"Jeno" Renjun menyambut sahabatnya yang baru saja datang dari joging paginya di akhir pekan ini
"Baru bangun?" Tanya Jeno kala dia melihat rambut Renjun yang mencuat berantakkan, apalagi wajah Renjun masih kusust
Renjun menggeleng, lalu Renjun memperlihatkan panggilan video masuk dari Lia dengan durasi 35 menit "tadi Lia bilang, dia udah sampe. Bagus banget pemandangan disana. Didepan atau di belakang rumahnya sama-sama bagus dan rumahnya lebih mewah daripada yang disini" Jelas Renjun dengan antusias
Jeno tersenyum sambil mengusap keringat di dahinya menggunakan handuk kecil yang ia bawa "bagus lah dia sampai dengan selamat dan langsung ngabarin pacarnya yang cengeng ini" Jeno mengusak rambut Renjun yang berantakan
"Gue gak cengeng ya, cuma sedih aja" elak Renjun, matanya mendelik tajam menatap Jeno
Jeno menjawab dengan nada jahil "Iya deh yang 'cuma sedih aja'"
"Jenoo" Renjun mendorong Jeno masuk kekamar mandi
"Eh, kok dorong-dorong" meskipun Jeno menjawab begitu, tapi dia tidak melawan arah dorongan Renjun. Jeno pasrah.
"Muka lo ngeselin. Mandi sana, lo bau"
Brak
Renjun menutup kasar kamar mandi dari luar.
Dor dor dor
Bukan suara tembakan, bro. Tapi itu Jeno yang menggedor pintu kamar mandi padahal engga di kunci. Kuncinya aja di dalam, kok.
Ceklek
Renjun membuka pintu itu "Kenapa lagi sih? Rusak nanti lo yang ganti"
"Ambilin handuk dong, dikamar, tempat biasa"
"Ck, nyusahin aja" meski mengomel, tapi Renjun tetap melaksanakan perintah dari Jeno.
"Nih" Renjun menyodorkan handuk kebanggaan Jeno yang disambut Jeno dengan senang hati, bahkan Jeno menggenggam tangan Renjun sekalian yang membuat Renjun mendelik lagi "apa lagi?"
Jeno menyengir lebar "gak mau mandi bareng? Lo juga belum mandi tuh"
"Gak ah, lo aja. Gua mau bikin sarapan dulu" tolak Renjun
Jeno berkedip-kedip lucu, bibirnya di majuin "ayoklah sahabat. Nanti kita cari sarapan diluar sekalian jalan-jalan di pagi minggu yang cerah ini"
Apa-apaan itu? Kok Jeno freak gini? "I-iya dah. Udah ah, gue ambil handuk dulu"
Jeno melepaskan genggamannya di tangan Renjun, tapi handuknya tetap Jeno genggam "dadah, hati-hati dijalan"
"GAUSAH NGADI-NGADI DEH, LO BUKAN TULUS" Renjun menyahut dengan berteriak dari arah kamarnya
Gak lama Renjun kembali dengan handuk navy yang tersampir di bahunya, dengan cepat Jeno menarik Renjun masuk kedalam kamar mandi lalu menutup pintunya tanpa di kunci. Toh, siapa juga yang masuk? wong pintu depan dikunci, kok.
Kalian jangan berfikir macam-macam, mereka mandi sama-sama masih pakai boxer.
Mata Jeno sekarang salah fokus kedada Renjun. Jeno menunjuk puting Renjun hingga dari telunjuknya menyentuh benda merah muda kecoklatan itu "ini yang gue sentuh waktu itu kan? Boleh coba gak?"
Renjun yang tadinya fokus mengusak rambutnya dengan shampoo tiba-tiba dia merasakan sesuatu menyentuh putingnya lalu mendengar perkataan Jeno
"coba apa deh?" Tanya Renjun, dia kembali fokus meratakan shampoonya, tidak mempedulikam Jeno yang sekarang menarik serta mencubit kedua puting Renjun, sesekali menekannya kedalam
"Nyusu gitu. Nenen kayak bayi" jawab Jeno
"Mana enak, Jeno. Dada gue datar begini, coba minta sama Yeji deh kan dadanya bulet berisi, bisa diremes-remes"
"Bisa kok, bisa. Nih" sialnya Jeno malah meremas kuat kedua dada Renjun
"Bangsat, Jeno. Jangan kenceng-kenceng, sakit anjing!" Renjun menjauhkan paksa tangan mesum Jeno
"Hehe"
Bangsat bangetkan si Jeno? dia cuma nyengir tanpa rasa bersalah.
"Tapi, boleh kan nenen?"
"Serah lo aja lah, Jen"
Senyum merekah Jeno tampilkan. Dengan semangat Jeno meraup puting pink kecoklatan punya Renjun. Sedangkan Renjun menuangkan shampoo di kepala Jeno dengan santai, membiarkan Jeno menyusu diputing susunya bergantian
Dirasa sudah cukup pijatan-pijatan dikepala Jeno yang Renjun berikan, Renjun kembali berkata "Jen, kita belum sabunan loh"
Jeno cuma menggeleng tanpa menjawab, dia masih setia memainkan bibir serta lidahnya di puting Renjun, yang membuat Renjun bergidik geli
"Gue mulai kedinginan, Jenoooo"
Plop
Jeno melepas puting Renjun dari mulutnya "sini, giliran gua yang nyabunin"
"Nih sabunnya"
"Btw, nenen lo enak"
"JENOOO!"
Begitulah kegiatan mandi bersama mereka. Soal nyabunin area privasi tetap masing-masing
Sekarang mereka berdua jalan-jalan mengelilingi taman di pagi hari minggu, sudah pasti banyak yang jual jajanan gerobakan
"Sok, beli apa aja gua yang bayarin"
Mendengar perkataan Jeno membuat sahabat tampan kelewatannya itu tersenyum senang "beneran ya? Awas nanti ngeluh gak punya duit"
"Emang pernah gua ngeluh?"
"Hehe, enggak sih"
"Makanya, baginda ratu bebas beli apa aja. Tapi jangan ngelunjak ya?"
"Iya Jeno"
Dengan semangat Renjun membeli ini itu yang menurutnya enak setelah Renjun merasa puas barulah mereka pulang, tak lupa mereka singgah ke pasar minggu dulu untuk membeli sayuran, ikan, ayam, mie-mie an, telur, dan bahan dapur lainnya.
Setelah mereka sampai barak, Jeno mendapatkan telpon dari bapaknya
"Hallo pak?"
"Jeno, bapak sama emak, serta enyak dan babeh Renjun mau kesana besok. Lumayan hasil panen kami ada yang borong dengan harga tinggi, mungkin kami bisa ngasih uang saku lebih buat kalian"
Renjun dengan Jeno tersenyum sambil liat-liatan "wahhh bapak, aku sama Renjun seneng banget kalau kalian kesini. Tapi, kalau soal uang kasih buat bayaran bulanan kuliah aja, selebihnya buat tabungan kalian, tabungan hasil kerja sambilan kami disini cukup kok pak buat sehari-hari"
"Beneran cukup, Jen?" kini suara emak Jeno yang bertanya
"Tetang aja mak, pasti cukup kok. Jadi emak bapak gusah khawatir ya?"
"Baiklah, Jeno. Kami besok berangkat jam 4 subuh, mungkin nanti sampai sana jam 10 pagi"
"Kalian nginep gak?" Kali ini Renjun yang bertanya
"Iya manis"
"Waahhh seneng banget, aku kangen kalian"
"Kami juga kangen kalian berdua—Yah! Renjun, Jeno, sudah dulu ya, pulsa bapak mau ab—"
Tut tutttt
•
•
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Kata Sahabat (NoRen)
Random[BxB] NoRen - Lee Jeno x Huang Renjun (✓) Persahabatan mereka memang terjalin dari masa kecil sampai masa kuliah sekarang. cerita mereka tidak ada si kaya dan si miskin karena kehidupan mereka sama sederhananya. mereka berdua berasal dari desa yang...