Bab 10 : So Please, Don't Cry

2.8K 174 13
                                    

Renjun merasa kantuk menyerang disaat dia baru saja menyelesaikan lukisan pertama, tiba-tiba dia mendapatkan telpon dari si cantik Lia.

"Hallo sayang"

"Ren...."

"Iya sayang? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Renjun khawatir mendengar nada sedih Lia disebrang sana

"Malam ini aku berangkat ke Amerika"

"Hah? Mendadak banget, aku antarin kamu kebandara ya?"

"Aku udah dibandara, Ren. Sebentar lagi berangkat, aku yakin kamu gak akan sempat...
Tuh sudah ada pemberitahuannya"

"Lia—"

"Love you Renjun"

"Love you too Lia"

Lia mematikan telponnya. Renjun mau nangis, dia sedih banget bakalan ldr sama Lia, cinta pertama Renjun.

Renjun keluar kamarnya menuju kamar sebelah untuk berkeluh kesah

Ceklek

Terlihat Jeno sedang berkutat dengan buku-bukunya dan juga laptopnya "Jenoooo, hiks" panggil Renjun dengan suara serak sambil menangis

Jeno menoleh "Renjun? Kok nangis?" Dengan segera Jeno menutup buku serta laptopnya, lalu nyamperin Renjun. Kemudian Jeno menuntun Renjun untuk duduk ditepi kasur

"Hiks Lia ja—hiks jadi pindah huweee" Renjun memeluk Jeno dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jeno

Jeno mengelus lembut punggung Renjun guna menenagkan sahabatnya yang lagi sedih. Jeno dapat merasakan kalau bahunya basah karena air mata Renjun "tapi dia gak minta putus kan?"

Renjun menggeleng tapi dia masih menagis sesegukan "hiks, ta-tapi hiks jauh huhu Jeno. Gue gak bisa ngedate lagi, hiks gimana Jenoooo huweee"

"Utututu udah ya gpp, yang penting bisa video call oke? Gua doain semoga lu bisa cepat kaya raya supaya lu bisa nyusul dia ke sana"

"Aamiin, hiks huhu makasih Jeno hiks"

Jeno cuma tersenyum lembut sebagai jawaban dari kata terimaksih Renjun, namun tangannya masih setia mengelus punggung serta kepala Renjun dengan lembut supaya Renjun cepat tenang

"Tidur yuk" ucap Jeno setelah dia merasa Renjun sedikit tenang didalam pelukannya

Renjun mengangguk "kelonin"

Jeno tersenyum gemas dengan tingkah Renjun yang ini. Ingat kan kalau Renjun lagi sedih atau Rese sukanya tidur minta dikelonin? Pasti ingat lah. "Mau di sini atau dikamar lo?"

"Di sini, kamar Jeno"

"Oke" Jeno menuntun Renjun buat berbaring, lalu dia ikutan berbaring disamping Renjun dan memeluk badan Renjun. Tangan Jeno juga menepuk-nepuk pantat Renjun yang terasa empuk ditangan Jeno. Makanya itu Jeno dengan senang hati ngelonin Renjun, mayan kan dapat pantat empuk punya Renjun.

Jeno juga suka aroma alami tubuh Renjun.

Tidak membutuhkn waktu lama dalam menidurkan Renjun, sekarang saja nafas Renjun sudah tenang dan teratur. Rupanya anak mama Huang itu sudah tertidur dipelukan sahabatnya sendiri.

Di rasa Renjun sudah tidur nyenyak, Jeno kembali ke meja belajarnya, berkutat dengan tugas-tugas yang gak nanggung hardnya

Kalau masalah pacar sebenarnya Jeno juga berusaha sabar dengan sifat posesif Yeji. Ya kalau dipikir lagi wajar sih Yeji posesif takut kehilangan Jeno yang gantengnya shinning, shimmering, splendid itu

Cuma Jenonya aja yang gak suka di posesifin, lagian dia selalu menjaga perasaan Yeji kok. Jeno juga dari dulu terbiasa bebas apalagi tinggal di kampung kan apa yang di takutin?

Apa Yeji gak bisa percaya sama Jeno? Seperti Jeno percaya sama Yeji. Yasudahlah, mungkin nanti pasti ada jalan keluarnya demi kebaikan hubungan mereka berdua.

Tepat pukul dua dini hari Jeno selesai dengan tugasnya yang deadline tiga hari lagi. Jeno membereskan mejanya, kekamar mandi guna membersihkan wajah, ke wc buang air kecil, dan ngambil air minum botol untuk diletakkan didalam kamar.

Kini Jeno kembali membaringkan badannya disamping Renjun. Kasur Jeno dengan Renjun tuh ukurannya sama, pas-pasan buat dua orang.

Jeno melakukan kebiasaanya kalau lagi tidur berdua dengan Renjun. Kebiasaan memandang dahulu wajah tampan kelewatan Renjun sebelum Jeno jatuh tertidur.

Jeno memgelus pipi Renjun yang terasa lembut ditangannya, lalu tangan Jeno beralih membelai surai halus Renjun. Entahlah, ini adalah kebiasaannya sedari kecil dulu, Jeno juga gak tau kenapa.

Mata Jeno menatap mata bengkak dan merah punya Renjun. "Kalau enyak Wendy tau anak cowoknya nangis karena cewek, apa ya tanggepan enyak?. Dulu, kalau lo nangis karena gua tinggal main sama anak-anak yang lain, enyak Wendy cuma ngetawain karena anaknya cengeng banget padahalkan bisa disusul" Jeno masih menatap mata Renjun, lalu di usapnya mata bengkak itu

"Sekarang anak enyak masih cenggeng kayak dulu, meskipun Jeno udah lama gak liat dia nangis, tapi tetap aja lucu" Jeno tersenyum di akhir katanya, tak terasa matanya ikut tertutup menyusul Renjun ke alam mimpi

Lagi, Jeno lupa mengabari Yeji kalau dia sudah selesai mengerjakan tugas. Tentu saja sekarang cewek itu overthinking "apa jangan-jangan Jeno bohong? Dia pergi main sampai lupa sama gue? Ish kesel"

Mari kita intip Lia yang baru saja sampai di Amerika

"Lia" panggil mamanya

"Iya mommy?" Tanya Lia

Mama Lia menatap anaknya dengan tatapan bersalah "maafin mommy yang mendadak pindah begini, pasti kamu kangen Renjun kan?"

Lia mengangguk kemudian dia tersenyum "gak papa mom, itu kan demi perusahaan kita juga"

Kakek Lia sudah pensiun dalam mengurus perusahaan, jadi hak atas kepemilikan perusahaan utama di Amerika jatuh ke pada ayah Lia selaku anak laki-laki pertama.

"Ya sudah, kabarin Renjun dulu kalau kamu sudah sampai, di sana pasti sudah pagi"

"Ah iya, hp aku masih mode pesawat, pasti banyak pesan dari Renjun"

TBC

Dibalik Kata Sahabat (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang