chapter 33

1.6K 82 1
                                    

Winda dan ebban sedang duduk dimeja makan, mereka baru saja selesai sarapan, hari ini sarapan mereka tanpa ezzra, ezzra mengeluh saat dibangunkan tadi, makanya Winda membiarkan ezzra untuk tidur beberapa menit lagi.

Winda paham bagaimana situasinya, thania sudah menceritakan semuanya dan winda tak bisa memaksa arunna untuk memaafkan anak sulungnya itu, winda tau mungkin arunna sedang memberi ezzra waktu, agar bisa lebih memperbaiki diri lagi, semalam winda dengan telaten mengobati luka pada kening dan tangan ezzra, tapi yang membuat winda ingin sekali menangis adalah ezzra tak meringis bahkan mengeluh sakit sama sekali, winda takut ezzra akan jatuh sakit jika terlalu banyak fikiran, dan tak berbagi isi fikirannya itu dengan winda ataupun ebban adiknya.

Beberapa saat hanya saling terdiam, winda dan ebban menoleh karena suara langkah kaki mendekat, winda dengan semangat berdiri dari duduknya dan menuntun ezzra untuk duduk disalah satu kursi disana, ezzra sudah terlihat rapi, walaupun ada beberapa plaster pada luka ezzra, ezzra masih terlihat sangat tampan, bedanya pagi ini ezzra sedikit lebih murung, winda tersenyum karena ezzra masih mau melakukan aktifitasnya, mungkin ezzra hendak pergi kekampusnya.

Winda menyiapkan makanan untuk ezzra, dan ezzra secara perlahan memakan sarapannya, dan hal itu selalu diperhatikan oleh ebban sedari tadi, ebban sungguh tak tega, melihat kokonya sedang dalam keadaan patah hati, namun kokonya masih memaksa untuk melakukan hal-hal yang biasa ezzra lakukan.

"mau kekampus ya sayang?" tanya mami pelan.

"engga kok mi hehe" jawab ezzra sambil menyengir.

"tumben api? kan biasanya kalo libur koko malas mandi" ujar mami diselingi dengan cengiran, sengaja mengajak ezzra bercanda.

"koko mandimau ada urusan sih, mami bisa tolong antar?" tanya ezzra sambil mendongak, menatap maminya.

"urusan apa ko kok tumben minta
diantar?" tanya mami lagi.

"koko ngga tau akan ada penyakit apa nantinya, tapi koko mau minta tolong
mami anter ke psikolog, mau ya mi?" jawab ezzra enteng.

"ke psikolog? koko ada masalah
sama kesehatan koko?" tanya winda khawatir.

"belum tau mami, kan baru mau minta diantar" ezzra mssih sesekali terkekeh.

"koko baik-baik aja kan nak?" winda bertanya lagi karena sangat khawatir.

"sebenernya koko bingung mami, setelah pulang dari rumah arunna
semalam tuh hati koko sakit banget, tapi koko ngga bisa nangis, tu tandanya adamasalah kan mami?" tanya ezzra dengan polosnya.

"koko emang udah coba nerima putusnya hubungan koko sama
arunna, tapi masa koko ngga bisa nangis? dada koko rasanya sesak, koko mau tanya ke dokternya koko ada masalah atau ngga, gitu" jawab ezzra memberi penjelasan.

"tapi biasanya kalo kaya gini tuh wajar ngga sih mami?" tanya ezzra lagi.

"koko ngga perlu ke psikolog, anak mami sehat kok, ngga mungkin koko kenapa-kenapa" ucap winda sambil menahan tangis.

"mami kok bisa ngomong kaya gitu? koko nib kayanya beneran bermasalah mami, soalnya koko kaya kurang peka sama sekitar, koko juga gampang dimanipulasi, kalo kaya gitu biasanya sakit kok" ujar ezzra bebal.

"Enggak! anak mami ngga papa, anak mami sehat, koko jangan ngomong gitu!!" winda menbentar ezzra, berharap ezzra sadar dari bayang-bayang rasa bersalahnya dan menganggap ini semua salahnya, karena ini semua adalah kesalahan dari raisha.

Winda memeluk tubuh ezzra begitu erat, mengapa ezzra jadi seperti itu? mengapa rasanya sakit sekali yatuhan? tapi apakah mungkin ezzra mempunyai penyakit mental? winda sedih bukan main, dirinya tak ingin percaya itu, namun ezzra lah yang menginginkan diperiksa, tapi jika memang benar, winda tak siap, winda akan sangat merasa bersalah karena mental anaknya dipermainkan oleh orang seperti raisha, winda sangat-sangat membenci wanita gila itu, mengapa anaknya yang begitu baik bisa mengenal raisha?

Straight? MARKHYUCK ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang