Bab 9 : Pilek

2.8K 175 19
                                    

Mereka berempat sekarang berada di zona bermain di mall sepulang kelas. Memainkan ini itu dengan bebas, soalnya tuan muda Chenle yang bayar

"karya Lia ya?" Tanya Jaemin menunjuk tanda merah keunguan di leher Renjun.

"B-bukan! Tadi digigit serangga gatel banget"

"Ohh, kirain kalian udah main. Kenapa juga pakai masker?"

Jaemin ini banyak tanya, kenapa sih?

"Gua lagi pilek— haachiimmm" Renjun berpura-pura bersih dan menyedot ingus

Jaemin menepuk-nepuk pelan kepala pemuda yang lebih pendek dari dia "Cepat sembuh ya Jun" ujar Jaemin.

Chenle dan Jisung datang mendekat "Renjun pilek? Flu? Gue antar kerumah sakit ya?" Tawaran Chenle membuat Renjun seketika panik

"Enggakk, enggak usah Chen. Gue udah biasa kok gini palingan besok sembuh, serius deh"

"Beneran?" Jisung lagi yang bertanya dengan nada khawatirnya

Renjun mengangguk kencang "beneran. Udah ah ayok lanjut main aja" dan untungnya mereka percaya. Huh, Renjun selamat.

Berbeda lagi dengan Jeno setelah kelas dia langsung ngibrit ke wc. Kalian tau lah Jeno ngapain.

"Jen, lama banget di wc, boker lo keras?" Tanya Mark si bule Kanada itu. Jeno hanya mengangguk

"Lu gak gerah apa pake jaket di resleting sampe leher?" Tanya Mark lagi

"Gak Mark, justru gua ngerasa agak dingin"

"Lu keringetan gitu"

"Gak papa, Mark. Lagian gua mau ke tempat gym mumpung tiga jam lagi baru ada kelas"

"Ikut bro, sekalian gua ngegym"

"MARKK MAU KEMANA?"

Nah, Jeno gak suka ada cowok tengil ini. Dia berisik banget, meskipun Mark yang di recokin senyum-senyum aja tapi Jeno yang denger gak tahan

"Mau ke tempat gym, kamu mau ikut?" Tanya Mark ke cowok yang badannya sedikit lebih berisi dari mereka, kulitnya pun sedikit lebih gelap.

Jeno lupa bilang kalau Mark itu gay! Iya gay. Dan pasangannya cowok tengil yang bersisik ini, namanya Haechan. Gila kan si Mark ngegay sama cowok kayak gitu, mendingan sama Renjun deh.

Jeno gak tau aja, kalau cinta itu kan gak mandang fisik. Apapun kekurangan serta kelebihan seseorang tetap terlihat sempurna di mata orang yang tulus sama dia, percaya deh.

Emang Jeno gak sadar diri. Renjun pernah masak sup keasinan tapi Jeno tetap memakannya dengan lahap. Dan selama ini cinta Jeno itu sebenarnya buat Renjun bukan buat Yeji. Cuma kedok sahabat itu yang menghalangi.

Dan berakhir mereka ke tempat gym bertiga. Jeno dengan KLX nya dan Mark dengan WR nya, di jok belakang Haechan duduk dengan apik sambil memeluk perut Mark yang sedikit berotot.

Setelah sampai tempat Gym, Jeno mulai membersihkan kaca yang mulai sedikit berdebu. Sedangkan sepasangan kekasih tadi melakukan gym sambil mesra-mesraan.

Jeno mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tak terlalu banyak orang mengingat ini masih siang.

Cukup dua jam Jeno membersihkan tempat gym, dia menerima upah 40 ribu. Yang ngasih upah Jeno itu si penjaga gym yang kerjaannya mengisi list daftar orang. Nah uang pembayaran tiap bulan itu di jadikan sebagai bayaran Jeno, soalnya kan Jeno gak tentu hari kapan datangnya. Kalau yang cleaning service mingguan, si pemilik langsung yang menggajih.

Haechan dengan Mark sudah penuh dengan keringat, padahal yang Jeno liat mereka lebih banyak pacaran dibandingkan ngegym

Beda halnya dengan Renjun disana. Baru selesai bermain selama dua jam lamanya. "Sekarang kita cari makan di bawah" ajak Chenle ke ketiga temannya

Dan disetujui oleh mereka bertiga. Siapa yang gak setuju kalau geratisan cuy. Chenle hari ini katanya lagi senang banget karena dapat uang bonus lima juta dari ayahnya, jadi dia merayakannya dengan teman dekatnya aja.

Teman Chenle yang tulus tanpa memandang duit Chenle tuh cuma mereka bertiga, yang lain mah minta traktir mulu, eh pas Chenlenya lagi kesusahan malah ditinggal.

Coba kalau sama Renjun, Jisung, Jaemin. Pernah mobil Chenle mogok di tengah Jalan nah pas banget mereka bertiga jalan beriringan di belakang Chenle, tuh bertiga rela turun dari motor buat bantu Chenle ngedorong mobilnya panas-panasan. Sial banget waktu itu bengkel langganan Chenle lagi tutup. Mau minta derek pun nelpon siapa? Wong itu satu-satunya nomor perbengkelan yang Chenle punya.

Teman yang lain mah udah kabur dengan banyak alasan, cih.

Selesai makan, mereka kembali ke kampus tepat Jeno dan Mark serta Haechan juga kebetulan baru sampai. Mereka semua liat-liatan tapi gak ada yang mulai bersuara

Mereka ini berteman tapi seperti beda kubu, paham gak? Karena beda jurusan, gitu.

"Ren" Jeno memecahkan keheningan di antara mereka semua

"Iya?" jawab Renjun dengan pertanyaan

"Pulang nanti bareng gua ya? Kita langsung ke pasar, bahan dapur hampir habis kan?" ujar Jeno bertanya

Renjun berfikir sejenak "iya juga, ayok deh"

"Kalian berdua pileknya ngejangkit ya?" Jisung dengan jiwa keponya

Renjun menoleh kearah Jisung "maksudnya?"

"Kalian—" Jisung menunjuk Jeno dengan Renjun bergantian "—sama-sama pake masker"

"Nah" Mark menjentikkan jarinya "Jeno tadi bilang ngerasa dingin, jangan-jangan Jeno juga meriang?"

"Sehabis kelas ini kalian gue bawa kerumah sakit ya?, gue yang bayar deh" tuan muda berulah lagi

Renjun dengan cepat mengibaskan kedua telapak tangannya didepan "enggak usah Chenle, kan gue udah bilang, palingan besok udah sembuh. Oke gue sama Jeno duluan"

Renjun menarik Jeno menjauh dari mereka, takut-takut di bombardir dengan pertanyaan yang membuat mereka bohong terus-terusan. Dan pas banget mereka sekarang satu kelas di mata pelajaran umum.

"Panik banget, Ren" kata Jeno setelah mereka tiba didepan ruangan kelas mereka

"Bingung Jen mau jawab apaan, lagian lo diem-diem bae" ucap Renjun kesal.

"Gua mau jawab tapi keburu lo duluan"

"TEGA BANGET KALIAN NINGGALIN, PADAHAL KAMI KHAWATIR" suara lumba-lumba itu lagi.....

TBC

Dibalik Kata Sahabat (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang