Bab 13 : Ketularan Gay

3K 179 7
                                    

"Salah lo yang minta praktek ciuman waktu itu, gua jadi kecanduan kan sama bib—ah bukan cuma bibir, tapi sama orangnya, dan apun tentang lo, gua suka. Oke bye"

Kata-kata itu.... sebenarnya Jeno sudah memikirkan matang-matang apa yang dia rasain ke sahabatnya selama ini.

Di analisis dari reaksi tubuhnya kalau lagi melakukan skinship dengan Renjun, Jeno pengen lagi, lagi, dan lagi seperti pegangan tangan, pelukan, bahkan ciuman.

Memandang wajah Renjun sebelum tidur juga keinginan dari hatinya.

Jeno suka saat kebersamaannya dengan Renjun, entah itu melakukan apa asalkan sama Renjun, dia tetap senang. Apalagi disaat Renjun membutuhkannya saat senang maupun sedih.

Jeno merasa nyaman disetiap kali berada didekat Renjun. Rasanya Jeno ingin selalu menjaga serta melindungi Renjun. Dan Jeno merasa gak suka kala Renjun dekat sama cewek atau cowok lain selain dirinya.

Rasa tidak suka itu selama ini Jeno sangat pandai menyembunyikannya seolah-olah Jeno senang saat Renjun bercerita tentang temannya apalagi pacarnya. Jeno teramat sangat bersyukur kala Lia dengan Renjun dipisahkan oleh jarak, jadi Renjun gak sering keluar malam-malam tanpa Jeno kan?

Soal Yeji....... Jeno kudu minta maaf, Jeno baru sadar tadi malam setelah merenungi ini semua, bahwasanya Yeji selama ini cuma pelampiasan bagi Jeno, cinta Jeno yang asli buat Renjun.

Yeji ngelarang Jeno ini itu, Jeno jadi risih. Coba kalau Renjun, Jeno nurut. Jadi, kapan Jeno mutusin Yeji?.

Intinya karena Jeno selama kuliah temenan sama Mark, dia jadi ketularan. Ketularan gay nya. Jeno tegaskan kalau gay itu nular, dari awal cuma coba-coba pada akhirnya ketagihan juga.

Tapi, Jeno cintanya sama Renjun doang. Ingat itu cuma Renjun, semuanya tentang Renjun, Jeno suka. Kalaupun ada sifat Renjun yang kurang baik, Jeno akan berusaha menasihati Renjun.

Jeno memang baru berfikir tadi malam sampai pagi sebelum orang tua mereka datang.

"Jeno pulang"

Biasanya Jeno nyelonong masuk, tapi mengingat sekarang ada orang tuanya dirumah, mungkin dengan menyuarakan kepulangannya begini adalah hal yang cukup sopan. Jeno melihat diatas karpet terdapat dua bantal dan dua selimut

Jeno pulang dijam 10 lewat

"Tumben pulangnya jam segini?, biasanya sebelum makan malam sudah pulang" tanya Renjun yang menyambut kedatangan Jeno

Jeno hanya tersenyum memandang bibir yang menjadi candunya itu bergerak saat berbicara, terlihat lucu.

"Jeno"

Jeno mengerjap tersadar dari fikirannya "oh itu, jam lima sebenarnya udah pulang, cuma tadi gua dipanggil buat kerja, karna bos memindahkan tempat gym ke lantai atas yang baru selesai itu" Jelas Jeno

"Lalu, lantai bawah buat apa?" Tanya Renjun penasaran. Kini mereka duduk di depan tv.

"Bos mau bikin cafe. Dan kabar baiknya, gua dipercaya oleh bos buat ngelola cafe itu nantinya, ngurusin semuanya. Kalau ada waktu luang gua juga bantu-bantu kariyawan disana. Soal gajih, gua di bayar sepertiga dari pendapatan"

"Wahhh" Renjun bersorak riang "bos Jeno baik banget deh"

"Iya gitu, gua bersyukur. Kalau lo kapan jadi guru les disekolah bapak Suho?"

"Eumm, kata pak Suho sih, tunggu lukisan gue selesai. Kalau sudah semua baru dibicarain lagi, tapi katanya juga bakalan setiap sore sabtu, dari jam 2 sampai jam 5" jelas Renjun

"Wah bagus deh lesnya di hari libur. Berarti kita sama-sama otw punya kerjaan tetap, bukan sambilan lagi"

"Huum. Jeno udah makan belum?"

Jeno menggeleng "belum. Emang niat gak mau makan diluar, selagi masih ada emak sama enyak disini, gua jadi pengen makan masakan mereka aja, soalnya nanti bakalan lama enggak kan?"

Sang sahabat mengangguk mengiyakan "yaudah, enyak tadi masak soto. Bentar gue panasin dulu" ujar Renjun sambil beranjak kedapur guna memanaskan soto yang di buat enyaknya tadi sore

Jeno mengikuti Renjun sambil memperhatikan semua kegiatan yang Renjun lakukan. Cocok jadi istri gua

Jeno senyum-senyum sendiri kala Renjun menyiapkan semangkuk soto, piring, gelas, air minum, dan sendok di atas meja makan tepat didepan Jeno.

Renjun membungkuk ala-ala pelayan di restoran "selamat menikmati tuan Lee"

"Terimakasih—Oh ya Ren, mereka kemana?" Mereka yang dimaksud Jeno adalah kedua orang tua mereka berdua, dari tadi Jeno cuma ngeliat Renjun.

Renjun duduk didepan Jeno "Enyak sama babeh tidur di kamar gue, kalau emak sama bapak tidur di kamar lo" jelas Renjun

Jeno manggut-manggut "lalu kita tidur dimana?"

"Di depan tv, udah gue siapin bantal sama selimut tadi"

"Oalah, emmm soto enyak emang gak pernah gagal dilidah gua" puji Jeno

Setelahnya Jeno fokus makan sedangkan Renjun mengambil alat lukis dikamarnya, untuk melanjutkan lukisan keempatnya didepan tv

Jeno sudah selesai dengan kegiatan makannya,  piring serta yang kotor lainnya juga sudah Jeno cuci. "Udah mau jadi aja, kapan bikin sketsanya?" Tanya Jeno kala melihat-lihat lukisan Renjun yang sudah tahap pewarnaan ditail

"Setelah makan malam" jawab Renjun, tapi matanya masih fokus kelukisan

"Ini sudah setengah dua belas, Renjun. Besok kuliah pagi lagi kan?"

Renjun mengangguk "dikiiittt lagi, bentar—NAH, selesai" Renjun mengemasi alat lukisnya dan mengembalikannya kedalam kamar, terlihat kedua orang tuanya tertidur saling berpelukan "enaknya yang punya pasangan" gumam Renjun sebelum akhirnya dia kembali ketempat tadi

Terlihat Jeno sudah berbaring apik lengkap dengan selimutnya membungkus tubuh kekar Jeno. Jeno menepuk-nepuk bantal disebelahnya, kode suapaya Renjun cepat berbaring disebelahnya.

Renjun menuruti kode dari sahabatnya, berbaring disebelah Jeno

"Mau dikelonin gak?" Tawaran Jeno mendapat gelengan dari Renjun. Yah Jeno kecewa pemirsa, padahal Jeno ingin merasakan lagi pantat empuk Renjun

"Peluk aja" jawab Renjun

Wah!! Jeno gak jadi kecewa. "Oke"

Dengan cepat Jeno menarik Renjun kedalam pelukannya, Renjun juga menenggelamkan wajahnya didada Jeno sesekali menduselkan hidung mancungnya didada Jeno. Sedangkan satu tangan Jeno mengelus punggung Renjun dengan lembut.

TBC

Dibalik Kata Sahabat (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang