Part 6

1.3K 122 0
                                    

Hari ini semua saudaranya mendiaminya, tidak ada satu pun yang menyahuti saat ia bertanya, mereka hanya akan menoleh sekilas lalu berjalan begitu saja seolah dia tidak ada.

Seperti pagi ini, para saudaranya tengah sarapan tanpa dirinya bahkan tidak ada yang membangunkan dirinya. Bahkan saat dia hendak bergabung mereka malah beranjak pergi tanpa menoleh sedikit pun.

"Gua duluan," ucap Rendy.

"Gua juga," ucap Justin.

Satu persatu dari mereka bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Hanan sendiri di meja makan.

Hanan yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya. Rasanya sangat aneh saat mereka semua menghiraukannya, menganggap dirinya tidak ada padahal dia ada disana.

Rasa lapar tadi entah menghilang kemana, tiba-tiba saja dia menjadi tidak berselera untuk makan jadi dia memutuskan untuk langsung berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Hanan langsung pergi menuju ke rooftop. Mungkin hari ini dia akan membolos, entahlah saat ini dia sedang tidak ingin melakukan kegiatan apapun. Dia hanya ingin masalahnya selesai dengan cepat, dia tidak ingin berlama-lama di diami oleh saudaranya.

Memikirkan siapa perempuan yang datang kerumahnya membuat dirinya kesal, perasaan dia tidak pernah bermain perempuan, pergi menginjakkan kakinya ke club' pun tidak pernah, lantas siapa perempuan itu?

"Perasaan gua nggak brengsek brengsek amat kok. Gua selalu sholat tepat waktu, ya walaupun masih suka bolong-bolong, gua juga apal nama-nama malaikat tuh." gumam Hanan.

"Boong banget, kalo gitu coba sebutin nama-nama malaikat," sahut Yudha yang entah sejak kapan berada di sana.

"Oke, siapa takut. Jibril, Mikail, Israfil, Munkar, Jamal."

"Jamal siapa anjir?"

"Nggak tau," balas Hanan polos.

"Kalo lu nggak tau, kenapa lu sebut?"

"Entah, tiba-tiba aja melintas di otak gua terus mulut gua refleks nyebut nama itu."

"Yeee tolol!"

"Hehe." Yudha yang melihat itu hanya menatap julid kearah Hanan. Kok bisa ya, gua mau temenan sama manusia bego kaya Hanan pikirnya.

"Ngapain lu nangkring di sini bukannya ke kelas?" tanya Yudha.

"Lagi frustasi gua," jawab Hanan.

"Halah sok-sokan frustasi kaya punya otak aja."

"Wah ngeremehin gua lu."

"Jadi, lu punya otak?"

"Punya lah, walaupun kecil."

"Oke, serius!"

"Lah, yang bercanda juga siapa? Orang dari tadi gua serius."

"Jadi, ngapain lu disini bukannya ke kelas?"

"Udah di bilang gua lagi frustasi juga."

"Frustasi kenapa? Coba sini cerita, siapa tau gua bisa ngasih solusi," Yudha mendudukkan dirinya di sebelah Hanan, dia mengeluarkan sebungkus rokok dan korek dari saku celananya.

"Nyebat?" tanya nya sambil menyodorkan sebungkus rokok itu kepada Hanan.

"Nggak, gua nggak pernah nyebat." Lain di hati lain di mulut, tangannya kini bergerak mengambil rokok yang disodorkan oleh Yudha lalu menyalakannya.

"Babi lu! Katanya nggak mau tapi diambil juga, jadi lu kenapa?"

Hanan menghembuskan asap rokok dari mulutnya, "kemarin ada cewek yang datang ke rumah dan di rumah cuma ada Kelvin," jelas Hanan.

La Casa || 7 Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang