bab 6

44 13 9
                                    

Venala tengah menikmati flm kesukaannya di kamarnya. Sesekali ia berteriak heboh sembari jingkrak-jingkrak di atas kasur.

"Venala! Jangan lompat-lompat, Nak!" seru seorang wanita dari lantai bawah.

"Baik, Ma." Venala melanjutkan tontonannya, ia tidak henti-hentinya menganggumi wajah tampan biasnya.

"Tampan kayak kak Rafa," ujar Venala dengan senyuman lebar terus menatap laptopnya.

Bahkan, ia sangat menyukai adegan romantis di dalam flm. Cowok yang membelai rambut ceweknya dengan lembut dan senyuman manisnya hanya untuk cewek itu.

"Ah, sweet banget. Gue kapan, ya gitu sama kak Rafa? Bagaimanapun gue harus bisa jadian dengan kak Rafa," gumam Venala sambil memikirkan Rafa yang memperlakukannya sangat romantis di depan banyak orang.

Namun, di tengah-tengah Venala sedang asyik menonton ponselnya berdering segera ia mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Apa?" ketus Venala menaruh ponselnya di telinganya.

"Lah, elah sama sahabat sendiri ketus banget," kata Desya di seberang telepon.

"Sorry, gue gak lihat nama lo pas ngangkat telepon," ucap Venala.

"Alasan."

Venala terkekeh pelan saat mendengar jawaban Desya. "Jadi, kenapa lo menelpon malam-malam gini?"

Terdengar Desya berdeham sebentar, "Gue mau ngajak jalan-jalan, lo mau? Mumpung Afna juga ada nih sekalian menginap di rumah gue."

"Esok ngampus dodol." Venala berdecih pelan sembari menggelengkan kepala karena sahabatnya ini lupa hari esok itu hari apa.

"Hah? Besok libur, Sayangku. Besok hari minggu lo ini pelupa atau apa? Kok bisa-bisanya lupa apalagi malam ini adalah malam minggu, malamnya kita berburu," jelas Desya.

Venala membelalakkan mata, segera cewek itu berlari kecil mengecek kalender dan benar saja besok hari minggu. Ia menepuk jidatnya sembari merutuki dirinya yang bisa-bisanya lupa untuk malam yang penting bagi mereka.

Sudah menjadi runititas mereka setiap malam minggu pergi jalan-jalan, menginap di salah satu rumah mereka, dan kegiatan sakral mereka adalah pergi berburu.

"Ok, gue siap-siap dulu ntar jemput gue seperti biasanya." Venala menutup telepon langsung berlari ke kamar mandi sembari mengambil handuk di bergelantungan di tembok.

Venala butuh 20 menit untuk mandi, setelah itu, ia segera membuka lemarinya mencari baju yang pas untuk pemburuan malam ini. Netra Venala menemukan baju berwarna krem panjang dengan celana berwarna hitam.

Venala memakainya lalu ia duduk di depan meja riasnya. Ia merias dirinya secantik mungkin, make up yang tidak terlalu tebal ataupun tipis, serta riasan lainnya diperhalus.

"Simpel dan cantik, saatnya berburu malam ini," ujar Venala sembari melihat dirinya di pantulan cermin bersamaan suara klakson mobil terdengar menandakan mereka sudah tiba. Venala menyambar tasnya keluar dari kamar tidak lupa menguncinya juga.

Cewek itu berjalan menuruni tangga dengan eloknya. Mamanya Venala menatap keheranan. "Mau ke mana kamu? Udah malam ini." Wanita itu nampak marah dan tidak suka jika Venala pergi keluar rumah.

"Jalan-jalan doang, Ma. Aku bareng Desya dan Afna kok seperti biasa," jawab Venala.

"Baiklah, jangan keluyuran ke tempat-tempat haram kamu! Jika kamu melakukan kesalahan yang sama lagi Mama bakal laporin ke papa kamu buat kirim kamu ke Australia," ancam mamanya sembari menunjuk Venala menggunakan panci.

"Iya-iya." Venala pamit lalu memakai sepatunya dan beranjak pergi meninggalkan rumah.

"Udah kayak emak-emak aja," gumam Venala sembari menghentakkan kakinya.

RAVEN(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang