Sagara berlari menelusuri koridor rumah sakit, siang itu dia menerima telpon dari salah satu pengurus rumah bahwa Murni jatuh pingsan dan sekarang berada di UGD. Entah apa yang terjadi sampai Murni dilarikan ke rumah sakit, Sagara bahkan masih melihat wanita itu baik-baik saja saat sarapan pagi tadi.
Sagara sampai pada pintu UGD dan ia langsung masuk, matanya mengendar mencari Murni. Dan yah matanya menangkap wanita itu dalam balutan dress putih rumahan dengan selang infus yang menancap ditangannya.
"Mas?" Sapa Murni ketika Sagara sudah berdiri disamping blankar yang ditempatinya.
"Kamu kenapa bisa sampai masuk UGD gini? Kenapa gak bilang aku kalau lagi sakit? Kita bisa ke dokter untuk periksa sebelum kondisi kamu parah kaya gini"
"Gapapa kok mas, aku cuma kecapekan aja mungkin"
"Kecapekan? Gimana bisa kamu sampai kecapekan sementara kita punya banyak pembantu dirumah? Hahh,, aku gak tau harus ngasih tau gimana lagi sama kamu supaya gak mengerjakan pekerjaan rumah. Kita bayar orang untuk lakuin hal itu, tolong dengerin aku kali ini"
Murni hanya menunduk kala omelan Sagara berlanjut, ini kalau Murni balas terus bisa panjang urusannya jadi wanita itu memilih diam, sampai beberapa menit kemudian ada seorang dokter wanita masuk dan memeriksa Murni. Barulah Sagara menghentikan ocehannya.
"Bagaimana Bu Murni, udah agak enakan?" Dokter bername tag Mina itu bertanya ramah.
"Udah agak enakan kok ini dok, cuma agak nyeri dibagian perut kalau dibawa duduk gini"
"Hal itu wajar terjadi pada ibu hamil setelah terjatuh bu Murni. Asal ibu rutin minum obat maka kondisi ibu maupun bayi ibu akan baik-baik saja"
Baik Sagara maupun Murni terkejut dan membelalakkan mata, bedanya jika Sagara terkejut karna mendengar penuturan dokter soal kehamilan Murni, berbeda hal dengan Murni yang syok karna dokter Mina memberitahu hal yang sudah ia bilang untuk dijadikan rahasia kepada para pelayan yang mengantarnya tadi. Sial, pasti karna dokter itu mengira Sagara sudah tau soal kehamilan Murni, apalagi lelaki itu adalah suaminya.
"Ha--hamil? Maksudnya dok? Dia hamil?"
Sagara menunjuk Murni kaku, dokter Mina yang tidak tau apa-apa hanya mengangguk. Tapi dia agak bingung dengan reaksi Sagara bukannya kata suster yang memberitahu nya tadi lelaki ini adalah suami dari pasiennya? Tapi kenapa raut wajahnya terlihat terkejut seakan tidak tau kabar bahagia tentang istrinya.
"Usia kandungan bu Murni sudah sekitar 8 minggu, itu artinya sudah masuk bulan kedua kehamilan. Biasanya diusia kehamilan muda memang rentan terjadi pendarahan, syukurnya bu Murni tidak menderita morning sickness yang terlalu parah sampai tidak ingin makan atau mabuk kalau mencium bau sesuatu"
Sagara menatap Murni dengan pandangan yang tidak bisa wanita itu artikan, tatapan itu seperti mengandung banyak makna termasuk tatapan kekecewaan.
"Kalau begitu saya pamit undur diri dulu, bu Murni semoga cepat sembuh"
"Tunggu dok, kira-kira kapan dia boleh pulang?"
"Sebenarnya kondisi ibu Murni sudah stabil, tapi kalau bisa menginap sehari supaya saya bisa pantau keadaan istri bapak sampai benar-benar tidak ada yang dikhawatirkan"
"Baik dok, terima kasih"
Setelah dokter Mina pergi, terjadi keheningan diantara dua pasangan suami-istri itu, Murni terlalu takut buka suara. Dan Sagara pun terlihat melamun, enggan membuka suara. Sampai beberapa menit kemudian kebisuan itu terpecah oleh suara Sagara.
"Kenapa kamu menyembunyikan hal ini?"
"Mas ak--aku mau--"
"Siapa ayah dari bayi itu?"
Mendengar pertanyaan Sagara yang terlihat menahan emosi membuat Murni kebingungan, kenapa pula masih bertanya-tanya siapa ayah dari anak yang dia kandung. Tentu saja lelaki itu sendiri, apa dia lupa?
"Tentu saja ini anak kamu mas, kamu lupa sama malam itu dimana kamu pulang dan kita melakukan itu karna pengaruh obat perangsang yang kamu minum"
Menyadari hal itu Sagara seperti kehilangan pijakan, dia lupa malam itu, malam dimana dia melakukan hal gila itu bersama Murni. Dia bahkan mengeluarkannya berkali-kali malam itu, bagaimana ini apa yang harus dia lakukan? Sagara belum siap menjadi seorang Ayah, atau selamanya dia tidak pernah siap.
Tanpa banyak kata Sagara pergi meninggalkan Murni seorang diri, tangis wanita malang itu pecah kala ditinggal sendirian. Seharusnya Sagara senang, tapi kenapa lelaki itu terlihat tidak bahagia atas kabar ini.
Murni hanya mampu menangis dan merenungi nasibnya.
*****
Malam harinya, tepatnya pada pukul 7. Murni hanya terdiam diruang VIP yang mana hanya ada dia seorang diri dalam kamar rawat itu. Sagara belum kembali, lelaki itu bahkan tidak mengiriminya pesan apapun. Tadi beberapa menit setelah lelaki itu pergi, ada 2 petugas yang membawanya menuju ruang rawat ini. Katanya Sagara yang meminta untuk Murni dipindahkan ke ruang rawat VIP agar dia bisa istirahat dengan baik.
Tapi menurut Murni semua ini percuma jika hanya ada dia sendiri disini. Ahh tidak, Murni lupa jika ada anak yang sedang dia kandung. Setidaknya dia tidak benar-benar sendirian, senyum sendu wanita itu tersungging. Dia mengelus perutnya pelan.
"Jangan takut ya nak, mamah akan selalu ada buat kamu"
Saat hampir saja terlelap pintu ruang rawat Murni terbuka, ibu serta ayah mertuanya datang dengan buah tangan berupa buah-buahan.
"Ya ampun Murni, gimana keadaan kamu? Ibu panik banget waktu tau kamu masuk rumah sakit, kenapa gak ngabarin ibu? Kalau gak karna bi Marsih ngasih tau ibu, mungkin sampai kamu kembali kerumah ibu gak tau"
Murni meringis pelan, ibu mertuanya kalau sudah cerewet begini Murni jadi bingung mau bagaimana. Bahkan ayah mertuanya pun hanya mampu mengangkat bahu, pasrah.
"Maaf bu, Murni cuma gak mau ibu khawatir, lagian Murni cuma dirawat malam ini aja kok. Besok juga pulang"
"Ya tetap aja dong Murni, kabarin ibu apapun itu. Kenapa sampe bisa dirawat gini? Gara emang gak jagain kamu?"
"Aku kepleset bu, mau pergi ke dapur seduh susu kaya biasa. Gak taunya lantai licin habis ketumpahan minyak, ya jadinya jatoh deh. Kalau mas Gara kan kerja bu, jangan karna aku hamil dia jadi harus jagain aku 24 jam, mas Gara juga kan ada kesibukan"
Astelia hanya mampu menghela nafas, dia tau, Sagara pasti belum tau soal kehamilan Murni. Menantunya ini pasti masih berusaha menyembunyikan soal kehamilannya pada anak lelakinya itu.
"Sagara gak tau kamu ada disini?"
Mendadak raut wajah Murni berubah mendung, wanita itu menunduk.
"Bu, mas Gara udah tau semuanya. Aku takut bu kalau dia suruh aku gugurin bayi ini, tadi pas dia tau kehamilan aku, wajahnya sangat kalut dan dia pergi ninggalin aku gitu aja. Tolong cegah mas Gara bu, aku cuma punya anak ini. Aku mau anak ini hidup bu, aku mau anak ini ngerasain kasih sayang orangtua walau hanya dari aku aja"
Murni menangis pilu, dia sudah tidak bisa menahan ketakutan dalam dirinya. Murni sangat menginginkan bayi ini, seolah ada harapan baru dalam hidupnya ketika tau anaknya hidup dengan baik dalam rahimnya. Murni tidak ingin kehilangan lagi.
Melihat Murni yang histeris Astelia memeluk menantunya itu, dia pun ikut menangis. Tidak tega dengan nasib yang dialami Murni, tapi dia pun tau anaknya-Sagara- tidak akan bertindak sekejam itu.
"Kamu tenang aja Murni, Sagara gak akan lakuin hal seperti itu. Dia gak mungkin setega itu menghilangkan darah dagingnya. Percaya sama ibu"
Dirga mengelus kepala dua wanita yang menangis itu dengan wajah sendu.
"Sekarang kamu tau, dimana Sagara?" Tanya pria paruh baya itu pelan, ketika melihat menantunya sudah tidak se-histeris tadi.
"Saya disini"
Suara itu mengalihkan pandangan seisi ruangan, memandang kalut pada Sagara yang berwajah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT WIFE
RomanceSLOW UPDATE ❗❗❗ Sagara Tanubrata adalah pria berumur 29 tahun yang mengalami kelainan seksual. Dia pecinta sesama jenis, banyaknya rumor yang beredar membuat perusahaan keluarganya terancam bangkrut. Orangtuanya sudah kehabisan cara untuk mengubah a...