Setelah melewati pelajaran yang membosankan, akhirnya bel istirahat berbunyi. Murid-murid bersorak kegirangan, karena waktu yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba.
"Akhirnya terbebas dari pelajaran mematikan ini," ujar Hanan.
"Bener, otak gua sampe berasap," sahut Cakra.
"Dih, gitu doang langsung ngeluh, padahal matematika itu pelajaran yang paling menyenangkan," ucap Yudha.
"Itu menurut lu, karena lu pinter jadinya gampang."
"Udah, mending kita ke kantin," ucap Rendy.
"Kalian duluan aja, gua mau nyamperin Liza dulu," ucap Justin, tanpa mendengar jawaban dari yang lainnya ia langsung pergi begitu saja.
"Udah tau cintanya bertepuk sebelah tangan, masih aja di samperin sampe rela beliin ini itu," ucap Hanan.
"Heran gua punya saudara kok goblok banget, di pelajaran sih emang pinter tapi kalo masalah ginian tiba-tiba aja jadi bego," ucap Rendy yang disetujui oleh yang lain.
"Bentar gua ke kamar mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Kelvin langsung pergi begitu saja. Yang lainnya memilih melanjutkan perjalanan menuju ke kantin.
Setelah mendapatkan meja yang kosong dan memasan makanan, mereka pun mengobrol sambil menunggu pesanan makanan mereka. Tak lama kemudian, Kelvin datang dan duduk di sebelah Cakra.
"Gua udah di pesenin kan?" tanya Kelvin.
"Udah, kaya biasa kan?"
"Iya."
Tak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Mereka langsung menyantap makanan mereka.
Saat sedang menikmati makanannya tiba-tiba saja kerah baju Kelvin ditarik, ia di paksa berdiri begitu saja oleh Justin. Tanpa aba-aba Justin melayangkan bogem ke wajah Kelvin hingga membuat Kelvin terhuyung ke belakang.
"Lu apa-apaan sih?" tanya Kelvin sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah.
"Lu yang apa-apaan, kenapa lu buat Liza nangis?" tanya Justin dengan wajah yang memerah karena emosi. Biasanya Justin bisa mengendalikan emosinya dengan baik, tapi kali ini dia tidak bisa mengendalikan emosinya hanya karena seorang perempuan.
"Oh, tuh cewek nangis? Dia ngadu apa aja ke lu?"
"Kalo lu nggak suka sama Liza, lu bisa nolak dia dengan baik-baik nggak harus ngebentak dia."
"Gua nggak ngebentak dia, gua juga nolak baik-baik kok. Dia aja yang lebay, pake nangis segala."
Mereka tau, menolak secara baik-baik versi mereka dengan versi Kelvin itu sangat berbeda. Ibaratnya langit dan bumi lah ya, berbeda jauh.
"Lu emang brengsek." Setelah mengucapkan itu Justin langsung pergi begitu saja dari kantin.
Hanan, Rendy dan teman-temannya langsung menoleh kearah Kelvin yang sedang meringis. Kelvin yang merasa di tatap langsung menatap balik kearah mereka.
"Apa?" tanya Kelvin.
"Cara lu nolak si Liza itu gimana?" tanya Rendy.
"Gini, "lu tuh nggak usah gatel, nggak usah kecentilan dan nggak usah sok cantik. Gua nggak suka sama lu, jadi stop ganggu gua dan stop buat ganggu cewek-cewek yang mau deket sama gua. Lu tuh harusnya sadar, ada Justin yang suka sama lu dengan tulus. Kalo gini caranya lu nggak cocok buat cowok tulus kaya Justin, mending lu jauh-jauh dari saudara gua." Gitu caranya." Kelvin mengulangi ucapannya tadi saat menolak Liza yang entah ke berapa kalinya menembaknya.
Mereka menganggukkan kepalanya paham, sudah mereka duga cara Kelvin menolak Liza akan seperti itu. Terdengar kejam memang tapi ucapan Kelvin sedikit ada benarnya, mereka juga tidak membenarkan ucapan Kelvin yang terdengar sedikit kasar kepada seorang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Casa || 7 Dream [END]
FanfictionJangan lupa tambahkan ke perpustakaan!! Jangan lupa follow sebelum membaca!! La Casa dalam bahasa Italia berarti rumah. Menurut kalian definisi dari rumah itu seperti apa? Tempat kita pulang ketika merasa lelah akan semuanya atau tempat dimana orang...