13. Perjodohan

30 1 0
                                    

Zea menatap sekelilingnya, dengan mata yang menyipit saat dia membukanya. Gadis itu baru sadar jika dia berada di ruangan uks bersama Gala yang sedang berada di branker sampingnya. Gadis itu refleks bangun terkejut melihat Gala yang sedang diolesi sebuah minyak dibelakang punggungnya yang memar tiba-tiba.

Zayyan memasangkan kacamata di wajah Zea. "Udah gak gelap kan?" tanya Zayyan yang mengira gadis itu benar-benar mengalami gangguan penglihatan.

"Gala kenapa?" tanya Zea kembali kepada Leo dan Alvin yang sedang mengobati sahabatnya.

Leo dan Alvin serentak memutar bola matanya dengan malas, saat pandangannya tiba-tiba tertuju ke Zea. Kedua lelaki itu mengabaikan pertanyaan gadis itu dan melanjutkan mengobati belakang punggung Gala. Zea menolehkan wajahnya kesamping menatap Zayyan yang terdiam menatap Gala juga.

"Gala kenapa?" tanyanya lagi.

"Lo masih nanya dia kenapa?" bukannya Zayyan yang menjawab, tiba-tiba saja Evan melangkah berhadapan dengan Zea.

"Dia mau nyelamatin Lo dari timpahan batang pohon, tapi dia yang kena." Ungkap Evan dengan nada tinggi.

Galvin berdecak kesal memalingkan wajahnya saat menatap Zea. Anggota Gala merasa sangat kesal dengan kehadiran Zea yang selalu membuat masalah untuk sahabatnya itu.

"Disini gak ada yang salah, jadi cukup nyalahin Zea terus," sahut Zayyan dengan pelan.

Natan memicingkan matanya, mengerutkan keningnya seraya berjalan menghampiri Zayyan berdiri di hadapannya dengan wajah suram. "Lo dari kemarin belain gadis jelek ini deh. Lo suka sama dia?" gerutu Natan dengan senyuman miris.

"Jangan sembarangan kalau ngomong," geram Zayyan tanpa eskpresi marah apapun, walaupun sebenarnya nada ucapannya sudah mulai menaik.

Zea tertunduk dengan matanya yang sayu, menganggap dirinya sendiri memang pembawa kesialan bagi semua orang. Gadis itu beranjak turun dari branker menghampiri Leo dan Alvin yang sedang mengobati Gala. Kedua lelaki itu menghentikan sejenak mengobati sahabatnya memandangi Zea dengan intens. Zea membungkukkan badannya dengan kepala yang tertunduk, membuat Zayyan mengusap wajahnya kasar.

"Maafkan saya, saya terima hukuman apapun dari kalian." Titah Zea.

"Zea gapapa, Lo gausah kayak gitu." Tegur Zayyan tidak suka melihat seorang wanita menundukkan kepalanya di depan lelaki.

Mereka semua menyaksikan melihat gadis jelek itu menangis di depannya. Rasanya mereka semua telah ikut bersalah karena membiarkan seorang gadis menangis di depannya.

"Lo ngapain nangis sih?"

Mendengarkan suara itu, Zea mendongakan kepalanya menatap Gala yang tengah sadar bersusah-payah membangunkan dirinya duduk di branker. Gadis cupu itu segera mengelap wajahnya yang basah dan kembali berdiri gugup gemetaran.

"Lo gapapakan?" tanya Gala kepada Zea.

Serempak sahabat Gala menolehkan wajahnya kebingungan menatap Gala. Lelaki itu bukannya menghawatirkan dirinya sendiri, malah mengkhawatirkan orang lain.

"Lo ngapain nanya dia? yang terluka Lo," ujar Leo.

Gala memalingkan wajahnya berdehem mengalihkan pandangannya. "Lo keluar deh!" usir Gala.

"Dengar gak Lo? pergi dari sini!" timpal Alvin kepada Zea.

Gala menatap tajam Alvin. "Yang gue maksud kalian, gue pengen ngomong sama Zea!!" gertak Gala, membua enam sahabatnya berombongan keluar dari ruangan uks menyisakan mereka berdua.

"Maafkan saya, saya akan menerima hukuman anda lagi." Ucap Zea yang masih menundukkan kepalanya tak berani menatap Gala.

"Lo gapapakan?" pertanyaan yang khawatir kembali terlontar dari mulut Gala.

Cewek cupu dan Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang