Part 23

928 97 3
                                    

Hari ini, ketujuh saudara itu beraktivitas seperti biasanya. Hari ini, Zidan berencana untuk pulang sendiri tanpa saudara-saudaranya yang lain. Ia ingin belajar mandiri eh bukan, lebih tepatnya ia ingin pergi jalan-jalan sendiri. Me time sih ceritanya.

Saat ini Zidan tengah menunggu bus di halte dekat sekolah, ketika sedang menunggu bus tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di depannya. Tak lama kemudian, sekumpulan orang berpakaian serba hitam keluar dari mobil dan menghampiri Zidan yang tengah duduk.

"Ayo, ikut kami!" ujar salah satu dari mereka.

"Ikut kemana? Gak mau, gua mau me time tau. Hus hus sana pergi, jangan ganggu," tolak Zidan.

"Ikut kami secara baik-baik atau kami paksa?"

"Dih, kok maksa? Om-om semua pasti mau nyulik gua kan?" Zidan memicingkan matanya, menatap penuh curiga kepada sekumpulan orang itu.

"Udah tau pake nanya."

"Jangan cilik gua om, gua kalo di jual nggak bakal laku. Mending kalian culik abang-abang gua aja, harga jual mereka lebih tinggi daripada gua om. Ya kecuali bang Hanan sih, dia ada minusnya dikit."

Para penculik itu menatap Zidan aneh, emang ada ya orang mau diculik nawar dulu dan malah merekomendasikan kakaknya sendiri untuk diculik.

"Halah bacot, bawa dia!" suruh sang penculik kepada rekannya.

Rekan si penculik itu pun menarik tangan Zidan secara paksa kearah mobil, "jangan banyak gerak dong, susah nih mau masukin ke mobil nya," ucap nya karena Zidan terus saja memberontak.

Zidan langsung terdiam begitu mendengar ucapan sang penculik, "oh maaf om, gua nggak bakal gerak lagi."

"Yaudah, gua maafin."

Orang gila mana yang di culik terus di protes sama penculiknya karena berontak malah minta maaf, kayaknya cuma Zidan aja deh yang kaya gitu. Tau sih kalau ketujuh saudara itu nggak ada yang bener mungkin ada yang bener walaupun kemungkinannya cuma 0,01%.

Setelah berhasil memasukkan Zidan kedalam mobil, mobil itu pun melaju meninggalkan kawasan halte yang sepi.

"Om mau bawa gua kemana?" tanya Zidan. Saat ini posisinya di apit oleh para penculik, disini kanan dan juga kiri nya.

"Udah ikut aja, nggak usah banyak tanya," balas penculik yang berada di kursi depan.

"Yaudah, tapi gua laper om. Bisa berhenti dulu nggak buat beli nasi Padang?"

Penculik itu memberikan sebungkus roti kepada Zidan, Zidan menatap kearah sang penculik lalu kearah roti itu berulang kali.

"Gua nggak mau roti om, mana kenyang cuma makan roti. Gua mau nasi Padang."

"Lu nggak usah banyak protes! Lu itu lagi di culik."

"Yaudah." Zidan mengambil roti yang disodorkan oleh sang penculik lalu memakannya. "Air om, gua haus mau minum."

Si penculik memberikan sebotol air mineral kepada Zidan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah menghabiskan roti dan air mineral itu, Zidan pun memilih untuk tidur atau lebih tepatnya hanya pura-pura tidur. Para penculik itu pun membiarkan Zidan tidur, itu lebih baik menurut mereka karena Zidan menjadi diam.

Setalah kurang lebih satu jam ia pura-pura tidur, Zidan perlahan membuka matanya. "Udah sampe mana om? Masih lama nggak?" tanya Zidan.

"Diam lah, sebentar lagi kita sampai."

"Om." Zidan mencolek lengan penculik yang berada di sampingnya, sang penculik mengangkat sebelah alisnya. "Berhenti dulu om, gua mau pipis."

"Tahan saja, sebentar lagi kita sampai."

La Casa || 7 Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang