Part 33

1.7K 96 10
                                    

Disebuah ruangan, terdapat seorang pemuda yang terbaring di atas ranjang dengan alat-alat penopang kehidupan yang melekat pada tubuhnya.

Perlahan mata milik pemuda itu terbuka, ia meneliti sekelilingnya. Ia rasa saat ini dirinya berada di rumah sakit, apakah dirinya selamat dari kematian? Ia sangat ingat dengan rasa sakit akibat tembakan yang mendarat di kepalanya. Saat ingin bangkit, ia merasa tubuhnya sangat sakit untuk digerakkan.

Terdengar suara pintu terbuka yang membuat pemuda itu menoleh, ia melihat seorang wanita paruh baya yang tidak asing dalam ingatannya.

"Mama?" gumam pemuda itu.

Wanita paruh baya itu tersentak kaget saat melihat pemuda yang sudah lama ia tunggu-tunggu akhirnya bangun juga, wanita itu berjalan mendekati pemuda itu dengan air mata yang mengalir di pipinya lalu memeluk pemuda itu dengan erat.

"Akhirnya, akhirnya kamu bangun juga sayang. Mama sangat senang melihat kamu bangun," ujar wanita itu.

Pemuda itu menatap ke sekeliling, wanita itu melepaskan pelukannya dan memandang kearah anaknya yang sepertinya sedang mencari sesuatu.

"Saudara aku yang lain mana ma?"

"Maksud kamu apa sayang? Siapa yang kamu maksud saudara?"

"Kakak-kakak aku, dimana mereka?"

"Ingat, kamu anak tunggal. Anak satu-satunya mama dan papa, mungkin mereka cuma saudara khayalan kamu aja waktu kamu koma."

Pemuda itu terdiam setelah mendengar ucapan sang ibu, "koma?"

"Iya, kamu koma selama enam bulan sayang."

Ingin tidak percaya dengan ucapan sang ibu tapi saat ini ia berada di rumah sakit, namun semua hal yang ia rasakan sebelumnya benar-benar seperti nyata. Rasa sakit akibat tembakan, rasa sedih dan lainnya benar-benar terasa nyata.

Kemudian terdengar suara ketukan pintu dan mama mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Zidan benar-benar terperangah saat melihat orang-orang yang kini berada di depannya. Orang-orang itu benar-benar mirip sekali dengan saudara-saudaranya di alam mimpinya.

"Saya periksa dulu ya," ucap seorang dokter muda meminta ijin. Zidan memperhatikan nametag yang berada di jas sang dokter, kenapa nama sang dokter benar-benar mirip dengan nama kakak sulungnya di alam mimpinya.

"Kondisi kamu sudah baik-baik saja, mungkin tubuh kamu masih kaku. Setelah kamu benar-benar sudah sembuh kita akan lakukan terapi berjalan ya. Kalau begitu saya permisi dulu, masih ada pasien lain yang harus saya tangani." Sebelum pergi dokter itu tersenyum sambil mengusap kepala Zidan.

Zidan tertegun dengan perlakuan sang dokter, hal itu mengingatkannya dengan perlakuan kakak sulungnya yang berada di mimpinya.

Kini diruangan itu tinggal enam orang saja karena sang mama meminta ijin untuk pergi keluar sebentar.

"Hai, gimana keadaan lu?" tanya seorang pemuda dengan wajah mirip seperti kelinci.

"Baik," balas Zidan singkat, ia masih terkejut dengan kenyataan yang ada. Kenyataan jika orang-orang yang berada di alam mimpinya benar-benar nyata dan sekarang tengah berdiri di depannya.

Hening, kecanggungan menyelimuti ruangan itu karena tidak ada yang membuka mulutnya untuk bersuara.

"Kita belum kenalan kan? Gua Kelvin, orang pendek disebelah gua namanya Rendy, yang senyum matanya jadi sipit namanya Justin, terus yang item dan beda sendiri itu namanya Hanan. Salam kenal ya, kita udah tau kok nama lu jadi nggak perlu perkenalan ulang."

"Item nya nggak perlu di perjelas lagi bisa kan?"

"Ya, sorry."

Kemudian, orang-orang yang namanya disebut oleh Kelvin pun melambaikan tangannya menyapa Zidan, sedangkan Zidan hanya mengangguk dan tersenyum kecil sebagai balasan.

"Oh, dan sorry buat kejadian waktu itu. Buat kejadian tabrakan yang bikin lu koma," ujar Rendy mewakili teman-temannya untuk meminta maaf.

"Iya, kita minta maaf soalnya gara-gara nih anak mabuk kita jadi nabrak lu," timpal Hanan menujuk kearah Justin yang tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sorry," ucap Justin.

"Gakpapa kok," balas Zidan.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu kembali terbuka memperlihatkan seorang pemuda dengan kacamata hitamnya masuk kedalam ruangan.

Pemuda itu tersenyum menatap kearah Zidan setelah membuka kacamatanya, "oh, lu udah sadar ternyata. Gua kira lu masih koma," ujar pemuda itu.

Zidan yang melihat pemuda itu tubuhnya langsung bergetar ketakutan, hal itu tidak luput dari penglihatan orang-orang yang berada di ruangan itu. Zidan menatap takut kearah pemuda yang wajahnya mirip dengan orang yang menembaknya dan membunuh Hanan di mimpinya.

"Kenapa lu natap gua kaya gitu?" tanya orang itu.

"Dia takut sama muka lu, muka lu nyeremin mirip penculik," ucap Hanan.

"Dih, gua nggak makan orang kok, ngapain takut? Lagian muka gua muka orang baik-baik, buat apa gua nyulik orang, gua kan udah kaya dari lahir."

"Iyain aja."

"Kalian siapa sih songong amat?"

"Lu nggak kenal kita? Helow, jaman sekarang lu nggak kenal kita? Lu kemana aja? Main lu kurang jauh," ujar Rendy.

"Emangnya harus gua kenal kalian? Main gua juga udah jauh kok."

"Kenalin, kita ini selebgram yang punya banyak followers," ucap Hanan.

"Halah, paling main lu cuma di deket-deket sini doang," ucap Kelvin.

"Oh, selebgram. Kenalin gua Arthur Gustian Rivaldi, panggil aja Tian keturunan old money yang main nya ke luar negeri waktu bosen. Gua nggak mau sombong sih sebenarnya," ucap pemuda yang bernama Tian itu.

Mereka bertiga menelan ludah saat mendengar ucapan Tian.

"Anjir keturunan old money," gumam Kelvin.

Asik berdebat membuat mereka melupakan keberadaan Zidan, orang yang seharusnya mereka jenguk.

Kemudian mereka tersadar, dan langsung menatap Zidan yang tengah memperhatikan mereka.

"Sorry, kita jadi lupain lu. Nih, gua bawa buah buat lu," ucap Tian sambil menyerahkan keranjang buah kepada Zidan.

"Makasih," ucap Zidan pelan.

Tian yang mengetahui jika Zidan masih takut dengannya pun menghela nafasnya pelan, "gua nggak tau apa yang bikin lu takut sama gua, yang pasti gua bukan orang jahat kok."

"Maaf, udah bikin lu nggak nyaman," ujar Zidan yang dibalas anggukan kepala oleh Tian.

"Gakpapa, santai aja."

Zidan sadar seharusnya ia tidak boleh menyamakan Tian yang ada didepannya ini dengan Tian yang berada di mimpinya, jelas-jelas mereka berdua adalah orang yang berbeda dan tidak akan pernah sama.

Orang-orang yang berada di depannya pun berbeda dengan orang-orang yang berada di mimpinya.

______________________________

Jangan lupa vote & komen
Sorry kalo banyak yang typo

Hehe akhirnya cerita ini selesai juga, gak tau sih kalian bakal suka atau enggak sama endingnya.

Makasih banyak banyak buat kalian yang udah baca dan vote cerita ini 💚

Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya 👋

La Casa || 7 Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang