5. Foto pak GM

712 188 36
                                    


    "Maay, buruan naik. Pak GM baru udah disini...."

     Mayang hanya sempat menjawab iya pada mbak Andari. Kemudian menutup sambungan telpon dari seniornya itu. Mayang memeriksa sebentar kertas yang tadi sempat jatuh berhamburan. Kaki kanan Mayang baru saja melangkah ketika ia mendengar namanya dipanggil.

     "Mbak May...."
  
     "Iya...."

     "Kata mbak fotocopy, fotocopy-an satunya udah selesai. Disuruh ambil. Takut ketukar sama yang lain" beritahu perempuan yang tadi menabraknya. Mungkin mbak fotocopy memberitahu namanya pada perempuan itu. Eh mbak fotocopy siapa namanya ya.

     "Oh iya mbak. Makasih ya" jawab Mayang yang hanya dijawab anggukan oleh perempuan itu dan terlihat gegas kembali ke ruang kerjanya.

     Mayang sempat menimbang sebentar. Mengingat ia juga ingin tahu wujud pak GM yang baru. Tapi demi efisiensi waktu dan tenaga agar tidak mondar-mandir, akhirnya Mayang memutuskan kembali dulu ke tempat fotocopy sebelum kembali ke lantai tiga tempat ruang kerjanya berada.

     Mayang sudah berdiri di dalam lift. Di tangannya kini sudah ada setumpuk berkas yang baru saja selesai difoto copy. Sedikit tak sabar, Mayang menunggu denting  khas suara pintu lift terbuka. Mayang sendiri tak paham, kenapa ia begitu kepo bisa melihat si general manager baru. Apa karena tadi ia melihat sepatu hitam yang ternyata adalah sepatu pak GM baru.  Itu yang membuat rasa kepo Mayang begitu kuat.

      Hanya butuh sepersekian menit lift berhenti di lantai tiga. Kebetulan hanya Mayang sendirian yang ada dalam lift tadi. Hingga tak butuh berhenti dulu di lantai dua. Tanpa menunggu lagi, Mayang langsung keluar dari lift. Dengan langkah dipercepat, Mayang menuju ruang kerja divisi accounting.

     Namun sepertinya harapan Mayang tak terwujud. Kala ia melihat punggung tegap yang ia lihat tadi berjalan keluar dari ruangan accounting dan berbelok ke kanan. Membuat posisi lelaki yang pastinya pak GM baru itu membelakangi Mayang. Sama seperti tadi. Pak Wito masih setia mendampingi di sebelah pak GM.

     Mayang tercekat. Ingin berteriak sebentar. Balik badan dong. Atau eh aku mau lihat pak GM. Tapi Mayang justru hanya bisa terpaku menatap punggung pak Wito dan punggung tegap berbalut kemeja slim fit itu warna abu tua itu menuju ruangan lain. Lorong kantor ini memang cukup panjang. Selain divisi accounting, ada beberapa ruangan divisi lainnya di lantai tiga ini. Sampai beberapa detik kemudian Mayang tersadar ketika ada staf lain melewatinya.

     "Permisi mbak. Mau lewat. Kenapa berdiri di tengah-tengah ya?"

     Mayang spontan bergeser ke pinggir. Seorang staf lelaki yang Mayang tahu adalah bagian IT melewat nya dengan senyum. Mayang agak salah tingkah sedikit. Iya juga. Ngapain ia berdiri di tengah lorong begini. Mayang buru-buru masuk ke ruangannya sendiri yang tinggal beberapa langkah itu.

      "Lha ini si May...."

     "Maaay, kamu kok baru balik sih...."

     "Pak GM nya geser ke ruang IT sama HRD"

     "May kamu telat liat Hyun bin. Beneran May, ada Hyun bin kesasar barusan..."

      "Ah lebih mirip Cillian Murphy deh daripada Hyun Bin"

    Mayang menatap ketiga seniornya yang saling bersahutan dengan tatapan tak paham. Apa maksud celetukan mereka. Pak GM yang baru kah maksudnya mereka? Seperti Hyun Bin? Cillian Murphy ? Sebentar toh. Meski Mayang bukan penggemar banget film Hollywood tapi Mayang tahu siapa itu Cillian Murphy. Salah satu aktor Amerika yang sempat tenar. Jelas karena ganteng, cool dan keren di peran nya.  Lha tapi bandingannya jauh banget ya sama aktor Korea yang sipit begitu. Satu Hollywood satu Korea. Ini serius ketiga mbak-mbak yang sudah punya suami itu tidak salah lihat? Beneran kayak Hyun Bin atau Cillian Murphy? Lha Mayang malah kepo bukan main.

Love In ApprovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang