Stoik Bagian 11

145 18 0
                                    

"Om yang kirimkan email pada saat itu. Sejak itu, kami berteman," ujar ayah Sapta.

Semua pasang mata yang ada di sana hanya bisa terdiam. Mengapa ceritanya jadi rumit begini?

"Dia dulu pernah naksir sama Om Laksana,"

Ibu Sapta tiba-tiba bergabung sambil membawakan cemilan untuk para pria remaja itu. Suaminya yang ia goda, hanya bisa mencubit kecil lengan istrinya. Ibu Sapta duduk di samping suaminya, masuk dalam perbincangan malam itu.

"Ya, dulu karena alasan itu, saya mau bantuin Arya. Walaupun saya tau kalau dia sudah menikah," ujar ayah Sapta.

Ting tong!

"Biar aku yang buka kan," ujar ibu Sapta kepada suaminya.

Yang dibicarakan pun akhirnya datang. Wajahnya tegas dengan kerutan dahi tipis yang nampak di wajahnya.

"Jo...Alex..."

Arya mendekat ke arah dua anak kembar itu dan memeluk mereka dari belakang bersamaan dengan spontan, "Maafin ayah karena ninggalin kalian. Ayah seharusnya bawa kalian," ujar Arya dengan lirih.

"Anak aku kamu kasih makan ga, Arka?" celetuk Arya.

"Ya dikasih lah sama istriku. Mereka temen baik Sapta," ujar ayah Sapta.

Arya tersenyum ke arah temannya itu. Tak lama, ayah Sapta menggoda dengan hal lain.

"Itu anakmu dua, sama-sama udah punya pacar. Pacarnya sama-sama laki," ujar ayah Sapta.

Tentu Alex dan Jo spontan langsung menundukkan kepala mereka. Sang ayah yang melihat gelagat itu hanya bisa tersenyum, "Mana nih pacarnya? Mereka berdua ini?" tanya Arya sambil menunjuk Dikta dan Raja.

"Saya pacarnya Jo, Om Arya. Nama saya Raja. Salam kenal," ujar Raja sambil berdiri memberi salam.

"Saya bukan pacar siapa-siapa om masihan. Saya Dikta," ujar Dikta sambil ikut menyalami Arka.

"Pacar kamu yang mana, Lex?" tanya sang ayah.

"Nggak ada disini, Yah," ujar Alex.

Setelah itu, mereka bertiga akhirnya pulang ke rumah ayahnya. Berpamitan dengan Raja, Dikta, dan keluarga Sapta.

Selama di dalam mobil, mereka terdiam cukup lama. Sampai akhirnya, ayahnya membuka percakapan.

"Bunda kalian, ngerawat kalian dengan baik nggak?" tanya sang ayah.

"Biasa aja sih, Yah. Cuma ya, kami lebih dekat ke bibi yang biasa dateng ke rumah buat bersih-bersih," ujar Jo yang duduk di samping sang Ayah.

"Ayah nikah lagi nggak?" tanya Alex tiba-tiba dari kursi penumpang belakang.

"Nggak. Ayah nggak nikah lagi. Ayah udah sakit hati lihat cowo sama cewe kelakuannya sama aja. Gaada yang bener," ujar sang ayah.

Alex dan Jo terdiam mendengar penuturan sang ayah. Tiba-tiba, ada telepon masuk. Suara notifikasinya memenuhi seisi mobil. Arya pun memencet tombol pada setir, dan mengangkatnya.

"Apa? Anak-anak sama aku. Nikah aja sama Yogo sana,"

Beep.

Panggilan langsung dimatikan. Walaupun sudah berpisah cukup lama, nampaknya luka yang digoreskan oleh Indah di hati Arya begitu jelas. Arya terlihat harus mengatur nafasnya setelah berbicara dengan wanita itu.

"Ayah baik-baik aja?" tanya Jo.

"Nggak...gapapa kok," jawab ayahnya.

Seketika terbesit dipikiran Alex, sebuah pikiran negatif yang seharusnya tidak dipikirkan oleh Alex.

Stoik - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang