Menikung?

391 88 47
                                    

Reygan berjalan ke kamarnya dengan lesu. Ia lelah karena seharian harus menghormati tiang bendera. Hukuman ini yang paling berat. Bagaimana tidak berdiri dari pagi hingga tengah hari saat matahari sedang terik-teriknya, kemudian di lanjut membersihkan toilet siswa setelah pulang sekolah.

Merebahkan dirinya tanpa mengganti seragamnya. Reyhan datang ke kamar Reygan kemudian bersender pada tembok dekat pintu. Melipatkan kedua tangannya di depan dada menatap kembarannya.

Reyhan sudah lebih dulu pulang. Jika ia menunggu Reygan, ia akan disuruh membantu membersihkan toilet siswa. Bukannya tidak setiapersaudaraan hanya saja Reyhan lelah seharian mengikuti pelajaran di sekolah jadi ia pulang lebih dulu.

Reygan seharian benar-benar tidak mengikuti pelajaran karena hukuman yang harus ia jalankan. Reygan justru senang karena ia bisa melewatkan pelajaran pak Janu selaku guru matematika.

"Sudah berapa kali kamu masuk ruang BK gan?" Tanya Reyhan. Reygan yang awalnya tidak menyadari kehadiran Reyhan sontak langsung mengambil posisi duduk.

Memegangi dadanya yang terasa berdenyut cepat. Ia kira mahluk halus di kamarnya.

"Baru dua."

"Baru dua? jika sudah tiga mamah akan di panggil." Reygan kembali merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar dengan lengan yang ia letakan di pelipis nya.

Reygan merasa tidak enak badan, tidak biasanya Reygan langsung tumbang jika mendapatkan hukuman. Tapi kali ini hukumannya benar-benar melelahkan.

Seorang Reygan merasa lelah dengan hukuman yang ia dapatkan.

"Minta Om Jeffran aja kalau iya sekolah ngeluarin surat pemanggilan orang tua." Jawab Reygan enteng.

"Om Jeffran orang sibuk, weekend saja dia kerja." Reygan menghembuskan nafasnya kasar. Memijat pelipis nya agar pusing di kepala mereda.

"Gua pusing han, bahas nya nanti aja."

"Kalau bisa kamu jangan bikin masalah lagi ya? aku bukannya malu memiliki kembaran seperti kamu, tapi aku tidak enak dengan kamu yang selalu di bandingkan oleh papah." Reygan mengangguk.

Sebenarnya dia tidak peduli mau di bandingkan dengan Reyhan atau Mahen sekalipun. Toh perbuatan baik Reygan selama ini tidak mendapatkan apresiasi dari sang papah juga.

"Kapan dia pulang?"

"Kata mamah minggu."

"Oke, gua bisa pergi riding biar ga ketemu papah."

"Papah mendapatkan cuti tiga hari. Kamu yakin tidak mau menghabiskan waktu bersama kami?" Reyhan berniat ingin mengajak kembaran nya itu untuk berlibur bersama saat papahnya datang nanti.

Setiap kali Lion datang, Reygan selalu menolak ajakan dirinya untuk berlibur bersama. Jika Reygan menerimanya, Lion akan membandingkan dirinya dengan Reyhan.

Dan jika itu terjadi, akan berakhir berdebat hingga merusak hari libur Lion seperti tahun lalu.

Dimana Reygan sudah muak dengan perkataan Lion hingga memutuskan untuk pulang meninggalkan keluarga nya. Bukan nya di kejar, justru mereka melanjutkan liburan mereka.

Karena ini membuat Reygan berfikir, ikut pun tidak ada gunanya justru akan ada masalah yang mengacaukan liburan mereka.

"Han, gua masih mending ga ada di sekitaran kalian dari pada gua ada di sekitaran kalian. Yang ada Lion bakal membandingkan gua lagi, gua ga masalah sebenarnya cuma nanti merusak suasana liburan kalian."

"Kamu mau di titipin apa nanti?"

"Apa aja asalkan lo pulang dengan selamat." Ucapan itu Reygan lontarkan karena ia yakin mereka berlibur ke tempat-tempat yang jauh dari rumah mereka.

Kisah Kita [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang