Saat ini

112 16 27
                                    

"Jeff." Jeffran yang tengah memegangi pelipis nya menoleh ke arah pintu. Mawar datang ke ruang kerjanya dengan mapan di tangannya.

"Lo belum makan." Jeffran tersenyum tipis kemudian meletakkan kertas yang ada di tangannya ke atas meja.

Berjalan menghampiri Mawar tanpa melunturkan senyumannya. Duduk di sofa kemudian memeluk tubuh istrinya.

"Jangan terlalu di pikirin Jeff." Ucap Mawar sembari mengusap rambut suaminya. Jeffran semakin mengeratkan pelukannya.

"Gua punya pikiran mau balik ke New Zealand lagi." Mawar terdiam sejenak. Berhenti mengusapkan tangannya di rambut Jeffran.

"Gua kira kita bakal tinggal disini."

"Setelah sidang Reyhan berakhir dan anak itu tidak bersalah, kita langsung berangkat."

***

Karena Rasa sayang terhadap adiknya begitu besar membuat Reygan tak henti-hentinya mencari kebenaran seperti mengikuti kemanapun perginya Daniel.

Saat ini Reygan seperti intelijen yang tengah bertugas mengawasi pelaku kejahatan. Reygan harus mendapatkan bukti bahwa Daniel lah yang bersalah bukan adiknya.

Reygan dapat melihat Daniel begitu sibuk pada siang hari. Bertemu dengan banyak orang yang diduga klien nya. Reygan hanya mengamati saja tidak menyapa atau berkontak mata dengan jaksa itu.

Matahari sudah terbenam empat jam yang lalu, Reygan baru saja kembali pulang ke rumahnya. Membuka gerbang dan menuntun motornya dengan perlahan.

Tanpa di sadari Reyhan memperhatikan gerak gerik Reygan.

"Dari mana kamu?" Tanya Reyhan membuat Reygan segera menoleh ke arah depan dimana Reyhan berdiri dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada. Persis seperti Lion.

"Lo bikin gua jantungan, gua kira hantu."

"Jawab aku Reygan."

"Gua? Abis nyari angin."

"Kamu pergi dari pagi pulang jam sepuluh malam gini, mamah nyariin kamu."

Reygan berjalan memasuki rumahnya diikuti Reyhan.

"Lusa sidangnya, aku mohon kamu biasakan pulang tidak larut malam gini. Mamah pasti kesepian sendirian di rumah." Reygan terdiam membelakangi sang adik.

"Mamah ga akan sendirian kan ada Lo."

"Gan, aku kan bakal masuk-"

"Kata siapa lo bakal masuk ke sana hah?" Reygan membalikkan tubuhnya menatap tajam ke arah Reyhan.

"Ga ada bukti bahwa aku tidak bersalah."

"Gak! Pasti ada bukti bahwa Lo ga bersalah."

"Stop mencari bukti bahwa aku tidak bersalah. Lawan aku itu pak Daniel Auriga."

"Justru karena lawan lo Daniel gua harus cari cara agar lo di nyatakan tidak bersalah. Dengan ini Daniel yang akan di penjara atas pencemaran nama baik."

Keduanya saling bertatapan dingin. Tanpa melepas pandangan Reygan menaiki tangga rumah untuk menuju kamarnya dengan tangan yang menenteng helm full face miliknya.

Kisah Kita [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang