26.Mengalir

778 202 33
                                    


       Mengambil makna kehidupan dari air yang mengalir. Dimana air yang merupakan salah satu sumber kehidupan yang disediakan Al Khaliq untuk manusia. Bahkan air menjadi salah satu komposisi penting dalam tubuh manusia.

        Air memiliki karakteristik mengalir menuju ke tempat yang lebih rendah. Mengalir dengan tenang mengikuti alur yang ia lewati tanpa harus merubah alur yang telah ada. Air dengan aliran kecil yang tenang akan mengalir tanpa membuat sekelilingnya terusik. Air yang tenang akan terus mengalir menuju ke tempat paling jauh sekalipun mengikuti setiap liku meski di tengahnya ada riak kecil yang menerpa.

      Belajar dari air, maka seperti itulah kehidupan manusia. Ada kalanya kehidupan terus berjalan dengan tenang melewati liku yang dilewati. Tanpa perlu ribut atau membuat sekelilingnya menjadi terusik.

       Karena paham bahwa kehidupan ini akan terus mengalir bak air yang terus melaju menuju tempat muaranya. Akan ada tempat akhir yang membuat aliran air berhenti di tempat besar bersama milyaran kubik air  dari sumber mata air lainnya.

      Sebagaimana hidup manusia yang tanpa bisa ditolak akan berhenti pada muara. Tempat terakhir yang menjadi peristirahatan terpanjang bernama kematian. Setidaknya seperti itulah penggambaran manusia yang diibaratkan seperti air mengalir.

     "Alhamdulillah jam istirahat. Yuk sholat dulu..." Suara mbak Uli membuat Mayang yang sedang fokus dengan layar laptop yang dipenuhi angka-angka itu menoleh. Kemudian melirik sekilas penunjuk jam di pojok laptop. Sudah masuk jam istirahat siang memang.

     "Ayoklah kita mengendurkan saraf dulu. Sujud sama yang punya hidup..." Mbak Andari merentangkan kedua tangan. Meredakan ketegangan di otot-otot tangan yang sejak pagi sibuk mengetik laporan keuangan.

     "Yap benar. Jangan lupa memberi hak cacing-cacing di perut kita juga...." Celetuk mbak Rani menambahi.

     "Kerja nggak pakai berhenti itu bukan malah kaya raya, tapi bikin kita segera dikirim check up ke rumah sakit..." Timpal mbak Uli lagi.

     "Hus jangan gitu. Sehat deh sehat semua pokoknya. Kerja itu mubah buat kita-kita perempuan. Tapi jangan sampai bikin lupa diri dan badan sakit sampai membuat urusan anak suami terbengkalai " mbak Andari serius sekali menanggapi celetukan mbak Rani yang agak susah serius.

      "Nah kalau yang jomblo kayak May harus giat. Biar kumpul duit banyak buat modal kawin...." Ujar mbak Rani lagi. Kali ini dengan senyum nyengir menatap Mayang yang juga sudah menekan tombol stand by laptopnya.

     Mayang membalas cengiran mbak Rani dengan senyum. Bahasan seperti itu kini menjadi hal yang tak terlalu membuat Mayang berpikir jauh. Apalagi ia juga tahu kalau mbak Rani, ah bukan bahkan semua yang mengenal nya sering membercandainya dengan tema pernikahan. Termasuk teman-teman kuliah yang tergabung di grup atau beberapa kenalannya.

     Eh gimana kabarnya May. Buket bunga yang dulu di dapat bener-bener nggak ngefek ya...

     May, mau ganti tahun nih. Kamu kapan ganti status....

     Buketnya Tania dulu beli. Di isi jampi-jampi sih. Makanya nggak manjur buat May...

      May terlalu solihah. Jin cupidnya mundur duluan...

     Itu beberapa chat bernada candaan  di grup KOMPAKSI yang berisi teman-teman kuliahnya di akutansi. Kalau chat semacam itu dilontarkan setahun yang lalu, Mayang mungkin masih bisa menanggapinya dengan santai bahkan mungkin akan membalas dengan candaan yang tak kalah seru.

      Tapi belakangan kala membaca chat dari teman-teman kuliahnya itu, Mayang seperti kehilangan minat membacanya. Apalagi untuk menjawab dengan candaan pula. Candaan yang Mayang tahu hanya untuk sekedar meramaikan suasana grup. Ia tak perlu baper apalagi tersinggung. Jadi Mayang berusaha tetap menanggapinya hanya dengan memakai emoticon yang tak sepenuhnya mewakili perasaan yang sedang ia rasakan.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang