Selama dua hari belakangan, Hanan merasa keadaan rumahnya tenang-tenang saja, namun hal itu lah yang membuatnya curiga apalagi sang bibi yang tampak tenang dan tak banyak tingkah. Melihat bibinya yang tenang seperti sedang merencanakan sesuatu yang tak terduga, membuat Hanan menjadi semakin curiga.
"Gua rasa bakal ada sesuatu yang akan terjadi nggak lama lagi," gumam Hanan.
"Suasana rumah ini terlalu tenang, pasti bentar lagi si Medusa bakal berulah. Kali ini siapa sasarannya?" ucap Kelvin yang duduk di samping Hanan.
Kedua anak kembar itu sepertinya merasakan hal yang serupa.
Sejak kedatangan paman dan bibinya, Hanan dan Kelvin sudah menaruh rasa curiga kepada mereka berdua. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang tidak menaruh rasa curiga dengan kedatangan mereka berdua yang tiba-tiba, apalagi Zidan dan Melvin yang terlampau baik itu. Pasti mereka tidak menyadari adanya hawa mencurigakan dari pasangan Medusa dan Buto ijo itu.
Saat sedang memikirkan rencana apa yang sedang disusun oleh sang bibi, Hanan melihat Melvin yang berjalan cepat dengan raut wajah menahan amarah. Hanan menyenggol lengan Kelvin saat Kelvin menoleh kepadanya, ia mengkode Kelvin untuk melihat kearah Melvin yang sedang menahan amarahnya lewat lirikan mata.
Sedangkan Melvin dibuat pusing dengan berkas yang terkena tumpahan tinta, berkas itu amat penting baginya karena itu merupakan berkas yang akan ia bawa saat meeting bersama klien pentingnya dari luar negeri. Melvin menyuruh semua orang yang berada di rumah untuk berkumpul di ruang keluarga.
Melvin berusaha untuk menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledek.
"Siapa yang terakhir kali masuk ke dalam ruang kerja gua? Jujur aja, gua nggak akan marah," tanya Melvin.
Mereka yang merasa tidak memasuki ruang kerja Melvin pun menggelengkan kepalanya.
"Emang kenapa sih?" tanya Rendy.
"Berkas gua ke tumpahan tinta."
"Cuma ke tumpahan tinta, bisa print ulang."
"Cuma? Cuma lu bilang?" Melvin menatap tak percaya kearah Rendy yang dengan entengnya mengucapkan kalimat itu.
"Ini berkas penting yang harus gua bawa buat meeting kali ini, kalo cuma berkas biasa gua nggak masalah tapi ini..." Melvin mengangkat berkas yang ada di tangannya. "Ini berkas penting buat perkembangan perusahaan, jadi jaga omongan lu kalo lu nggak tau apa-apa!"
"Melvin," panggil Shintia.
Melvin yang namanya dipanggil pun menoleh kearah sang bibi yang sepertinya ingin berbicara sesuatu.
"Ada apa bibi?"
"Bibi tau siapa yang masuk ke ruang kerja kamu."
"Siapa?"
"Kalo kamu udah tau siapa orangnya, bibi mohon jangan kamu marahi dia ya?" Melvin hanya mengangguk kepalanya sebagai jawaban.
"Hanan, dia orangnya. Tadi bibi lihat dia masuk keruang kerja kamu."
Hanan yang merasa tertuduh pun mengangkat kepalanya, "jangan asal tuduh!"
"Tapi tadi bibi lihat kamu masuk kesana."
Melvin menatap tajam kearah Hanan, "bener?" tanya Melvin.
"Enggak, gua aja nggak pernah masuk keruang kerja lu," jawab Hanan.
Melihat Hanan yang terus membantah jika ia tidak masuk ke ruang kerja miliknya, Melvin pun memilih untuk pergi ke kantor dengan perasaan kesal.
Setelah kepergian Melvin, Hanan dan yang lainnya pun pergi meninggalkan sang bibi di ruang keluarga sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Casa || 7 Dream [END]
FanfictionJangan lupa tambahkan ke perpustakaan!! Jangan lupa follow sebelum membaca!! La Casa dalam bahasa Italia berarti rumah. Menurut kalian definisi dari rumah itu seperti apa? Tempat kita pulang ketika merasa lelah akan semuanya atau tempat dimana orang...