yang memang diparkir tak jauh dari warung. Arya sekilas melirik jam di tangannya.
"Sudah jam berapa pak?" Tanya Mayang sedikit gelisah. Pastinya ini sudah cukup malam. Arya bisa menangkap kegelisahan Mayang."Jam sembilan. Eng...tempat kos kamu ada jam malamnya? Atau ada aturan tidak boleh masuk kalau kemalaman?" Tanya Arya pada Mayang.
"Kalau jam malam sih nggak ada pak. Gerbang digembok maksimal jam sebelas malam. Tapi bukan cuma itu sih. May nggak enak aja pulang malam. Secara kan May kan perempuan...yaa bapak tahu sendiri lah bagaimana pandangan orang pada perempuan kalau pulang malam gitu. Apalagi orang timur seperti disini..." Jelas Mayang panjang lebar.
"Oh jadi cuma takut sama pandangan orang nih?"
Mayang sedikit menyipit menatap Arya. Apa coba maksudnya ucapan cuma takut sama pandangan orang.
"Memikirkan pandangan orang lain ada kalanya perlu dilakukan. Itu bagian dari usaha menjaga nama baik dan martabat. Dalam Islam menjaga diri termasuk nama baik itu penting. Tak menampilkan citra buruk di depan umum. Bukan karena supaya ingin dianggap baik, tapi karena memang kita ingin benar-benar menjadi orang baik...."
"....Meski ada yang bilang kalau kita terus mendengar Omongan orang nanti capek. Karena itu kita harus bisa memilah mana omongan orang yang boleh kita masukkan pikiran dan mana yang kita anggap angin lalu saja...." Mayang mengatupkan bibir saat menyadari sudah menjawab terlalu panjang."Eng...maaf pak. Maaf. Saya sudah terlalu banyak ngomong ya .."
Arya malah tersenyum lebar dengan kepala menggeleng.
"Saya suka kok mendengarnya. Sepertinya diskusi sama kamu itu menyenangkan. Membuat saya...eng..." Arya mengusap dahinya. Sekilas sedikit grogi. Tapi Mayang tak bisa menangkap kegugupan Arya yang hanya sepersekian detik itu. Mayang masih menunggu kelanjutan ucapan Arya.
"Membuat saya makin betah ngobrol sama kamu. Dan ingin mengenal kamu lebih dalam...." Lanjut Arya membuat Mayang sedikit terperanjat. Tapi sebentar. Sebelum Mayang menyadari kalau pak GM ini kan senang bercanda. Mayang kini tertawa pelan.
"Sudah malam pak. Bapak jangan godain saya terus. Mending bapak sekarang telpon mas Johan deh. Bisa makin malam ini saya pulang...." Lanjut Mayang menyisakan tawa kecilnya.
Arya berdecak dalam hati. Apa mukanya seperti bercanda ya? Apa karena ia suka tersenyum gitu? Tapi usulan Mayang agar segera menelpon Johan memang benar. Tadi ia juga sudah berpikir hal yang sama.
"Iya...iya...saya telpon Johan" Arya langsung mengambil ponsel dari saku kemejanya. Tepat saat ponsel Mayang terdengar nyaring berbunyi dari dalam tas.
Arya melihat Mayang buru-buru mengambil ponselnya. Mendengar Mayang berucap lirih usai melihat layar ponsel.
"Eh ibu...."
Mayang menggeser sedikit posisinya agak menjauh dari Arya. Lupa kalau ibunya itu nyaris setiap hari mengabsen dirinya. Bisa malam, bisa pagi atau keduanya, malam dan pagi. Baiklah kita angkat telpon dari kanjeng ibu. Tidak baik membuat orangtua khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Approved
ChickLitSpin off Love Can't Stop Mayang belajar banyak dari pernikahan Yudistira, kakak sulungnya dengan Erlita. Banyak lika liku yang harus siap untuk dihadapi kala pernikahannya itu diarungi. Mayang bukan takut akan pernikahan. Tapi Mayang berhati-hati u...