Bab ini menceritakan flashback percakapan Fedrick dan Rival
Happy reading...
Angin berembus sepoi-sepoi dengan riuhnya orang-orang tengah bermain di tepi pantai.
Tampak Rival duduk termenung dengan tatapan kosongnya, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan terkait Fedrick. Dia yakin sekali cowok itu memiliki rahasia tersendiri. Namun, ia tidak yakin pasti apa itu. Rumor mengenai dia saja belum cukup membuktikan karena itu hanya sekedar rumor belaka tidak ada bukti kuat untuk membuktikan semuanya.
"Fedrick Rizston, cowok keturunan campuran Eropa, memiliki mata berwarna biru langit yang indah, dan perawakannya yang mendekati kata sempurna," ucap Rival dengan nada suara rendah. "Gue merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat, tapi kapan?" lanjutnya sambil memenjamkan matanya. Ia membiarkan desiran angin mengembus melewatinya.
Terdengar suara langkah kaki mendekatinya yang membuatnya berdeham seolah tahu siapa yang mendatanginya.
"Lo tahu gue bakal datang," ucapnya. Dari suaranya yang berat serak membuat Rival terkekeh pelan.
"Kenapa lu datang jauh-jauh ke sini, Fedrick?" Rival membuka matanya lalu melirik cowok itu yang tengah berdiri di belakangnya.
Fedrick menghela napas lalu mengajak Rival untuk pindah tempat yang sepi. Rival sebenarnya ingin menolak, tetapi rasa penasarannya menyelimutinya yang pada akhirnya, ia mengikuti Fedrick.
Tidak butuh waktu lama, mereka berjalan sampai ke lokasi. Rival memicingkan mata kala melihat Fedrick membawanya ke villa milik Rival sendiri.
"Lo tahu dari mana gue punya villa di sini?" tanya Rival penuh kewaspadaan. Fedrick menyunggikan senyum tatkala menatap Rival.
Rival mengernyitkan dahi karena ia yakin Fedrick memiliki rencana tersembunyi walau dia tersenyum begitu, Rival bisa merasakan ada yang janggal dari tatapan Fedrick.
"Apa yang lo inginkan dari gue?" Rival bertanya dengan meninggikan suaranya. Sorot matanya yang tajam menatap Fedrick.
Fedrick terkikik sambil mengulum senyum licik. "Seperti yang gue harapkan dari seorang Adiputra." Fedrick bertepuk tangan seraya berjalan mendekati Rival sembari membisikkan sesuatu.
Sontak Rival berjalan mundur menatap Fedrick tajam. "Dari mana lo tahu gue siapa? Gue yakin tidak ada yang bisa menggali informasi gue," ujar Rival berjalan mundur penuh kewaspadaan.
"Lo santai saja, gue gak akan makan orang kok," ucap Fedrick yang semakin berjalan mendekati Rival.
"Katakan apa mau lo ... akan gue pertimbangkan asalkan lo tutup mulut soal identitas gue," ucap Rival sambil mengacungkan jari ke arah Fedrick.
Fedrick menyeringai lalu sedikit menjauh dari Rival untuk memberi ruang untuknya.
"Simpel saja, gue mau lo bekerja sama dengan gue," jawab Fedrick yang membuat Rival mengernyitkan dahi.
"Maksudmu apa? Jangan bilang rencana lo yang mau membalas perbuatan Argam sialan itu? Bukankah lo memiliki cukup kekuatan melawan Ransyah group karena lo pewaris sah dari keluarga Rizston?" Rival bertanya sambil mengangkat satu alisnya menatap Fedrick datar.
"Memang benar, tapi posisi gue saat ini tidak aman. Orang-orang dari Rizston group ingin menyingkirkan gue bahkan mereka tidak segan-segan mengirimkan pembunuh bayaran untuk mendapatkan posisi gue," jelas Fedrick yang membuat Rival terlonjak dan tidak bisa berkomentar apa pun.
Ia mengatupkan mulutnya sembari menundukkan kepala, ia merenung sejenak sambil menghela napas berulang kali.
"Bagaimana? Lo mau? Tentu saja, ini tidak ada sangkut pautnya dengan Rafa prioritas utama kita hanya kepada Argam Tristan Ransyah," tanya Fedrick.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN(TERBIT)
Teen FictionCerita diikutkan pensi volume 3 di teorikatapublishing selama 25 hari!! . . . RAVEN kisah romansa kampus cinta segitiga. Venala, cewek maba yang jatuh cinta pada seorang kating bernama Rafa, tetapi ternyata teman satu angkatan Venala bernama Taufik...