Stoik Bagian 7

149 25 0
                                    

"Divisi acara, monitor. Performer habis ekskul paskibra udah ready?"

Yap, hari ini adalah hari H, diesnatalis sekolah. Uniknya, JY School didirikan berdekatan dengan masuknya semester baru, dimana siswa-siswa baru bisa mendapatkan pengalaman berkesan pertama mereka di sekolah baru.

Tapi sepertinya tidak berlaku untuk Alex. Sedari tadi, kakak kelasnya, Kevin, mengajaknya untuk berkeliling stall makanan. Alex bukanlah orang yang bisa makan banyak makanan dalam satu waktu dan dia merasa sial sekali bertemu dengan Kevin yang ternyata pemakan unggul, walaupun dengan tubuh yang cukup ideal itu, Kevin bisa melahap banyak makanan dalam satu waktu.

"Lex—"

"Kak bentar deh. Nafas dulu bisa ga? Habis makan onigiri, pindah takoyaki, habis itu beli milk tea. Ga penuh apa?" tanya Alex sambil menaikkan satu alisnya.

Jika ditanya, sejak kapan mereka dekat? Mereka dekat begitu saja ketika Kevin berkata bahwa dirinya salah satu jebolan peserta lukis nasional. Hanya karena itu, Alex mau dekat dengan Kevin. Sapta? Jangan tanya, anak itu berani bolos di acara diesnatalis seperti ini dan memilih untuk pergi bersama keluarganya. Sedangkan Alex, dia hanya menemani Jo yang kebetulan menjadi performer dari ekskul teater hari ini.

"Kamu capek?" tanya Kevin.

Melihat Alex yang membungkukkan badannya dengan bertumpu pada kedua tangannya di lutut, Kevin pun mendekat. Ia memberikan sebotol air mineral yang masih tersegel kepada Alex.

"Nih minum dulu. Sorry ya aku nyeret kamu kemana-mana hari ini hehehe," ujar Kevin.

Alex menerima uluran air mineral itu dan meneguknya rakus. Ia sibakkan beberapa rambutnya yang menutupi wajahnya agar terlihat lebih segar. Cuaca hari ini cukup panas dan terik. Dan Alex tidak begitu menyukainya.

"Kenapa sih stall nya ga dibuka di lapangan basket aja? Kan enak indoor, ga panas," ujar Alex ketus.

Kevin yang mendengar gerutuan Alex hanya bisa terkekeh. Tak disangka, adegan tersebut tertangkap oleh sepasang mata yang tengah berdiri tak jauh dari mereka.

"Bram, Bram. Oi, Bram monitor,"

Sejak kapan mereka dekat? Batin Bram.

s.t.o.i.k

"Sorry banget ya Lex,"

Alex hanya mengangguk dengan wajah datar. Kevin tiba-tiba dipanggil oleh salah satu guru kesenian di sekolah untuk latihan. Dia bercerita bahwa minggu depan, ia akan pergi ke ibukota untuk melakukan seleksi lukis nirmana. Alex hanya tersenyum sambil melihat sosok Kevin yang makin menjauh.

"Akhirnya—"

"Cie...ditinggal kemana tuh,"

Alex sontak menoleh ke belakang dan mendapati Bram tengah tersenyum berjalan ke arahnya, "Aku lihat, kamu dari tadi jalan berdua terus ama Kevin. Ga boleh PDKT gitu, masih kecil," ujar Bram.

Alex menaikkan satu alisnya, merasa tersinggung, "Ha? Siapa yang PDKT kak? Sok tau," ujar Alex.

"Ya habis, kamu diseret ama Kevin kemana-mana nurut aja gitu," ujar Bram.

Alex hanya menghela nafas kasar, "Aku ngikut dia karena venue rame banget. Aku nggak suka berdesakan di tempat ramai. Mana pada keringetan. Bau," ujar Alex.

Bram hanya tertawa tergelak mendengar penuturan Alex yang blak-blakan, "Terus, kalo aku, bau nggak?" ujar Bram sambil menunjuk dirinya sendiri.

Alex mengambil satu langkah mendekat ke arah Bram. Hidungnya mengendus seperti kucing, namun dengan ekspresi yang—cukup lucu di mata Bram.

Stoik - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang