Bab 26 : Need Cucu

1.4K 99 3
                                    

"kalian ini, ngapain susah susah pacarin si A si B ujungnya malah kalian berdua yang pacaran" Wendy mengomel tanpa ampun dari awal ia tau kalau anak laki satu satunya malah pacaran sama sahabatnya sendiri, sesama laki pula

"ta-tapi nyak..." ini Renjun yang nyaut

dengan cepat jari telunjuk Wendy yang masih bau bawang mendarat dibibir sang anak semata wayang "sttt, gausah tapi tapi-an, kenapa gak dari dulu aja?"

"eh?" kedua pemeran utama kaget, pa maksud si enyak?

terlihat Wendy menarik nafas dan mulai membuka mulut lagi "tapi ya tapi, gimana cara kita dapat cucu ya, na?" ujar Wendy lagi sambil menatap Yoona penuh tanya.

si emak ikut berfikir, sedangkan bapak dan babeh malah asik main catur bareng. beda lagi kedua anak muda sebagai pelaku tersangka asik pandang pandangan dengan muka tegang...

semoga yang di bawah gak ikutan tegang.

gimana gak tegang, ini masalah anak loh? Renjun sama Jeno mana ada yang bisa hamil? meski Renjun pihak yang di masuki tapi gak mungkin hamil lah, ia gak punya rahim kok.

Jeno aja masuknya dari lubang bool bukan lubang vagina.

kalau di pikir-pikir, jorok juga. tapi nikmat hehehe

ngomongin soal itu, Jeno jadi kepikiran pengen itu "sayang, main yuk!" bisik Jeno

"main apa?"

"bikin cucu buat mereka" ujar Jeno sambil menunjuk para ibu-ibu yang lagi bingung caranya dapat cucu dari anak mereka.

alis Renjun mengerut "aku kan gak bisa hamil, Jeno"

wajah Jeno memelas "siapa tau ada keajaiban kan? ya ya ya mau ya?"

udah lama nih mereka belum main. sebelum libur begini keduanya sama sama sibuk kuliah, sama Jeno sibuk ngurusin cafe juga, jadi di barak si Renjun suka sendiri tapi biasanya Chenle sama Jaemin main sih nemenin Renjun, kadang Haechan juga muncul tiba-tiba kayak punya ilmu halimunan.

Renjun berfikir sejenak kemudian dia memukul lengan Jeno yang udah merap masuk kedalam celana Renjun "shh nanti, suasana lagi panas-panasnya ini"

"gpp biar tambah hot" jawab Jeno sambil nyengir.

"kalau soal anak mereka tuh di panti banyak, adop aja satu itung-itung ngurangin beban panti" sahut bapak yang jengah ngeliat para ibu-ibu yang memperdebatkan soal cucu

plak

"heh bapak! mulutnya."

"iya iya maaf sayang"

gimana emak gak marah, wong itu anak yatim piatu di kata beban panti sama bapak.

"tapi bener juga kata Donghae. cari anak yang paling kecil, kalau bisa yang masih bayi deh biar mereka ngurusnya dari nol dan gedenya nanti mirni didikan mereka" ucap Chanyeol menimpali

"hmm leh uga. kamu bisa ngurus bayi kan sayang?" Tanya Jeno. tangan Jeno udah keluar kok dari celana Renjun.

Renjun ditanya begitu otomatis menggeleng "gak bisa"

bahu Jeno merosot kebawah "yahh, sama"

"tenang aja, kalian belajar sama-sama nanti enyak sama emak bantu" jawab enyak yang paham kekhawatiran mereka

"tapi adopnya jangan sekarang, tunggu kalian punya rumah sendiri" tambah emak

bener juga kata emak... soalnya kalau masih ngontrak kan gak terlalu leluasa apalagi mereka masih disibukan kuliah - kerja, susah bagi waktu kalau ngurus anak lagi.

Renjun dengan Jeno manggut-manggut seakan sudah saling koneksi apa yang mereka berdua pikirkan.

"ah yasudah kalau gitu Yoon, kami pulang dulu ya, udah waktunya makan siang" ujar Wendy

"loh kenapa gak makan bareng disini aja, lauknya udah jadi, tinggal bikin sambel aja lagi"

"maaf nih, tapi dirumah juga udah sedia tadi dalam tudung saji"

"yah kalau gitu, malam ini makan malam disini ya Wen"

"aa iya iya, nanti masaknya aku bantu"

"iya siap"

• • •

"Jen, mau kemana sih?"

sore-sore Jeno mengajak Renjun ke suatu tempat yang kata Jeno mereka dulu sering bermain disana, tapi Renjun malah lupa

"liat aja nanti, pasti kamu inget, sayang. kalau tempatnya gak berubah"

mereka berdua berjalan bersisian tanpa pegangan tangan... soalnya samping menyamping ini kebun sayur dan ada orangnya yang lagi manen atau sekedar membersihkan kebunnya dari rumput liar

sapaan serta senyum ramah mereka berdua lontarkan kepada para petani disana. ada juga yang bertanya gimana rasanya kuliah di kota dan banyak lagi

"Jeno, Renjun!"

"Rigel?"

"iya, kalian lama gak pulang, betah banget ya di kota? seru gak?" ini Rigel, salah satu teman sepermainan mereka dulu. dia lebih memilih membantu orang tuanya bertani dan berkebun dibanding kuliah, salah sstu faktornya juga karena biaya.

"betah gak betah gel, disana menuntut ilmu dan untungnya dapat kerjaan juga, lu gimana sekarang?" jawab Renjun antusias karena udah lama gak bertemu teman lama

Rigel menunjuk ke arah bajunya "yah gini deh, liat nih baju kotor abis nyangkul tadi buat nanam sayur"

Renjun dengan Rigel asik bercengkrama bercerita ini itu sambil mengenang masa kecil, sedangkan Jeno menyahut seadanya

tolong lah, bapak Lijen ini lagi cemburu. mukanya masam banget

Jeno meraih pinggang Renjun hingga Renjun menempel ke tubuhnya "eh, kenapa Jen?"

Jeno yang ditanya tak menajwab, ia mengalihkan pandangannya ke arah Rigel "lu punya pacar?" tanyanya

Rigel menunjuk ke dadanya, di mana arah cincin yang di jadiin bandul kalung "udah tunangan bro"

"kenapa di kalung? kan biasanya di jari manis?" Renjun bertanya dengan pemasaran tanpa peduli remasan yang iya rasakan di pinggangnya

"ck, dasar gak peka" gumam Jeno pelan. Jeno tuh maunya Renjun menyudahi acara wawancaranya ini biar cepet sampai tujuan

"gue lagi kerja kotor-kotoran, Ren. kalau udah mandi nanti juga di pasang di jari manis lagi"

"ohh gituu, siapa nama tun-hmmm" mulut Renjun yang lagi-lagi ingin bertanya itu Jeno tutup mengunakan telapak tangan besarnya

"maaf ya gel, gue sama dia mau ke sana"

"oh iya Jen, hati-hati kalian"

"Yoo"

TBC

Dibalik Kata Sahabat (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang