JEJU, Tahun kedua di SMA.
"Apa kau menyukainya?"
"Siapa?"
"Senior yang telah lulus satu tahun lalu yang kemarin mengajakmu kencan itu namun kau tolak?"
"Kau aneh, bukankah kau lihat sendiri bahwa aku telah menolaknya kemarin? Mengapa mempertanyakan hal yang sudah jelas kau tahu jawabannya."
"Itu bagus. Sebaiknya jangan. Suzy memberitahuku bahwa kakak senior itu berasal dari keluarga konglomerat di kota Seoul. Suzy tahu karena orangtuanya memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarga Lim."
"Jika memang benar, mengapa Suzy memberitahu mu ketimbang diriku? Lagipula, dia yang mendekati ku, bukan aku. Jadi jika sewaktu-waktu orangtuanya marah, aku hanya perlu mengatakan bahwa putra merekalah yang tergila-gila padaku, bukan aku."
"Sejujurnya, aku yang bertanya apakah Suzy mengenal keluarga kakak senior itu atau tidak, mengingat rumor yang tersebar bahwa kakak senior itu berasal dari keluarga kaya."
"Jadi seperti itu. Lalu mengapa kau bertanya mengenai keluarganya? Seakan aku akan berakhir menikahinya saja."
"Bukan seperti itu. Aku hanya ingin memastikan pria seperti apa yang akan mengencani mu."
"Kau bukan orangtuaku, Kim Ha Joon. Jadi tenanglah mengenai hal itu. Lagipula, aku tidak suka berkencan dengan keluarga konglomerat. Terlalu beresiko untuk rakyat menengah seperti ku."
Ha Joon pikir, Ji-A akan memegang perkataannya Minggu lalu. Namun ternyata, apa yang dilihatnya sekarang menunjukkan sebaliknya.
Ji-A diantar ke sekolah oleh senior yang berasal dari keluarga kaya itu. Turun dari dalam mobil mewah dengan wajah berseri-seri.
"Apa Ji-A kita benar-benar sudah berkencan dengan kakak senior itu? Bukankah kau bilang Ji-A mengatakan tidak akan pernah pergi berkencan dengan kakak konglomerat itu?"
"Hey, Ha Joon. Lagi-lagi kau bertindak lebih lambat daripada siput. Bukankah kau bilang akan memberitahukan perasaan mu padanya? Mengapa sekarang justru Ji-A tengah mencium pipi pria itu bukannya dirimu?"
Pertanyaan Jinwoo saja sudah cukup membuat kepala semakin pening. Ha Joon yang sempat menunda perjalanannya di koridor menuju kelas itu kemudian pergi meninggalkan Jinwoo yang masih penasaran.
Sepertinya Ha Joon akan patah hati lagi. Dan ini adalah kedua kalinya Ji-A berkencan dengan seseorang setelah Ha Joon menyadari perasaannya sendiri yang dia punya untuk sahabat perempuannya itu.
"Bro.. aku tahu sesuatu yang berada didalam dadamu hancur lagi. Aku tahu aku tidak bisa mencegah hancurnya itu, tetapi jika kau membutuhkan sesuatu beritahu aku. Seperti kehadiran diriku, mungkin?"
"Terimakasih, tapi tidak. Yang aku butuhkan saat ini adalah waktu untuk menyendiri."
"Jangan begitu, Ha Joon. Sebelum terlambat, sebaiknya cepat kau katakan mengenai perasaanmu pada Ji-A. Jangan khawatir mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya, kita akan mencari cara untuk itu."
Seperti yang dikatakan Jinwoo, Ha Joon bertindak selambat siput. Dia baru menemukan keberaniannya dan mengungkapkan perasaannya kepada Ji-A 2 bulan setelah hubungannya dengan kakak senior itu terjalin.
Dan yang lebih buruknya lagi, kakak senior itu sudah memperkenalkan Ji-A kepada kedua orangtuanya. Seakan kakak senior itu benar-benar ingin hubungan yang serius dengan Ji-A. Dan yang lebih parahnya lagi (untuk Ha Joon) ternyata pemikiran Ji-A keliru mengenai keluarga kaya sang kakak senior yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu, yang mana ternyata keluarga si kakak senior tidak mempermasalahkan atau keberatan mengenai status dirinya yang berasal dari keluarga menengah. Keluarga si kakak senior itu menyambutnya dengan hangat dan memperlakukannya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANACAMPSEROTE
RandomKarakter utama dalam cerita ini terinspirasi dari lagu Fatin Shidqia dengan judul "Memilih Setia" Silahkan baca ringkasan para karakter di bagian "THE CAST (with their little story's) ----- ⚠️Cerita ini mengandung adegan 21+ dan karakter LGBT Tidak...