bab 19

20 6 10
                                    

"Gue harap lo mau pertimbangkan setelah gue menceritakannya padamu," ucap Rival sambil memijit pelipisnya.

"Akan gue pertimbangkan," balas Taufik demgan mimik wajah serius. Rival yang melihar kesungguhan Taufik terkekeh pelan.

"Dengarkan baik-baik, gue cuma sekali menceritakannya tidak ada pengulangan." Taufik tampak serius memerhatikan Rival.

"Lo tahu Ransyah group?" tanya Rival lalu Taufik mengangguk tanpa ragu. "Memangnya kenapa dengan orang-orang Ransyah group?" tanya Taufik.

"Merekalah dalang dibalik kesengsaraan keluargamu saat ini dan bukan hanya keluargamu yang berakhir seperti ini bahkan banyak keluarga harmonis di luar sana berakhir tragis dan juga sampai ada yang bundir," jelas Rival yang membuat Taufik merinding.

"Kakak bohong, kan?" Taufik tidak ingin mempercayai semua ucapan yang dilontarkan Rival. Sulit baginya menerima kenyataan tersebut karena jika itu semua benar maka Rafael yang notabene termasuk orang-orang dari Ransyah group tidak bisa dipungkiri Taufik akan melakukan cara apa pun untuk merebut Venala.

"Gue tahu apa yang lu pikirkan, tapi terserah dirimu ingin melakukan apa pun itu. Tapi, jangan menyentuh sehelai ujung rambut Rafa dia tidak tahu apa pun tentang ini musuh kita adalah Argam Tristan Ransyah, dialah otak dari kebusukan ransyah group," jelas Rival yang membuat Taufik terkesiap.

Ia tidak tahu harus berbuat apa, di sisi lain, ia ingin memastikan keselematan keluarganya aman dan di sisi lainnya lagi, ia ingin memastikan keselamatan Venala aman.

"Tidak perlu bingung, lo hanya perlu bekerja sama dengan kami," ujar Rival yang membuat Taufik mengernyitkan dahimya. "Maksudnya apa, Kak? Kami? Siapa satunya lagi?".

Taufik tampak mewaspadai Rival dengan menjaga jarak. Rival menghela napas, ia membuka matanya lalu seperti melepas sesuatu.

"Kakak jawab gue?!" Taufik mulai kehabisan kesabaran. Ia benar-benar dilanda kebingungan dengan segala fakta yang ada.

Rival tertawa terbahak-bahak lalu Taufik yang geram memicingkan matanya menatap insan di depannya. Begitu banyak pertanyaan di otaknya, tetapi dia sendiri tidak tahu harus bertanya darimana.

"Maaf, gue tahu ini sulit bagimu. Tapi, ini sudah direncanakan olehnya ...." Rival menjeda kalimatnya. Matanya melirik Taufik sekilas lalu menghela napas yang panjang.

"Siapa dia? Akan gue jawab jika lo mau bekerja sama tidak perlu terburu-buru menjawabnya gue akan beri lo waktu satu minggu setelah itu, akan gue panggil lagi untuk menagih jawabanmu."

Taufik memicingkan mata kala ia melihat netra berwarna Heterochromia. Ia yakin tadi melihat warna netra milik Rival coklat, apa dia salah melihat.

***

Taufik masih terbayang-bayang dengan sosok lain dari Rival bahkan menatapnya saja sekarang ia tidak berani.

"Apa yang harus gue perbuat?" Taufik menundukkan kepala merenung tatkala memorinya kembali ketika ia harus melihat kedua orangtuanya mengalami kemalangan. Ayahnya yang terjerat utang, dipecat atas tuduhan penggelapan dana perusahaan padahal beliau tidak pernah melakukan itu semua serta bundanya yang saat ini harus terbaring di rumah sakit karena stress dengan teror yang meneror keluarganya. Ia tidak pernah menyangka semua kemalangan yang terjadi padanya karena ulah seseorang dari Ransyah group.

"Lo kenapa termenung gitu?" tanya seseorang yang suaranya terdengar familiar di telinganya. Ia mendongak menatap insan yang tengah menatapnya datar.

RAVEN(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang