BAGIAN 14 : My Truly Home

68 10 0
                                    

Jaeyong POV

Pukul 6 malam.

Untuk kedua kalinya adikku pulang lebih awal. Wajahnya agak berseri-seri hari ini. Namun rasanya masih ada yang mengganjal di hatiku, apalagi setelah adikku mengatakan bahwa dia akan pergi ke Paris selama seminggu. Dengan klien yang memakai jasa privat nya, dia bilang itu adalah hadiah untuknya karena telah mau membantu mengajari nya hingga larut malam.

Entahlah, hatiku masih penasaran.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu?" Tanyaku sambil menyantap makan malam yang telah dia masak bersama nenek.

"Aku sudah meminta cuti, lagipula sayang sekali aku tidak pernah mengambil cuti ku 'kan." Jawabnya, ya benar, adikku ini sama rajinnya dengan ku, dia tidak pernah libur kecuali hari raya besar.

"Hm, nenek ingin oleh-oleh apa biar aku bawakan?" Tanya nya dengan wajah yang berseri-seri.

Apa adikku sedang jatuh cinta? Tapi dengan siapa? Tidak mungkin 'kan dengan klien nya? Diam-diam aku memperhatikan gerak-gerik adikku yang terasa janggal, ada yang tidak biasa darinya akhir-akhir ini.

"Nenek tidak ingin apa-apa. Kau bersenang-senang lah disana, ya! Istirahat lah, biar pikiran mu fresh lagi." Jawab nenek tersenyum sambil mengelus rambut adikku dengan sayang.

Aku tersenyum, bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan kami seorang nenek yang kuat dan tangguh juga sangat penyayang. Meski aku dan Jiyeon sudah menjadi yatim dan piatu sejak kecil, kami tidak pernah kekurangan kasih sayang. Kami hanya kekurangan secara materi, dan syukur nya, sekarang keadaan kami jauh lebih baik dari dulu. Aku dan Jiyeon sudah bekerja, sekarang giliran kami yang merawat nenek dengan baik.

"Baiklah, kalo kakak gimana? Kakak ingin ku bawakan apa dari Paris?" Aku menggeleng seraya tersenyum kepada adikku.

Jujur ada rasa sedih dihatiku mendengar kata Paris. Menuntut ilmu disana adalah impian terbesar ku, namun aku harus merelakan nya demi keluarga kecil kami. Aku tidak pernah menyesali keputusan ku itu, sungguh tidak ada yang lebih penting daripada keluarga ku. Namun tetap masih ada setitik rasa sedih itu karena aku harus mengubur dalam-dalam mimpi ku.

"Tidak perlu. Kamu bersenang-senang saja disana. Yang penting kamu harus mengabari 1 jam sekali. Dalam panggilan video!" Kataku agak bercanda dengan wajah yang serius, dan benar saja, Jiyeon merasa keberatan.

"Kakak! Aku setuju akan mengabari 1 jam sekali, tapi tidak dengan video call! Kurasa pesan saja sudah cukup. Aku bukan anak kecil lagi." Aku tertawa karena wajah adikku yang terlihat lucu ketika sedang marah.

Bagiku dia masih seorang adik kecil perempuan ku yang paling aku sayang. Jiyeon bukan tipikal yang manja dan sangat pengertian, itulah yang membuat ku begitu menyayanginya. Dia bahkan tidak pernah malu dengan keadaan ekonomi keluarga kita meski tak jarang sering mendapatkan bullying di sekolah. Dia tidak pernah cerita kepadaku ataupun nenek, melainkan pihak sekolah yang memberitahu. Aku bangga kepadanya, dia berhasil meraih cita-citanya dan memiliki banyak prestasi semasa sekolah bahkan berhasil mendapatkan biaya siswa full di universitas ternama di Korea. Itulah yang membuat ku merasa tidak sia-sia telah mengorbankan impian ku.

"Ih, aku serius, kak!" Katanya lagi. Kali ini dia tersenyum.

"Ya, aku hanya bercanda! Cukup kirimkan pesan." Kataku dan dia mengangguk dengan semangat layaknya anak kecil. Aku tertawa kecil.

"Oh, ya, kak, bagaimana kabar Miyeon Eonni? Aku sudah lama tidak mendengar kabar nya." Tanya Jiyeon, bahkan nenek melihat kearah ku seakan menunggu jawaban dariku.

Aku terdiam agak lama. Sebenarnya Miyeon pun sudah seminggu ini tidak ada kabar kepadaku. Selain mengirimkan pesan bahwa dia baik-baik saja.

Itu semuanya karena aku. Aku mengatakan kepadanya untuk mengakhiri hubungan kami. Dia marah dan menangis ketika aku mengatakannya secara langsung saat kita makan malam di restaurant tempat favorit biasa kami kencan. Sebab aku sadar diri bahwa aku tidak pantas untuknya. Dia layak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik daripada aku yang tidak sebanding untuk nya.

ANACAMPSEROTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang