Part 23

3K 88 0
                                    

"Gimana mas, seru kan?"

Saat ini mereka sedang mengendarai sepeda dengan Murni yang membonceng Sagara, awalnya lelaki itu takut dan memegang erat Murni. Tak jarang dia berkata 'Hati-hati Murni' atau 'Murni awas ada anak kecil' tapi lama-kelamaan dia menikmatinya.

Sagara sudah lebih rileks dan menikmati angin malam yang berhembus, sudah sangat lama dia tidak merasakan perasaan selega dan setenang ini. Setelah bertahun-tahun, baru saat bersama Murni inilah Sagara merasa bebas. Dia bahagia.

"Seru, tapi kamu pasti capek ngebonceng aku dan ngayuh sepeda daritadi. Udahan yuk? Kita cari makan"

"Satu putaran lagi deh"

Sagara menurut dan mereka kembali mengelilingi taman, sesekali tawa mereka menguar. Dan akhirnya mereka memilih untuk berhenti karna Murni yang juga sudah kelelahan mengayuh sepeda, sesaat wanita itu lupa bahwa dia sedang hamil. Tidak boleh terlalu lelah, tapi wanita itu menganggap hal yang dia lakukan ini sebagai olahraga.

"Kamu tunggu sini, aku beli minum dulu"

Murni mengangguk lalu memilih duduk dibangku taman, lalu Sagara bergegas menuju warung kecil yang berada tak jauh dari mereka untuk membeli minum.

Murni mengendarkan mata dan melihat seorang kakek-kakek menjual gulali dan Arum manis tapi dagangan kakek itu terlihat sepi. Tidak seperti pedagang lainnya yang dikelilingi banyak anak-anak. Segera saja Murni mendatangi pedagang tua itu.

"Mbah, mau arum manisnya satu ya?"

"Oh iya dek, Alhamdulillah akhirnya ada yang beli. Tunggu sebentar ya dek"

Wajah tua yang tadi terlihat lesu itu langsung sumringah ketika Murni datang dan membeli dagangannya, wanita itu rasanya ingin menangis. Tidak tega melihat tubuh tua dan renta itu masih harus berjuang mencari nafkah diusia senja.

Sembari menunggu Murni juga mengobrol dengan pria tua itu yang bernama Mbah Usep, beliau tadinya seorang kuli bangunan namun semakin tua dia tidak kuat lagi melakukan pekerjaan berat. Hingga akhirnya dia ditawari berdagang oleh salah satu tetangganya, beliau sebatang kara. Karna istrinya sudah meninggal 2 tahun lalu dan dia tidak mempunyai anak. Usia Mbah Usep sekitar 76 tahun, usia dimana seharusnya sudah beristirahat dari urusan dunia.

Tanpa sadar Murni menitikan airmata, dia juga sama seperti Mbah Usep. Sebatang kara dan tidak memiliki siapapun disisinya, mungkin jika tidak bertemu nenek Asteria. Murni akan bernasib sama seperti Mbah usep, sendirian dan terasingkan. Wanita itu harus banyak-banyak bersyukur sekarang.

"Aku cariin kamu, ternyata disini"

Murni menoleh kearah sumber suara, astaga dia lupa bahwa dia datang bersama Sagara. Wanita itu mengusap air matanya, Sagara tidak boleh melihatnya menangis.

"Maafin aku mas, aku pengen makan gulali" Cengiran polos itu membuat Sagara tidak bisa marah lama-lama, entahlah ada yang aneh dari diri lelaki itu sekarang. Seharusnya dia marah dan mencaci Murni yang membuatnya kebingungan mencari wanita itu yang malah asik sendiri tapi Sagara tidak tega melihat wajah itu kembali muram. Berbaik hati sedikit untuk malam ini, tidak masalah kan?

"Ini neng arum manisnya"

Murni menerima arum manis itu dengan wajah sumringah, dia menatap Sagara sejenak.

"Mbah, aku boleh buat arum manisnya sendiri?"

*****

Sagara dan Murni sedang duduk dibangku taman, menikmati Arum manis itu, Murni yang memakan Arum manis buatan mbah Usep sedangkan Sagara memakan Arum manis buatan Murni, meski awalnya menolak karna bentuknya yang awut-awutan namun berkat paksaan Murni akhirnya lelaki itu mengalah.

MY PERFECT WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang