BAGIAN 11 : TETAPLAH DENGANKU

101 13 0
                                    

Ha Joon POV

Kami menuju jalan pulang. Aku hanya menatap lurus ke jalan, berusaha untuk fokus.

Sedari tadi Ji-A hanya diam dan memandang ke jendela samping. Aku tahu dia menahan tangis nya lagi.

Aku tidak tahu apa yang terjadi disana. Yang aku tahu, hatiku berkata untuk diam menunggu nya, dan memastikan dia baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak.

Dipertengahan jalan turun hujan cukup deras. Ini sudah hampir jam 12 malam, jalanan cukup sepi, meski begitu aku tetap berkendara dengan kecepatan sedang. Menjaga keselamatan lebih penting.

"Apa kamu lapar?" Tanyaku. Ji-A hanya diam tidak menjawab, dia terlalu fokus dengan kekacauan pikirannya. Aku yakin dia belum mengisi perutnya yang kecil itu.

Ya, Tuhan, mengapa kacau sekali penampilan wanita yang kucintai ini. Sakit aku melihatnya. Ji-A ku yang ceria sudah hilang. Boleh kah aku mengklaim nya?

Aku memutuskan untuk menepi saat melihat kedai ramyeon yang masih buka. Ji-A terlihat heran ketika aku hendak turun dari mobil.

Namun buru-buru aku berjalan ke bagasi mobil untuk mengambil payung. Untuk Ji-A tentunya biar dia tidak kehujanan. Masa bodo dengan baju yang terkena air.

Aku buka kan pintu Ji-A, hal yang pertama aku dengar adalah omelan nya karena aku kehujanan hanya untuk mengambil payung untuknya.

"Memangnya mau kemana?"

"Kita makan ramyeon tentu saja!"

Ji-A POV

Aku duduk termenung , pikiran ku begitu sibuk dan semerawut. Aku begitu tenggelam dengan pikiran ku untuk beberapa saat hingga akhirnya Ha Joon yang entah datang dari mana setelah beberapa menit pergi membuyarkan lamunanku.

"Kamu tidak lapar?"

"Hm?" Tanyaku akan perkataan nya yang agak membingungkan. Aku tidak bisa berpikir dengan baik saat ini.

Ok, mungkin menurut kalian mudah mengakhiri rasa sakit ku, dengan cara bercerai misalnya? Tapi kau tahu apa yang membuat nya sulit? Perasaan ku.

Tidak dapat dipungkiri aku cinta buta dengan suamiku, Sehun.

Bagaimana aku tahu semua itu? Semuanya sudah jelas, Sehun tidak pernah benar-benar menjadi suami yang baik untuk ku. Aku tidak pernah minta muluk-muluk, aku hanya ingin Sehun menjadikan ku sebagai prioritas dalam hidupnya. Ya, karena aku istrinya. Namun hal yang menurut ku sangat sederhana itu hampir mustahil untuk dilakukan nya. Dia memang mencukupi segala kebutuhan ku sebagai istrinya, hartanya bahkan tidak akan habis jika aku hambur-hamburkan setiap hari. Tapi bukan itu yang ku butuhkan. Aku butuh dia untuk memperlakukan ku selayaknya seorang istri. Aku tidak cemburu dengan ibunya, sudah kewajiban Sehun untuk berbakti dengan orangtuanya. Hanya saja, bagaimana dengan kewajibannya terhadap aku istrinya? Aku butuh rangkulannya. Seharusnya dia menjadi rumah dan tempat berlindung ku. Aku bahkan mengorbankan waktu ku kepada keluarga ku sendiri demi menghargai peraturan yang dibuat oleh ibunya!

Meski setelah semua itu, aku tetap bertahan dan mencoba untuk memahaminya dan terus mengalah.

Katakanlah aku bodoh.

Ya, benar aku wanita bodoh, memilih untuk berkomitmen kepada seorang suami yang bahkan tidak pernah ada dipihak ku ketika ibunya sendiri menyakiti hatiku dengan perkataannya. Bahkan demi suamiku itu aku harus mengenyahkan seseorang yang benar-benar rela melakukan apapun untukku. Seseorang yang tidak pernah habis cinta nya meski telah aku sakiti berkali-kali, seseorang yang mungkin saja rela memberikan nyawanya untukku.

ANACAMPSEROTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang