Stoik Bagian 9

145 20 0
                                    

"Ibu kamu, single parent?"

Alex mengangguk mengiyakan. Bram memundurkan badannya menjauh, "Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu," ujar Bram lirih.

Alex menggeleng kecil, "It's fine kak."

"Tapi bukannya pak Immanuel itu orangnya kaya banget ya? Eh, Immanuel kan ya namanya?" tanya Bram.

"Kami biasa panggil ayah 'Arya'," ujar Alex.

"I see. Eh udah deh, ku nggak mau tanya-tanya lagi. Takut kelewatan," ujar Bram. "Minggu ini, kamu kosong nggak? Mau keluar?" tanya Bram.

Alex membulatkan matanya mendengar tawaran Bram yang sangat tiba-tiba, "Paling aku belajar sama dateng kelas taekwondo," ujar Alex.

Bram mengetuk-ketukkan jarinya di atas meja, "Hmm...aku ikut boleh? Aku antar deh," ujar Bram.

Bukan ekspresi senang atau enggan, Alex hanya menunjukkan ekspresi datar sambil mengangguk kecil.

"Iya, boleh kok,"

s.t.o.i.k

Hari yang ditunggu pun tiba.

Mereka sepakat untuk bertemu di halte dekat rumah mereka berdua. Bram sejujurnya sudah menawari Alex untuk menjemput laki-laki itu ke rumahnya, namun Alex menolak. Dan Bram tidak ingin mendesak Alex dan membuat janji temu mereka berakhir sia-sia.

"Udah siap? Ini ke kelas taekwondo kamu dulu kan?" tanya Bram.

"Mmn," jawab Alex.

Alex dan Bram masuk ke dalam ruangan yang cukup luas. Di dalam sana, sudah ada banyak orang dengan warna sabuk yang berbeda-beda. Mulai dari anak kecil hingga remaja berkumpul di sana.

"Alex!"

Dahi Bram mengernyit tatkala melihat wujud Kevin tiba-tiba muncul begitu saja. Kevin berlari dan langsung merangkul Alex begitu saja.

"Wih, latihan nih? Papa disana sih sama anak-anak sabuk hitam yang lain. Eh, Bram?"

Bram berusaha mengkondisikan wajahnya yang bahkan---dia tidak tau saat ini sedang membuat ekspresi seperti apa. Dia berusaha tersenyum, bahkan ketika Kevin merangkul Alex begitu saja.

Apaan sih pegang-pegang? Batin Bram.

Bram seketika menutup mulutnya dengan tangannya dan membuang pandangannya ke arah lain.

"Bukan sekarang, Bram. Nggak sekarang," gumam Bram dengan pelan.

Diketahui oleh Bram bahwa kedua orangtua Kevin lah yang memiliki ruangan ini. Tampak luar, hanya sebuah gedung aula pertemuan biasa, namun untuk bagian dalamnya sangat lengkap dengan peralatan bela diri. Ada sebuah cermin besar yang terpasang dari ujung ke ujung. Keluarga Tanaka membeli gedung ini setelah masa pensiun mereka dari atlet olahraga. Mengalokasikan gedung ini sebagai kelas taekwondo dan kelas dance yang biasanya diikuti oleh Kevin.

Bram duduk di lantai, menepi dari kerumunan. Menatap setiap gerak gerik Alex yang berinteraksi dengan teman sebaya nya selain teman-temannya di sekolah. Alex nampak tidak se-angkuh yang ia bayangkan. Alex sangat lembut kepada adik-adik tingkatnya dan mampu tertawa lepas ketika berbincang dengan murid taekwondo yang lain.

Lalu mengapa Alex bersikap angkuh ketika di sekolah? Apa karena sekolah adalah tempat yang kompetitif?

"Ngelamun bang,"

Kevin menepuk pundak Bram dan duduk di sampingnya. Sesekali Bram menatap arah pandang Kevin yang juga memandangi Alex. Senyuman simpul yang ditunjukkan oleh Kevin membuat Bram semakin bertanya-tanya, sampai,

Stoik - ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang