21. Pulang (2)

792 196 46
                                        


    Pak Arya?

     Karena terlalu kaget sampai-sampai Mayang hanya bisa menyebut nama itu tanpa bersuara. Ia sama sekali tak menyangka kalau Aryasatya sang general manager di kantornya itu bisa sampai disini. Di depan rumahnya. Di Salatiga.

      "May, kok bengong" suara ibu membuat Mayang tergagap.

     "Katanya teman kantor kamu" lanjut Bu Atika lagi.

     "Iya Bu. Saya teman kantornya dik Mayang" Arya membenarkan. Jangan tanya apakah pak Arya tersenyum atau tidak. Wajah itu sepertinya tak bisa untuk tak tersenyum.

     Teman kantor? Dik Mayang? Sejak kapan pak Arya menyebut dirinya dengan embel-embel dik? Ini betulan pak Arya kan? Jangan-jangan lelaki yang berdiri di depan rumahnya ini mahluk jadi-jadian. Astaghfirullah Mayang, kamu kebanyakan nonton film horor yang terkadang tak membuat orang ketakutan tapi malah tertawa saking konyolnya.

     "I ..iya Bu. Eng pak Arya teman kantor May" akhirnya Mayang membenarkan. Mayang mengimbangi Arya yang memakai istilah teman kantor. Mayang juga tak mau membuat ibunya berpikir yang aneh-aneh. Apalagi kalau tahu pak Arya ini adalah GM di kantornya.

      "Oh teman kantor ya. Lha ini May kan juga mau balik ke Semarang" Bu Atika menanggapi biasa saja.

     "Iya Bu. Kalau diijinkan saya mau ajak dik Mayang balik ke Semarang bareng" ijin Arya tenang.

     Mayang dan Bu Atika spontan saling pandang. Jangan tanya bagaimana bengongnya Mayang.

     "Lha berdua?" Tanya Bu Atika langsung.

     Arya tersenyum dan menggeleng tegas.

     "Tidak Bu. Saya sama adik saya...."

     "Assalamu'alaikum...." Suara Ambar langsung terdengar. Tadi Ambar masih tertidur saat Arya turun dari mobil.

______

      Mayang berusaha duduk tenang di jok belakang mobil. Kembali merasakan duduk di mobil milik Arya. Di posisi yang sama persis saat dimana malam itu ban nya kempes. Arya yang memegang kemudi. Hanya saja posisi Johan digantikan Ambar yang diperkenalkan sebagai adik dari Arya. Katanya sang adik mau ikut ke Semarang untuk mengisi liburan semester. Ingin berkunjung ke rumah Tante Rika.

     Tadi Mayang berusaha sebisa mungkin agar sang ibu jangan sampai ngobrol terlalu lama dengan pak Arya. Meski tadi lak Arya sempat duduk juga di kursi. Bukan apa-apa, Mayang takut kanjeng ibu Atika menanyakan hal-hal yang tak terduga. Apalagi ini untuk pertama kalinya ada lelaki menjemput Mayang sampai ke rumah Salatiga. Ibunya pasti berpikir yang aneh-aneh tentang pak Arya dan dirinya.

      Beruntung sang ibu tak sempat bertanya banyak baik pada dirinya maupun pak Arya. Mengingat Mayang memang sudah siap sejak tadi dan tak mau terlambat sampai ke kantor. Bu Atika mengijinkan Mayang balik ke Semarang bareng Arya tentu karena ada Ambar yang menemani mereka.

     Ya setidaknya saat ini Mayang masih selamat dari berbagai ke-kepoan sang ibu. Entah nanti. Mayang tak mau berpikir jauh. Meski masih setengah tak percaya kalau pak Arya menjemputnya sampai ke Salatiga.

     "Kamu biasanya naik apa kalau balik ke Semarang?" Suara Arya memecah keheningan yang sempat terjadi. Membuyarkan juga pikiran Mayang.

      "Naik bus pak. Kalau balik Senin pagi begini biasanya saya pilih naik yang patas biar cepat" jawab Mayang cepat.

      "Bapak tahu darimana alamat saya"Mayang balik bertanya. Pertanyaan yang sejak tadi bercokol di kepala Mayang terucap juga.

     "Oh itu. Eng....dari Tante Rika" jawab Arya cepat.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang