Stoik Bagian 1

468 32 6
                                    

Masa Orientasi Sekolah atau MOS merupakan acara paling berkesan di benak banyak orang. Baik dari segi panitia, guru, ataupun adik-adik yang baru saja menjejakkan kakinya di bangku SMA. Masa-masa perkenalan, membentuk ikatan pertemanan, persahabatan, atau bahkan yang seringkali dan marak terjadi,

Cinta monyet.

JY International High School, sebuah sekolah khusus bagi laki-laki yang memiliki intergritas tinggi dengan banyaknya prestasi yang ditorehkan oleh para siswanya menjadi poin plus bagi banyak orang tua yang mendaftarkan anak laki-laki mereka di sekolah ini. Sekolah ini juga menjadi sekolah yang elit karenanya, banyak sekali keluarga-keluarga berduit yang menginvestasikan anak mereka supaya menjadi orang yang setidaknya berguna untuk kedepannya.

"Apa sih orang-orang kagum-kagum begitu,"

Alex mengerucutkan bibirnya, menatap sinis siswa-siswa yang tertarik dengan para lakon dari ekstrakulikuler teater. Pertunjukan yang ditampilkan cukup apik dan mengundang emosi penonton. Tak lupa juga wajah-wajah tampan para pemain teater itu.

"Ganteng banget nggak sih yang itu,"

Saudaranya, Jo, menunjuk seseorang yang nampaknya menjadi main character di teater itu. Alex melihatnya dengan tatapan tidak minat, "Kalo nggak pinter, apa gunanya?"

Jo hanya berdecak mendengar penuturan saudaranya itu. Dia kembali ke posisinya semula sambil tetap mengagumi sosok kakak kelas itu.

"Ih pengen kenalan deh,"

Alex memutar matanya malas. Dia heran, mengapa saudaranya mudah sekali untuk tertarik dengan seseorang?

Terakhir kali dia berpacaran, dia dipeloroti habis-habisan oleh mantannya. Dan setelah mantannya ketahuan selingkuh pun, Jo masih dengan bodohnya menghabiskan uang untuk membelikan mantannya itu hadiah ulang tahun, dengan harapan mantannya akan kembali kepadanya.

Tolol sih, batin Alex.

Alex menatap jengah mata berbinar Jo yang masih mengikuti arah gerak senior yang dikagumi nya. Terlihat para anak teater tengah membagikan mawar kepada siswa baru, dengan harapan para siswa baru itu tertarik untuk bergabung bersama mereka.

Jo tertawa kegirangan ketika ia mendapatkan bunga mawar dari senior yang dilihatnya. Di tangkai bunga mawarnya terdapat sebuah nama, serta kontak dari sang pemberi mawar.

Come Join Us!
Reality is beyond us!
Contact on : 82567xxx (Raja)

"Gila, namanya aja keren. Kak Raja," gumam Jo.

"Chat aja kali ya malem ini. Ku langsung join teater!" ujar Jo.

Alex sudah tidak mau menanggapi kalau begini. Nanti kalau susah, saudaranya itu akan kembali lagi pada dirinya. Lihat saja nanti.

Tepat setelah pentas dari ekskul teater selesai, ice breaking dilakukan oleh panitia. Sembari bermain games, panitia memperkenalkan OSIS dan MPK sebagai pengurus inti dari acara MOS hari ini.

Alex melihat para senior dari OSIS dan MPK dengan mata jengah. Ayolah, dia bosan. Dia ingin kembali bermain game nya di rumah dan mulai belajar.

"Halo semua! Apa kabar!"

Sambutan itu dihadiahi seruan dan teriakan yang meriah. Tak lupa tepuk tangan yang semakin menghangatkan acara pada pagi hari itu.

"Perkenalkan aku Chandra Adikta Airlangga dari XII IPA 2, biasa dipanggil Dikta. Aku menjabat sebagai ketua OSIS di sini. Dan di sebelahku ada wakil ketua OSIS, Raja dari XII IPA 3, yang tadi sempat tampil di teater. Salam kenal semua!"

Semua orang bertepuk tangan dengan meriah ketika jajaran OSIS diperkenalkan satu persatu. Namun aura berbeda muncul ketika MPK mulai memperkenalkan diri.

"Mungkin di sini sudah banyak yang tahu OSIS itu apa kan ya? Ada yang tahu kira-kira MPK itu apa dan tugasnya ngapain aja?"

Bukannya memperkenalkan diri, nampaknya senior MPK lebih suka untuk menantang para siswa baru. Memperkenalkan diri mereka sebagai sebuah tantangan.

Alex menyukai tantangan. Tidak, lebih tepatnya, Alex menyukai bagaimana MPK bisa memperkenalkan diri mereka dengan cara yang tidak biasa. Alex reflek membuka mesin pencarinya, mencari apa itu MPK dan apa kerja mereka.

Alex langsung mengangkat tangannya. Senior yang memberikan pertanyaan, berjalan mendekat ke arah Alex sambil menyodorkan mic, "Namanya siapa dari kelas apa,"

"Alex Immanuel Arya dari X IPA 1. MPK adalah Majelis Perwakilan Kelas, di mana MPK bertugas mengawasi kinerja serta tindak tutur OSIS sesuai yang tertuang pada AD/ART yang tersusun. Terima kasih,"

Laki-laki itu tersenyum, "Baik, jawabannya seratus. Benar ya teman-teman yang dikatakan oleh Alex, bahwa MPK bertugas sebagai pengawas  OSIS,"

Entah mengapa, Alex merasa bangga. Dari sekian ratus siswa, sepertinya hanya dirinya yang penasaran dan mencari hal tersebut. Karena menurutnya memang MPK merupakan kosakata baru yang ia temui.

"Baik perkenalan dulu ya. Perkenalkan saya Bramanthya Putra Agung, biasa dipanggil Bram, dari kelas XII IPS 1,"

Alex membelalakkan matanya. Dirinya tidak salah dengar? IPS?

"Pasti kalian berpikir bahwa IPS selalu menjadi 3T, terpencil, terbelakang, dan terbuang. Namun, di sekolah kita yang tercinta ini, masing-masing siswa memilih jalur sesuai passion masing-masing. Baik IPA maupun IPS sama-sama berjuang untuk mewujudkan mimpi serta cita-cita yang lebih baik," jelas Bram.

Tepuk tangan meriah menggema di aula tersebut. Sangat berbeda dengan Alex saat ini. Mulutnya terbuka sedikit dengan mata berbinar, seakan terhipnotis oleh penjelasan Bram.

"Gila, keren banget..." gumam Alex. Alex tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta atau sekadar naksir. Alasannya karena Jo, saudaranya terlalu sering bergonta-ganti pacar. Alex mulai enggan untuk jatuh cinta karena melihat saudaranya yang sering terbutakan oleh cinta.

"Oke, mungkin itu perkenalan singkat dari saya selaku ketua MPK. Jangan takut untuk bertanya ya teman-teman, di sini, kita semua berproses bersama. Salam kebaikan!"

Bram mengepalkan tangannya kuat ke udara, membuat sorak sorai aula itu semakin tidak terkontrol. Bagaimana siswa-siswa baru itu merasa penasaran dengan jalan yang akan mereka pijak di tiga tahun ini.

Tak terkecuali Alex. Ekor mata Alex tak henti-hentinya mengikuti kemana arah gerak-gerik Bram. Alex merasakan dadanya berdebar hebat. Dengan rasa euforia yang semakin meningkat, membuatnya merasa menemukan tujuan baru di sekolahnya kali ini.

Bramanthya Putra Agung.

Alex menyebut nama itu perlahan di dalam hatinya. Niat awalnya untuk segera pulang ke rumah dan bermain game kandas, berganti dengan perasaan untuk mendapatkan pengakuan dari kakak kelas yang baru saja dikenalnya.

"Aku akan membuatnya bangga padaku," gumam Alex.

---

Catatan Penulis :

Halo-halo, akhirnya update lagi. Karena ini temanya teen/remaja, jadi gaada explicit content nya. Full bersih. Semoga sukaa.

Oh ya, update nya bakal slow banget, karena aku sambil kerja.

Stoik - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang