bab 8

30 11 8
                                    

Sepulang kuliah, Venala, Desya, dan Afna pergi ke salah satu panti asuhan tempat mereka bekerja saat ini. Sebenarnya, mereka cuma diminta menjadi baby sitter anak Adira. Namun, karena Adira selalu pergi ke panti asuhan sambil membawa kedua anak kembarnya yang ia kelola sendiri. Jadi, sekalian saja mereka juga menjaga anak-anak panti.

"Venala," panggil Afna. Venala berdehan sembari menoleh menatap Afna. "Kenapa?"

"Tadi Taufik kenapa ngajak kamu mengobrol? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Afna merasa penasaran.

"Tidak ada apa-apa. Dia cuma menanyakan tugas," jawab Venala lalu Afna hanya mengangguk paham.

"Maaf, aku berbohong."

***

Venala dengan kedua sahabatnya tengah bersiap-siap untuk pulang. Merasa semua barang sudah masuk ke dalam tas, mereka beranjak pergi meninggalkan kelas.

Baru saja melangkah keluar kelas Venala ditahan oleh Taufik yang menghalangi jalan mereka.

"Ck, mau apa kamu?" tanya Afna merasa kesal karena Taufik tiba-tiba berdiri di depan pintu kelasnya.

"Gue ada urusan sama Venala," jawab Taufik sembari memengang tangan Venala. Gadis itu terdiam tatkala Taufik memengangnya. "Hangat." Venala membatin dengan wajah memerah, ia menundukkan kepalanya. Enggan menatap netra Taufik.

"Kenapa? Cuma bentar kok, Ven," ujar Taufik, sedangkan Venala menggelengkan kepala yang masih menyembunyikan wajah malunya.

"Lo gak-"

"Aku mau, kok." Venala menyela Taufik. Ia menarik tangan kekar cowok itu pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang berteriak memanggilnya. Namun, gadis itu tidak memedulikannya.

Mereka terus berjalan hingga sampai di taman belakang.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Taufik sambil celingak-celinguk ke sekitarnya berharap tidak ada yang mengikuti mereka.

"Pake nanya lagi. Bukankah kau mau berbicara denganku? Maka sekarang, berbicaralah aku mendengarmu," jawab Venala sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Aku masih ada urusan setelah ini, jadi, cepat katakan!" tambah Venala sembari menghela napas dengan lelahnya. Sebenarnya, ia sangat letih dan ingin segera beristirahat.

Akan tetapi, ia tidak bisa melakukan itu sekarang. Hari ini, ia harus masuk kerja di hari pertamanya. Walaupun, ia hanya bekerja sebagai pengasuh anak-anak di panti asuhan seengaknya kali ini pekerjaannya tidak akan merugikan banyak orang.

"Gue ... bisakah lo berikan gue kesempatan buat memilkimu?"

Venala terlonjak mendengar pertanyaan Taufik. Ia pun bingung harus menjawabnya bagaimana. Jika ia berikan kesempatan kepada Taufik itu sama saja ia memberikan harapan palsu. Venala merasa bimbang harus memberikan jawaban seperti apa.

"Apa jawabanmu?"

Jantung Venala berdetak kencang mendengar pertanyaan Taufik. Ia menelan salivannya dengan perasaan gugup.

"Maaf ... aku tidak bisa menjawabnya sekarang," lirih Venala dengan perasaan berat hati, Venala mengantung perasaan Taufik. Ia tidak ingin cowok yang tengah berdiri di depannya ini sakit hati jika ia menolaknya mentah-mentah dan memberinya harapan yang hanya akan membuat mereka terjatuh ke dalam lubang yang dalam.

Taufik menghela napas dengan berat, ia tertawa kecil yang membuat Venala mengernyitkan dahinya menatap Taufik dengan tatapan aneh. Kayak apanya yang lucu, sih.

RAVEN(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang