Stoik Bagian 16 : The Deed

174 20 2
                                    

"APA YANG KAMU LAKUIN KE YOGO, ARYA!"

Suara melengking itu datang dari lift rumah sakit tempat Alex dirawat. Indah keluar dari pintu lift dan langsung berlari ke arah Arya sambil tangannya siap menampar wajah laki-laki itu.

"Apa? Aku ga tau apa-apa!" elak Arya sambil menepis tangan Indah.

Tangannya kembali mengangkat kerah Arya, "Aku tau kamu ga suka sama Yogo, tapi kamu ga ada hak buat penjarain dia!"

Mata Arya membulat, Yogo ditangkap?

"Aku beneran ga tau apa-apa, Indah! Dan berhenti teriak-teriak, ini rumah sakit!" seru Arya.

Tak lama kemudian, suara lift kembali berdenting. Keluarlah sosok Bram, Dikta, serta Agung, atau ayah dari Bram.

"Selamat pagi Bu Indah dan Pak Arya," sambut Bram.

"Ini ayah saya, Dirga Agung Cahyono," ujar Bram memperkenalkan sang ayah.

"Kalau pak Immanuel, ayah sudah tau, Bram. Jadi, ini bunda nya Alex yang sering kamu ceritain?" ujar Agung.

"Iya, Yah," jawab Bram.

Bulir-bulir keringat nampak turun dari pelipis Indah. Tubuh wanita itu nampak kaku ketika melihat sosok Agung dari dekat.

"Kita pernah jadi mitra bukan? Di kota Y kalau tidak salah," ujar Agung.

Tubuh wanita paruh baya itu bergetar, tak mampu berpegangan dimanapun, Indah limbung dan hampir jatuh jika tidak ditangkap oleh Arya.

"Anda memang sangat mencintai wanita ini ya, Pak Immanuel," ujar Agung.

Arya tidak menjawab pertanyaan itu dan memilih membantu Indah untuk duduk. Arya sungguh tidak mengerti mengapa salah satu kolega perusahaannya tiba-tiba muncul seperti ini?

Dan lagi, kenapa ekspresi Indah sepertinya sangat ketakutan?

"Ada apa ya pak Agung? Saya kira, kita tidak ada janji bertemu akhir-akhir ini. Apakah ada masalah?" ujar Arya sambil mengulurkan tangannya.

Agung menjabat tangan Arya hangat. Senyumnya terbit, memandang Arya penuh arti.

"Ah, tidak. Saya baru saja 'membuang' seseorang yang selama ini kabur dari jangkauan saya. Saya masukkan dia ke penjara tadi pagi," ujar Agung.

"Dan satu orangnya lagi..."

Agung menggantung kalimatnya dan melirik ke arah Indah, "...saya bingung. Apakah saya harus memenjarakan dia atau tidak," sambung Agung.

Indah menatap Agung dengan tatapan memohon. Wanita itu langsung bersimpuh di bawah kaki pak Agung.

Raja, Jo, dan Alex secara bersamaan keluar dari ruang inap Alex aambil menenteng dua tas.

"Ayah---"

"Saya mohon jangan penjarakan saya pak Dirut*. Saya benar-benar minta maaf!"

(*Dirut : Direktur)

Raja, Jo, dan Alex terdiam ketika melihat situasi saat ini. Apa ini juga karena teriakan yang mereka dengar tadi?

Beberapa menit yang lalu, mereka (Raja, Jo, dan Alex) cukup terkejut karena Yogo masuk ke dalam penjara.

Karena apa?

Oleh siapa?

Pikiran itu yang membuat tiga anak itu terdiam lebih lama di dalam ruang inap, menunggu pembicaraan yang dapat mereka kuping lebih lanjut. Namun, karena kondisi semakin hening, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar.

Dan disinilah mereka, melihat bunda mereka, bersimpuh di depan laki-laki lain.

"Kalau memang melalui jalur hukum dapat membuat mereka jera, silahkan,"

Stoik - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang