"masa lalu kelam, untuk apa di ingat"
jungwon berjalan dengan terburu-buru saat masuk ke dalam rumah sakit, seseorang meneleponnya dan mengatakan bahwa ni-ki terlibat pertengkaran dengan seseorang, ketika ia sudah sampai di ruangan ia terkejut melihat keadaan ni-ki yang terduduk dengan tangan kiri yang sudah di gips dan kepala yang diperban.
"ya ampun, nik, kok bisa sampai begini sih, ini parah banget loh," oceh jungwon sambil mendekati ni-ki lalu sedikit memegang perbanan kepala ni-ki.
ni-ki yang tadinya tak melampirkan senyum sama sekali langsung tersenyum mengetahui kakak kesayangannya datang dan menanyai kabarnya.
"auh, hati-hati kak!" rengek ni-ki ketika jungwon tak berhati-hati menyentuh kepalanya yang sebenarnya masih terasa pusingnya.
jungwon menatap ni-ki dengan raut wajah campur aduk, khawatir, takut dan kasihan menjadi satu dalam tatapan yang ia tampilkan, ni-ki langsung teringat masalah tadi setelah beberapa menit menatap jungwon, amarahnya kembali naik ketika setelah sekian lama dirinya bertemu lagi dengan bajingan yang sangat ia jauhi, ia langsung teringat alasan ia ingin datang ke universitas jungwon tadinya.
"kakak kenapa gak pakai yang di suruh ibu lagi,kak" jungwon seketika langsung memperhatikan penampilannya dan kembali menatap ni-ki sambil cengengesan, ia menaikkan satu kelingking kanannya berharap ni-ki tak marah, karena apabila ni-ki sudah marah, jungwon pun sama sekali tak bisa menghalaunya.
"kakak gakpapa kok, gak ada yang heboh banget lihat muka kakak, suwer, kakak juga gak kenapa-napa kan, "ucap jungwon berusaha sok manis di depan ni-ki yang membuat ni-ki menghela nafas, kalau sudah begini mana bisa ia marah pada kakaknya itu.
ia hanya khawatir terjadi sesuatu pada kakaknya karena tujuan ibunya dan dirinya menyembunyikan identitas jungwon bukan semata-mata karena orang-orang yang akan tergila-gila padanya, namun ni-ki menghindari satu orang , eh bukan satu, tapi dua.
ada sedikit penyesalan pada diri ni-ki tak mengganti nama jungwon menjadi nama samaran atau apapun itu, ia dan ibunya memilih tak mengganti nama jungwon karena ia berpikir jungwon tak akan berjumpa dengan si kurang ajar itu lagi, dan akhirnya dia menyesal sekarang.
"ni-ki,"panggil jungwon yang membuat ni-ki tersadar dari lamunannya, kemudian menaikkan dagunya sedikit.
"iya kak," saut sang adik.
"siapa yang berantem sama kamu?" ni-ki langsung kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya ia tahu jungwon akan lontarkan, namun dirinya tetap tak siap menjawab, ia mengalihkan sorot matanya ke segala penjuru berharap menemukan jawaban yang bisa di mengerti kakaknya,
"ehmmm ta-tadi ada yang berantem kak, sebagai orang yang baik hati aku tolongin deh yang jadi korban," ucap ni-ki sok girang yang mendapat tatapan selidik dari sang kakak, jungwon tak percaya.
" bisa banget bohong, kamu biasanya berantem gini cuman kalau kesal banget sama seseorang, kamu biasanya bakal bertindak lebih dewasa ni-ki," ya, ni-ki tak mungkin terluka sebegini parahnya jika berlawanan terhadap seseorang, ni-ki tak suka pertengkaran, namun sekarang luka di wajahnya mengatakan bahwa ni-ki mengerahkan segala usaha untuk melawan orang tersebut.
lagi-lagi ni-ki kebingungan, kecurigaan jungwon membuatnya gugup setengah mati, ia takut jungwon menyelidiki seseorang yang bertengkar dengannya tadi,
KAMU SEDANG MEMBACA
unpretty and unpredictable (Jaywon)
Ngẫu nhiên"Monster, tak apa kau memanggilku seperti itu, asal kau bersamaku" Jay, laki laki jahannam. Jungwon, seseorang yang tak dapat kau kenali dalam sekali lihat. Disclaimer :ini kisah cinta rumit, kalau lagi gak punya masalah baru baca😔 Memakan karma...