Part 13

1.1K 119 7
                                    

Setelah makan malam, ketujuh saudara itu tengah berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Hanan duduk di sebelah Melvin, dia bergelayut di lengan sang kakak. "Vin, gua cape," adu Hanan yang di hiraukan oleh Melvin. Hanan mengerucutkan bibirnya karena ucapannya dihiraukan oleh Melvin.

"Melvin," panggil Hanan.

"Hm?" sahut Melvin tanpa menoleh dan masih asik berbicara dengan yang lain.

"Vin, madep sini dong gua lagi ngomong."

"Yaudah ngomong aja, gua dengerin."

"Gua cape, kenapa sih lu nggak pernah perlakuin gua kaya yang lainnya? Gua juga mau dimanja sama lu."

Melvin langsung menoleh saat mendengar ucapan Hanan, "Nan, kasih sayang yang gua kasih itu sama rata, nggak ada yang beda."

"Tapi perlakuan lu ke gua itu beda! Gua ngomong pun lu masih asik sama yang lain."

"Nggak ada yang beda Hanan! Gua sayang sama lu itu sama rata kaya yang lain. Harusnya lu ngerti, harusnya lu bisa berpikir dewasa."

"Kenapa nggak lu aja yang ngertiin gua? Kenapa harus gua yang ngertiin lu? Kenapa harus gua yang berfikir dewasa bukannya lu?"

Yang lain, langsung terdiam begitu melihat Hanan dan Melvin mulai beradu argument.

"Karena gua rasa lu lebih dewasa dari yang lain Hanan, gua mau lu lebih ngertiin perasaan orang lain, jangan cuma mau buat di ngertiin doang."

"Kenapa gua? Gua cape dituntut buat niru kelakuan kalian yang lebih tua dari gua dan gua harus jadi contoh yang baik buat adek-adek gua karena gua anak tengah."

"Itu emang yang harus lu lakuin."

"Udah lah, gua cape."

Setelah mengatakan itu, Hanan langsung pergi keluar dari rumah dengan motornya.

"GUA JUGA CAPE HANAN HARUS NGURUS LU YANG SUSAH DIATUR!!" teriak Melvin saat Hanan keluar dari rumah, walaupun ia tau kalau Hanan tidak akan mendengar ucapannya.

Setelah perdebatan tadi dengan Melvin, Hanan memilih untuk menenangkan diri di apartemennya yang bahkan apartemen itu tidak diketahui oleh saudara-saudaranya. Hanan membeli apartemen itu dengan uang tabungannya sendiri dan hasil dari balapan.

Hanan merasa ponselnya bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk.

Kelvin buaya darat🐊

Nan.
Lu dimana?

Diluar.

Diluar nya itu dimana?

Ya ada lah pokoknya.
Kenapa nyariin gua? Kangen ya?

Nggak papa, cuma nanya aja sih, siapa tau lu inalillahi kan.

Enak aja, atau lu mau jemput gua?

Dih, pede banget monyet.
Jangan bundir, dosa lu masih banyak.

Tanpa membalas pesan Kelvin, Hanan kembali menaruh ponselnya diatas nakas yang berada disamping tempat tidurnya.

"Bilang aja khawatir sama gua, gengsi amat bocah," gumam Hanan.

Disisi lain, Kelvin menatap kearah saudara-saudaranya yang juga tengah menatap dirinya.

"Apa?" tanya Kelvin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kak Hanan gimana?" tanya Tian.

"Masih hidup," balas Kelvin singkat, padat dan jelas. Mereka yang ada di sana pun menganggukkan kepalanya, jika Kelvin sudah berkata seperti itu maka Hanan benar-benar masih bernapas.

Dikamar milik Melvin, Rendy tengah memberi nasehat kepada Melvin. "Vin, gua tau lu sayang sama Hanan tapi mungkin cara lu salah. Lain kali lu harus bisa naruh eksistensi penuh ke Hanan waktu Hanan lagi ngomong sama lu, dengerin dia jangan malah lu cuekin dan asik sama yang lainnya. Tadi dia cemburu makanya dia sampai kaya gitu."

"Nanti gua coba," balas Melvin setelah terdiam selama beberapa detik.

"Gua juga tau, Hanan itu lebih dewasa dari yang lainnya tapi dia pasti juga mau dimanja sebagai anak tengah, mau dimanja sama lu, kakak sulungnya kaya lu manjain yang lainnya."

"Nanti kalo Hanan udah pulang, lu coba ngomong baik-baik ke dia." Sebelum pergi, Rendy menepuk pundak Melvin sebagai isyarat tanda semangat.

"Mungkin yang diucapin Rendy bener, cara gua yang salah dalam ngungkapin kasih sayang gua ke Hanan," gumam Melvin menyadari tindakannya yang salah setelah mendapat nasehat dari Rendy.

***

Ternyata sampai pagi pun Hanan belum juga pulang ke rumah, dia masih betah di apartemennya. Saudara-saudaranya pun berfikir kalau Hanan masih butuh waktu untuk menenangkan diri, jadi mereka membiarkan Hanan yang penting Hanan masih bisa dihubungi.

Pagi ini, mereka sarapan hanya berenam biasanya mereka akan sarapan bertujuh. Suasana sarapan kali ini pun sedikit berbeda karena tidak ada Hanan yang akan memancing emosi Rendy atau mengusili yang lainnya.

"Ayo makan, nanti telat ke sekolahnya kalo cuma diliatin aja makanannya," ucap Rendy.

"Kangen bang Hanan," ujar Zidan dengan wajah cemberut, walaupun ia yang paling sering menjadi korban kejahilan kakaknya itu, tetapi dia merasa kesepian jika tidak ada Hanan.

"Nanti juga ketemu, atau nanti gua seret dia buat pulang kalo perlu," ucap Kelvin menenangkan adik bungsunya itu.

Melvin tidak banyak berkomentar, dia hanya diam saja menikmati sarapannya walaupun begitu dia juga mencuri dengar percakapan adik-adiknya.

Setelah selesai sarapan, mereka pun kembali pada aktivitas masing-masing seperti pergi berkerja atau sekolah.

Sesampainya di sekolah, Justin, Rendy dan Kelvin langsung mencari keberadaan Hanan di sekolah. Walaupun agaknya sedikit mustahil kalau Hanan sudah berangkat ke sekolah, tapi tidak ada salahnya kan untuk mencari.

Setelah berkeliling sekolah cukup lama akhirnya mereka menemukan Hanan yang sedang merokok di rooftop sekolah.

"Dicariin ternyata ada disini," ucap Justin.

"Kenapa nyariin gua? Kangen ya?" tanya Hanan dengan wajah tengilnya.

Mereka bertiga yang mendengar ucapan Hanan langsung memasang wajah julid dan berlagak muntah.

"Dih, pede lu," ucap Kelvin.

"Biarin, yang penting gua ganteng," balas Hanan.

"Jadi, lu semalem tidur dimana?" tanya Rendy.

"Ya ada deh."

"Serius monyet!"

"Di hotel sekalian refreshing."

"Gegayaan tidur di hotel kaya punya duit aja," ucap Justin.

"Ngeremehin gua?"

"Masuk yuk, udah mau bel," ajak Kelvin lalu berjalan keluar dari rooftop diikuti yang lainnya di belakang.

Sesampainya di kelas mereka langsung duduk di kursi masing-masing, sambil menunggu guru yang mengajar masuk kedalam kelas.

__________________________

Jangan lupa vote & komen
Sorry kalo banyak yang typo

Next?

La Casa || 7 Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang