Part 31

824 96 7
                                    

Setelah Tian beserta paman dan bibi mereka pergi, Hanan berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangannya.

"Dan, gua usahain buat bawa lu keluar dari sini gimanapun caranya walaupun nanti gua harus kehilangan nyawa sekalipun," ucap Hanan.

Zidan yang mendengar ucapan Hanan pun seketika menoleh, "lu nggak harus lakuin itu bang, harusnya lu lebih pentingin nyawa lu sendiri daripada gua."

"Apapun bakal gua lakuin demi saudara-saudara gua."

Zidan memalingkan wajahnya, "tapi gua bukan saudara lu bang," ucapnya pelan.

"Lu tetep saudara buat gua dan, lu adik kecil yang harus gua jaga."

Hanan terus mencoba untuk membuka tali yang mengikat tangannya, setelah beberapa kali percobaan namun hasilnya selalu gagal.

Terlintas sebuah ide di benaknya, ia langsung menoleh kearah Zidan sambil tersenyum lebar. "Lu pernah diajarin tentang simpul-simpul gitu kan pas Pramuka?" tanya Hanan.

Zidan mengangguk sebagai jawaban, Hanan yang melihat anggukan Zidan senyumannya semakin lebar.

"Kalo gitu, lu bukain tali yang ngikat tangan gua abis itu gua bukain tali di tangan lu."

Melihat Zidan yang ragu, Hanan pun kembali meyakinkannya. "Percaya sama gua, lu mau kan keluar dari sini?"

"Mau."

"Kalo gitu bukain talinya."

Hanan berusaha untuk menggeser kursi yang ia duduki agar lebih dekat dengan Zidan dan agar Zidan bisa lebih mudah untuk membukakan tali yang mengikat tangannya.

Zidan berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangan Hanan dengan posisi saling membelakangi. Setelah beberapa kali percobaan, ia berhasil membuka ikatan yang mengikat tangan Hanan.

Hanan yang talinya sudah di buka pun lantas membuka ikatan pada kakinya, setelah ikatan pada tangan dan kakinya terlepas kini dia membuka ikatan pada tangan Zidan.

Setelah melepaskan ikatan pada tangan Zidan, Hanan memandang sekeliling. Hanya ruang kosong yang ia lihat, sepertinya mereka berada di lantai atas di bangunan tersebut. Dia juga melihat sebuah jendela, "disana ada jendela, kita bisa keluar lewat sana. Lu masih bisa jalan kan?"

Zidan membalas dengan ragu pertanyaan Hanan, ia sedikit tidak yakin namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya pada Hanan. "Bisa, mungkin."

"Kalo gitu lu keluar duluan, abis itu baru gua."

Zidan menganggukkan kepalanya, ia membantu Hanan untuk menyusun kursi yang tadi mereka duduki sebagai tangga untuk mencapai jendela. Setelahnya Zidan naik keatas kursi dan memanjat jendela.

Setelah Zidan berhasil keluar, Hanan memastikan jika tidak ada yang tau kalau mereka kabur lalu ia pun ikut memanjat jendela menyusul Zidan.

Disini lain, Kelvin tengah mencari keberadaan kedua saudaranya dengan cara melacak keberadaan mereka namun nihil, ia tidak dapat mengetahui keberadaan mereka.

"Kemana mereka?" tanya nya pada diri sendiri.

Kelvin kembali melacak keberadaan kedua saudaranya, setelah beberapa lama akhirnya ia menemukan titik lokasi Zidan dari cincin yang ia pakai.

"Hutan? Apa mungkin Zidan diculik? Terus kemana Hanan? Kenapa tiba-tiba aja dia ikutan ngilang?"

Kalian ingat cincin dan kalung yang di lempar oleh Zidan? Ternyata Zidan melempar cincin dan kalungnya ke hutan saat di perjalanan menuju ke bangunan tua itu.

"Kayaknya gua harus pastiin sendiri lebih dulu sebelum gua ngomong ke yang lain."

Tak berbeda jauh dengan Kelvin, Tian tengah memantau kedua saudaranya itu dari kamera tersembunyi yang terpasang di sana.

Tian tersenyum menyeringai bak psychopath saat melihat kedua saudaranya memanjat jendela berusaha untuk kabur. Ia akan membiarkan kedua saudaranya itu untuk berjalan-jalan sebentar sebelum kembali menangkapnya dan menyiksanya.

Biarlah mereka berdua merasa bebas dan bisa menghirup udara segar, namun setelah itu mereka tidak akan bisa keluar lagi.

"Pergi, pergi sejauh mungkin yang kalian bisa, pasti gua bakal nangkap kalian lagi karena kalian nggak akan pernah bisa lepas dari cengkeraman gua," gumam nya.

Tian yakin jika kedua saudaranya itu akan pergi ke hutan karena bangunan yang ia jadikan tempat menyekap mereka berdua terletak di pinggir kota dan dekat dengan hutan. Dia juga tidak perlu khawatir kehilangan jejak kedua saudaranya karena ia sudah meletakkan banyak kamera tersembunyi di dalam hutan.

Kembali ke Hanan dan Zidan. Kini mereka berdua tengah berjalan menyusuri hutan untuk menemukan jalan keluar. Mereka berdua terus menatap ke sekeliling dengan penuh waspada, takut jika para bawahan milik Tian mengejar mereka.

Untungnya hal itu tidak terjadi, karena sendari tadi tidak ada orang yang mengejar mereka. Sepertinya orang-orang itu belum sadar jika dirinya dan Zidan kabur.

"Bang, bisa kita istirahat sebentar?" tanya Zidan dengan nafas yang memburu.

"Oke, kita istirahat dulu."

Lalu mereka berdua pun duduk bersandar pada sebuah pohon yang cukup besar.

"Harusnya lu nggak perlu dateng buat selamatin gua, bang."

"Kenapa nggak perlu? Justru kalo gua nggak dateng buat selamatin lu, gua malah bakal merasa bersalah nantinya dan gua nggak bakal tau kalo disekitar kita ada manusia munafik kaya Tian."

Setelah itu, mereka berdua sama-sama terdiam.

"Kalo nanti mereka nemuin kita gimana?"

"Nggak akan, kita udah jalan sejauh ini nggak mungkin mereka bisa nemuin kita."

"Maafin gua bang, udah bikin lu terseret ke masalah ini."

Hanan tersenyum tipis, "nggak masalah, yang penting gua bisa selamatin lu dari mereka."

Zidan mendongakkan kepalanya menatap kearah langit, ia menerawang jauh pada saat mereka bertujuh berkumpul bersama dan saling bercanda. Kenangan yang entah bisa diulang kembali atau tidak, ia juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terlintas di otaknya tentang alasan Tian dalam melakukan hal ini.

"Menurut lu, alasan Tian ngelakuin ini apa?" tanya Zidan.

"Gua nggak tau pastinya, mungkin dia kehasut sama si Medusa. Kalo menurut lu gimana?" tanya Hanan.

"Entahlah, apapun alasannya gua nggak masalah yang penting dia bahagia walaupun itu perlu korbanin nyawa gua sekalipun."

"Jangan gila! Gua nggak akan biarin siapapun korbanin nyawa nya sekalipun itu lu."

Hening, Zidan tidak membalas ucapan Hanan. Mereka berdua kembali diselimuti keheningan, karena lelah Hanan memutuskan untuk menutup matanya.

Zidan yang melihat Hanan menutup matanya pun mengikuti, ia menyandarkan kepalanya di pundak Hanan.

"Gua harap setelah ini semuanya bakalan baik-baik aja." gumamnya sebelum menutup matanya.

______________________________

Jangan lupa vote & komen
Sorry kalo banyak yang typo

Aku seneng karena Lucas update tapi aku juga sedih karena abis liat kontennya Lucas.

Ada yang mau ditanyain atau mau disampaiin ke

Melvin?

Rendy?

Justin?

Hanan?

Kelvin?

Tian?

Zidan?

Atau

Ke Medusa?

Next?

La Casa || 7 Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang