22. Gimana Rasanya

793 198 23
                                    


        Ngemol lagi. Kesempatan yang tak selalu bisa Mayang rasakan. Jalan ke mol. Ya seperti perempuan pada umumnya, Mayang juga suka juga aktivitas tersebut. Muter-muter di mall sembari cuci mata melihat barang-barang yang sebetulnya biasa saja tapi jadi luar biasa karena efek pencahayaan yang terang.

       Bukan tanpa tujuan jelas Mayang mendatangi mol usai pulang kerja. Tidak juga ingin sekedar membunuh waktu yang akhir-akhir ini sedikit bisa Mayang nikmati. Karena kini tak terlalu sering ia over time alias lembur. Tentu saja sejak pak Arya dengan sindiran halus memperingatkan seniornya agar tak mudah melempar tanggung jawab pekerjaan dengan alasan apapun.

       Mayang diminta tolong adik-adik kos nya mencarikan kado untuk hadiah pernikahan salah satu penghuni kos yang bernama Fita. Lebih tepatnya mantan penghuni rumah kos. Baru beberapa bulan yang lalu Fita lulus dan diwisuda. Kemudian memilih balik ke kampung halamannya di Banjarnegara. Para penghuni kos patungan untuk membeli hadiah berupa barang. Mereka memutuskan memberikan hadiah berupa barang dibandingkan uang yang sekarang umum digunakan sebagai hadiah pernikahan. Buwuh istilahnya. Inginnya barang tersebut bisa menjadi sebuah kenangan tersendiri dari penghuni kos buat Fita.

      Mayang tak keberatan saat adik-adik kos mendapuk dirinya untuk memilihkan barang yang sekiranya cocok sebagai hadiah pernikahannya buat Fita. Mengingat beberapa penghuni kos pulang ke kampung halaman karena sekarang sedang liburan semester. Ada juga yang justru sibuk dengan semester pendek. Dan opsi terakhir mungkin karena Mayang dituakan alias paling senior diantara penghuni kos lainnya. Jadi mereka lebih suka mengamanahkan hal seperti ini pada Mayang.

      Hehe senior.... Mayang tersenyum sendiri mengingat fakta tersebut. Kalau ia memang penghuni kos yang paling senior alias yang paling tua usianya. Tapi nyatanya masih jomblo. Fita yang baru lulus dan usianya di bawahnya sudah dilamar orang.

     Hehh...Mayang menggeleng pelan. Ia tak ingin mendramatisir takdir yang memang kudu dijalani. Jomblo tak harus sedih kan. Allah pasti sudah menyiapkan jodoh terbaik buatnya. Ya, Mayang meyakini hal itu. Ia belum bertemu jodoh bukan tak dapat jodoh. Setidaknya itu membuat dirinya tak menjadi resah apalagi sampai iri pada yang sudah menemukan jodoh padahal usianya lebih muda darinya. Karena memang jodoh bukan sekedar mengenai yang lebih tua seharusnya mendapatkan jodoh lebih dulu. Tapi jodoh itu hak prerogatif dari Ar Razaq, Sang Maha Pemberi rezeki.

      Tak memerlukan waktu lama buat Mayang untuk menuntaskan misinya membeli hadiah pernikahan buat Fika. Sebenarnya ia dengan beberapa penghuni kos lain sudah sepakat hendak membeli apa. Mereka sepakat membelikan perhiasan emas sebagai hadiah. Meski mungkin berat gram nya tak seberapa, tapi mereka berharap bisa menjadi kenangan terbaik buat Fika. Mayang secara pribadi juga membelikan satu set gamis buat Fika.

      Mayang inginnya tak berlama-lama di dalam mall. Mengingat hari sudah menjelang Maghrib. Tapi keinginan tersebut mungkin tak bisa terealisasi saat Mayang baru saja keluar dari toko perhiasan, dua gadis dengan wajah ceria tanpa sengaja bertabrakan dengannya.

      "Kak May...."

     "Femmy, Ambar...."

______

      Mayang masuk ke dalam kamarnya. Rutinitas gosok gigi dan berwudhu sebelum tidur sudah ia lakukan. Dan kini ia siap merebahkan diri di atas kasur. Meski tak yakin bisa segera memejamkan mata.

       Netra lentik Mayang menatap langit-langit kamar kos.  Bertemu lagi. Berdekatan lagi. Merasa kecanggungan lagi. Juga deg deg kan yang melanda lagi. Itulah yang tadi Mayang alami. Ah kenapa belakangan Mayang terus-terusan harus berada satu frame dengan general managernya itu. Lama-lama pertahanannya bisa roboh juga. Jiwa baper dan geer nya lama-lama tak bisa dibendung lagi kalau begini.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang