bab 25

25 9 43
                                    

WARNING EPS KALI INI ADA ADEGAN BERDARAH DAN KEKERASAN

Angin berembus dengan kencang, suara anak-anak yang tengah bermain dengan riang, tampak dua orang dewasa tengah duduk di pinggir taman sembari memerhatikan kedua anak kembar mereka.

"Jadi, kau ingin menjelaskan apa? Tidak, maksudku, silakan jelaskan apa yang sebenarnya tidak aku ketahui dua belas tahun lalu," ujar Adira sambil netra coklatnya memandangi Bilal dan Bella yang tengah asyik bermain.

"Kenapa kau hari itu pergi meninggalkan aku dengan cek uang satu juta? Padahal aku sedang di kamar mandi, aku tidak enak membangunkanmu yang tertidur lelap dengan air liurmu itu," jelas Andrew yang membuat Adira terkejut.

"Apa yang kau bicarakan? Hari itu kau yang meninggalkan aku dengan cek itu serta surat jika kau tidak menginginkanku! Sebab itu, aku pergi- eh?" Adira berseru, tetapi tiba-tiba ia terdiam tatkala ia mengingat momen ketika ia pergi meninggalkan kamar terdengar suara air di dalam kamar mandi.  Ia membulatkan matanya sembari menutup mulutnya tidak percaya.

"Kau ditipu," ucap Andrew dengan  wajah datarnya menatap Adira. Wanita itu dilanda kebingungan, ia berusah mencerna semuanya, dan semua kepingan-kepingan memori dua belas tahun lalu memenuhi kepalanya.

Ia ingat sekarang sosok yang menjebaknya dan membuatnya berakhir seperti ini. Hanya satu orang, Argam Tristan Ransyah. Orang itu harus mati.

"Andrew," panggil Adira yang membuat pria tersebut berdeham.

"Di mana Fedrick?" tanya Adira sambil melirik Andrew dengan tatapan dingin dan penuh kebencian.

"Kau mau apa bertemu dengan anak itu?" tanya Andrew balik. Adira memperbaiki ikatan rambutnya, sesaat wajah Andrew merona kala ia melihat sisi Adira yang menurutnya cantik. Tidak, wanita tersebut selalu cantik hanya saja kali ini berbeda. Sulit ia jelaskan lewat kata-kata.

Dengan cepat ia memalingkan wajah saat Adira berbalik menatapnya. "Pantesan Venala menjadi rebutan para cowok, kakaknya aja kayak bidadari."

"Kenapa? Aku tidak boleh bertemu dengannya?" tanya Adira.

Andrew berdeham lalu berbalik menatap Adira, walaupun hatinya mulai tidak karuan.

"Boleh, kok. Tapi, tidak sekarang aku dengar dia sudah ada janji dengan orang lain," jawab Andrew sembari ia curi-curi pandang terhadap Adira.

"Sungguh?" Adira bertanya-tanya dengan mata berbinar-binar. Hal itu, membuat hati Andrew makin tidak karuan.

"Iya."

Mendengar jawaban Andrew membuat Adira dengan girang memeluk Andrew sangàt erat. Jangan ditanya lagi keadaan Andrew saat ini. Pria yang terkenal dingin dan tidak memiliki ekspresi, selain wajah datarnya kini wajahnya memerah seperti tomat, hatinya berdegup kencang tak' karuan, serta tatapan matanya yang kosong.

Kedua anak kembar yang tengah bermain ayunan kala melihat kedua orangtuanya tiba-tiba menyeringai.

"Kakak memikirkan apa yang aku pikirkan?"

"Tentu saja."

Entah rencana apa yang mereka pikirkan saat ini hanya mereka yang mengetahuinya.

***

Yuli mengulum senyum setiap dirinya memberikan makanan kepada segerombolan burung. Angin yang berembus kencang itu tiba-tiba menerbangkan topinya. Sontak gadis itu berlari mengejar topinya hingga topi tersebut jatuh tepat di depan seorang cowok. Cowok itu mengambil topi tersebut dan tampak Yuli berhenti berlari dengan napasnya tersengal-sengal.

"Ini topimu." Cowok itu memberikan topi tersebut kepada Yuli. Gadis itu mengulum senyum lalu menerimanya sembari mengucapkan terima kasih kepadanya.

RAVEN(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang