Part 19

2.1K 54 0
                                    

Sagara terbangun begitu merasakan silau matahari yang masuk melalui celah gordennya, dia merasa tidurnya kali ini sangatlah nyenyak. Setelah bertahun-tahun tidurnya selalu gelisah dan selalu terbangun ditengah malam dan berakhir dia tidak melanjutkan tidurnya dan memilih melanjutkan pekerjaannya sampai pagi menyapa.

Setiap harinya Sagara hanya tidur tidak lebih dari 3 jam, waktu yang sangat kurang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun kali ini dia merasa sangat bugar walau dia sadar kemarin tubuhnya sangatlah lemas dan tidak bertenaga, tapi pagi ini tubuhnya terasa baik-baik saja.

Dia berniat duduk namun gerakannya terhenti begitu sebuah kompres jatuh dipangkuannya dan tangannya yang terasa memegang sesuatu. Sagara menoleh dan membulatkan mata begitu melihat Murni tertidur dalam keadaan duduk, bahkan dalam tidur pun wajah itu masih terlihat cantik dan damai.

'jadi semalaman dia yang ngerawat aku sampai tertidur begini' Batin Sagara, ada rasa yang sulit dijelaskan olehnya, yang pasti Sagara sedikit tersentuh akan perlakuan Murni. Hanya sedikit.

"Pasti badannya bakal sakit pas bangun nanti" gumam Sagara dan melepas tautan tangan mereka secara perlahan, dia turun dengan hati-hati. Tidak ingin menimbulkan suara agar tidur Murni tidak terganggu, lalu mengangkat Murni dan menidurkannya diranjang.

Sebenarnya bisa saja Sagara bangunkan tapi lelaki itu tidak tega, lagipula Murni sudah dengan baik hati merawatnya semalaman. Jadi Sagara pikir tidak apa sedikit berbaik hati pada wanita ini. Tapi hanya untuk hari ini saja, anggaplah sebagai ucapan terima kasih.

"Kenapa kamu masih baik sama saya? Padahal saya sering jahat sama kamu, tolong jangan terlalu berharap sama saya Murni. Saya gak mau kamu kecewa, kamu perempuan baik" Ucap Sagara melihat wajah damai yang sedang tertidur itu, dia mengelus pelan puncak kepala wanita itu.

Pada akhirnya Sagara sadar bahwa Murni memang wanita yang baik, meski begitu bukan berarti Sagara akan dengan mudah menaruh hatinya pada Murni. Bagaimanapun caranya pernikahan mereka hanya akan bertahan sesuai kesepakatan dalam kontrak yang sudah mereka tandatangani.

Sagara yakin hatinya hanya untuk Kevin, untuk itu dia tidak ingin Murni terus berada didekatnya karna Sagara tidak ingin Murni kecewa dan sakit hati pada harapan semu nya. Sebab Sagara tau rasanya hal itu.

"Terima kasih sudah merawat saya"

*****

"Engh" lenguh seorang wanita cantik yang tak lain adalah Murni, dia terbangun pada pukul 8 dan terkejut begitu sadar dia tertidur diranjang Sagara sementara lelaki itu sudah tidak ada di kamar ini.

"Astaga, aku ketiduran" gumam Murni mengusap wajahnya, Sagara pasti berangkat ke kantor padahal Murni yakin keadaan lelaki itu belum sepenuhnya sembuh.

Murni memilih beranjak menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Setelahnya dia turun kebawah untuk sarapan, semenjak hamil Murni jadi mudah merasa lapar, itu sebabnya dia menyetok beberapa cemilan. Jaga-jaga kalau tengah malam dia merasa lapar, Murni akan mengambil cemilan untuk mengganjal.

Namun langkah kakinya terhenti begitu melihat sosok tinggi membelakanginya, dia--Sagara-- sedang berdiri fokus meracik masakan ditangannya, gerakan lelaki itu seperti seorang chef profesional. Wangi masakan itu membuat cacing diperut Murni semakin ribut minta diisi, wanita itu tidak tau bahwa suaminya juga pandai memasak.

Definisi suami idaman.

"Aku kira kamu kerja mas"

"Astaga!"

Bunyi piring pecah mendominasi dapur, Sagara yang terkejut mendengar suara Murni yang tiba-tiba, tidak sengaja menjatuhkan piring yang ia genggam untuk menaruh hasil masakannya.

Murni pun sama terkejutnya. Dia dengan cepat menghampiri Sagara.

"Kamu kalau datang jangan tiba-tiba nongol gitu dong, bikin kaget aja" Ketus Sagara.

"Maaf mas, biar aku aja yang bersihkan" Murni mencegah Sagara yang ingin memungut pecahan kaca itu, dia mengambil sapu dan serokan lalu membersihkan pecahan itu.

"Lagian kamu ini manusia atau hantu sih, dateng kok gak kedengaran suara langkah kakinya" Gerutu Sagara sambil mengambil piring baru untuk menaruh menu andalannya ketika sarapan yaitu nasi goreng.

"Kamu aja kali mas yang terlalu fokus sampai gak sadar kalau aku datang"

Ucapan Murni hanya Sagara balas dengan delikan. Setelahnya, dia lanjut menata masakannya di meja makan. Dia mengernyit begitu melihat Murni yang masih berdiri bak patung dengan wajah menunduk.

"Kamu ngapain bengong begitu, ambil piring kamu dan makan" Ujar Sagara dingin.

"Aku?" Tunjuk Murni, Sagara berdecak kesal lalu menarik Murni untuk duduk disebelahnya. Dia menaruh nasi goreng buatannya didepan Murni, lalu mulai menyantap makanannya sendiri dengan hikmat.

Murni menyunggingkan senyum dan ikut menyantap masakan buatan Sagara, dia bahagia. Sudah lama mereka tidak makan dalam satu meja yang sama, Murni sadar ini bukan kali pertama mereka makan bersama. Tapi Murni merasa kali ini terasa berbeda, karna hanya ada mereka berdua dimeja makan ini tanpa ada gangguan.

Bolehkah Murni berharap seterusnya mereka akan makan dalam satu meja yang sama? Saling bercengkrama dan mulai memperbaiki hubungan mereka yang kembali merenggang? Apakah ini awal yang baik untuk pernikahan mereka?

"Aku pikir kamu berangkat ke kantor" Ucap Murni disela kunyahannya, Sagara melirik sebelum menjawab.

"Tadinya mau berangkat tapi aku ngerasa masih kurang fit, aku gak mau maksain. Istirahat sehari gak ada salahnya"

"Syukur deh kamu ngerti sama keadaan tubuh kamu, lain kali kalau ngerasa gak enak badan lagi langsung pulang dan istirahat ya, jangan paksain tubuh kamu untuk kerja. Inget tubuh kamu juga perlu istirahat, pikirin kesehatan tubuh kamu jangan cuma kerjaan aja yang kamu pikirin"

"Iya iya, kamu kok tambah bawel sih" Gerutu Sagara yang dibalas kekehan Murni, mungkin dia jadi sedikit lebih berani karna anak yang berada dikandungannya. Mengingat itu Murni jadi ingin memberitahu Sagara, mungkin ini saat yang tepat.

"Emm mas, aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu" Sagara menoleh dan menaikan alisnya menatap Murni.

"Apa?"

"Aku ha--"

Ucapan Murni terhenti begitu ponsel Sagara berdering, menandakan adanya panggilan masuk. Sagara mengangkat tangannya pada Murni tanda bahwa ia harus menerima telpon itu lebih dulu.

"Ya ken, ada apa?"

Sagara beranjak dan menjauh dari Murni, sepertinya panggilan itu dari Kenzo. Pasti tidak jauh-jauh dari membahas kerjaan, hahh mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu kabar tentang kehamilannya pada Sagara.

Murni memilih untuk membereskan meja makan dan mencuci piring.

******

Sagara duduk di ranjangnya dengan bersandar, meski sedang sakit tapi dia tidak sepenuhnya melepas tanggung jawabnya. Dia tetap mengerjakan pekerjaan yang dirasa bisa selesai dengan cepat karna menatap terlalu lama layar laptop membuat kepala Sagara kembali berdenyut.

Setelah menerima panggilan dari Kenzo soal rapat dengan klien dari Singapura yang akan diadakan besok siang, Sagara kembali ke dapur untuk mendengar kelanjutan ucapan Murni. Namun, wanita itu sudah tidak ada disana.

Sagara pikir Murni mungkin kembali ke kamarnya untuk istirahat, mengingat wanita itu semalam begadang karna merawatnya.

Jadilah dia pun memilih untuk ke kamar mengerjakan pekerjaannya, mungkin apa yang akan disampaikan Murni tidak terlalu penting. Atau malah sebaliknya?

Hah, Sagara memilih cuek. pusing juga jika harus memikirkan hal yang tidak penting, apalagi kepalanya masih terasa berdenyut..

mungkin, dia mau bahas uang belanja yang habis. Batin Sagara. Segera lelaki itu kembali mengerjakan pekerjaannya, supaya tidak terlalu menumpuk.

*****
cerita ini hanya mengandung 1000+ kata.

MY PERFECT WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang