Suara ricuh kendaraan menyeruak di telinga Venala, angin berembus begitu dingin menembus kulitnya, bulan dengan cahayanya menyinari gelapnya kota, walaupun begitu, Venala merasa senang. Hatinya seperti ada kupu-kupu menari, ia tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan pulang bareng dengan crush-nya.
"Aku mimpi apa bisa menghabiskan waktu bersama kak Rafa," pikir Venala terus tersenyum dibalik helm-nya.
Ia berharap Rafa memiliki perasaan yang sama dengannya. Apa dia terlalu berekspetasi terlalu tinggi? Ia tidak tahu dan tidak mengerti jalan pikiran cowok di depannya ini.
Rafa terus berfokus pada jalanan, ia berdecak pelan sambil mengusap wajahnya gusar dibaliik helm yang menutupi kepalanya.
"Kak Rafa," panggil Venala yang membuat cowok itu berdeham tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
"Menurut Kakak yang dikatakan oleh Kak Cahya soal kak Adira yang sepertinya memiliki hubungan timbal-balik dengan kak Fedrick itu gimana?" tanya Venala dengan tangannya memeluk pinggang Rafael. Di belakang Venala menundukkan kepalanya, sejujurnya ia merasa penasaran, tetapi ia juga tidak bisa bertanya kepada Adira karena ia juga bukan siapa-siapanya Adira, bukan pula kerabat atau apa pun itu.
"Gue juga sebenarnya tidak paham, tapi satu hal yang pasti aku yakini ...." Rafa menjeda kalimatnya membuat Venala mendongakkan kepalanya menatap Rafa yang sekilas meliriknya atau itu cuma perasaan Venala(?).
"Gue tidak bisa memahami Fedrick dari awal kami bertemu sampai saat ini pun gue sulit mengerti dirinya bahkan kadang adakalanya dia tampak seperti remaja pada umumnya dan ada pula dia tampak seperti orang lain di mataku, dia adalah insan yang sulit gue mengerti," jawab Rafa sembari menerawang semua kenangan yang telah ia lewati bersama Fedrick.
"Dia bukan hantu gentayangan yang menjelma menjadi manusia, kan?" Venala bertanya dengan wajah kepolosannya.
Sontak Rafa mengerem motornya mendadak yang membuat kepala Venala betubrukan dengan tubuh Rafa di depannya. Venala mengeluh sakit sambil mengusap pelipisnya yang sakit.
"Ih, Kak Rafa jangan mengerem mendadak dong! Aku hampir jantungan dan terjatuh mana kepala aku sakit," gerutu Venala sambil memayunkan bibirnya.
Rafa yang sekilas melihat mimik wajah Venala lewat kaca spion motornya malah menertawakan cewek itu. Mata Venala terbelalak menatap Rafa tidak terima ditertawakan.
"Apa yang lucu?" Venala bertanya dengan nada suara meninggi satu oktaf. Bukannya berhenti, tawa Rafa semakin menjadi-menjadi yang membuat Venala semakin geram, tangannya terkepal kuat ingin menonjok cowok di depannya, dan dahinya berkerut. Iya, dia benar-benar ingin sekali memukulnya, tetapi jika sekarang ia memukul yang ada tangannya sakit.
Kenapa? Tentu saja, jawabannya cowok itu saat ini memakai helm yang melindungi kepalanya.
"Lu mau sampe kapan marah-marah? Gak malu apa diliatin orang-orang? Kta masih di jalan loh," ucap Rafa yang membuat Venala tersentak. Cewek itu melihat sekelilingnya dan benar saja, saat ini mereka tengah menjadi bahan tontonan warga. Dengan wajah seperti kepiting rebus Venala menundukkan kepalanya merasa malu, benar-benar sangat malu.
Para pengendara motor dan pejalan kaki tengah berbisik sambil melirik Venala.
"Mereka pacaran?"
"Sepertinya.""Kayaknya lagi bertengkar dengan cowoknya."
'Tapi, mereka cukup serasi."
"Manis."Bisikan-bisikan tersebut masih dapat di dengar oleh mereka. Begitu banyak bisikan-bisikan dari mereka yang membuat wajah Venala memanas.
Venala yang merasa malu menggelamkan kepalanya di dalam jaket tebalnya dan menutup wajahnya dengan helm yang ia gunakan saat ini. Rasanya benar-benar Venala ingin mencari lubang tikus dan bersembunyi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN(TERBIT)
Teen FictionCerita diikutkan pensi volume 3 di teorikatapublishing selama 25 hari!! . . . RAVEN kisah romansa kampus cinta segitiga. Venala, cewek maba yang jatuh cinta pada seorang kating bernama Rafa, tetapi ternyata teman satu angkatan Venala bernama Taufik...