Jane

227 38 22
                                    

Ran berjalan dengan santai serta tangan kanannya yang memegangi kantong kresek. Ia baru saja pergi ke supermarket depan perumahan untuk membeli cemilan yang ia mau.

Saat di perjalanan matanya tidak sengaja melihat sekumpulan anak dengan seragam sekolah yang menurut Ran asing. Ia segera menghampiri mereka karena sepertinya mereka tengah membuat keributan.

"Haha mampus kan lo di keluarin makanya jadi orang jangan belagu! kalo di pikir-pikir lo sekarang cakep ya. Pindah sekolah langsung glow up."

Sebagai penghuni perumahan tentu saja Ran harus melaraikan. Ini daerah nya dan mereka hanya tamu di perumahan ini. Jika di lihat tidak ada penghuni perumahan yang bersekolah di sekolah yang seragamnya sama dengan mereka.

"Ngapain kalian?!" Teriakan Ran berhasil membuat kelima anak gadis itu menoleh. Mata Ran membulat ketika tau siapa yang sedang mereka ributkan.

"Kak Jane?" Heran Ran. Sedang apa Jane berada di daerah perumahan nya? jawaban untuk menemui Reygan tiba-tiba saja terlintas di otak Ran.

Jane membuang arah pandangannya agar tidak bertatapan dengan Ran. Ran segera melirik ke lima gadis berseragam secara bergantian.

"Maaf kak ini urusan kami, kakak bisa pergi aja."

"Ga bisa dong, ini daerah saya yang seharusnya pergi itu kalian."

"Maaf kak tapi beneran kita lagi ada urusan, bisa tinggalin kita?" Ran melirik ke arah Jane.

Seragam kakak kelasnya itu sangat kusut dan rambutnya yang biasa tertata rapih kini berantakan di tambah luka di lututnya serta ujung bibir yang lebam.

"Pergi atau saya panggilkan satpam disini untuk mengusir kalian?" Ancam Ran. Kelimanya segera berjalan meninggalkan mereka.

"Urusan kita belum selesai Jane!"

Ran menghampiri Jane ketika kelimanya sudah menjauh dari mereka. Berjongkok dan mengulurkan tangan untuk membantu Jane berdiri.

Bukannya menerima uluran tangan itu Jane justru berdiri sendiri dan hendak pergi namun Ran menahannya. "Mampir ke rumah gua buat obatin luka lo."

"Ga perlu! lepas." Jane berusaha melepaskan genggaman tangan Ran namun tidak bisa.

"Lo ga bisa pergi dengan keadaan gini."

***

Jane terdiam melihat bangunan dua lantai di depannya. Ia ragu untuk masuk ke dalam nya kalau saja Ran tidak menariknya. Saat memasuki Rumah mereka di sambut dengan keributan Bapak dan Anak yang tengah berlarian kesana kemari.

"Sini kamu! bisa-bisanya kamu lebih percaya pacar kamu ketimbang Adik kamu!" Teriak Jeffran sembari mengejar Aron. Aron berusaha menghindari kejaran Jeffran.

"Maaf pah Aron hilap! beneran sekarang Aron udah minta maaf dan janji ga ke ulang lagi Aron bakal selalu di pihak Ran." Ucap Aron dengan teriakan pula dan masih berusaha berlari menghindari kejaran Jeffran.

Jane sedikit membulatkan matanya saat melihat kedua laki-laki tengah berlarian. Ran tersenyum kaku saat menyadari ekspresi wajah Jane yang sedikit terkejut.

"Papah beneran kecewa sama kamu kalo sampe terjadi apa-apa sama Ran!"

"Ampun pah."

"MAH, PAPAH SAMA KAK ARON LARI-LARIAN DI RUMAH TUH." Teriak Ran berusaha mengadu pada mamahnya yang mungkin sekarang sedang skincare-an di kamar utama.

"Biarin Ran, besok mamah masak buat kita sarapan aja mereka ga usah makan." Sontak bapak dan anak itu langsung terdiam dan duduk di sofa.

Jane masih terdiam karena rasa kagetnya saat memasuki rumah Ran yang begitu harmonis. Jane sedikit tersenyum hawa hangat menyelimuti rumah ini.

Kisah Kita [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang